3. PERTEMUAN PERTAMA

Lana yang baru saja turun dari pesawatnya kembali menghidupkan ponselnya, mengabarkan kepada bundanya bahwa ia sudah selamat sampai tujuan. Lana menulis pesan singkat melalui aplikasi whatsapp untuk bunda tercinta.

"Assalamualaikum bunda, alhamdulillah Lana sudah sampai Jakarta.

"Waalaikumuslam sayang, alhamdulillah, kamu harus langsung ke kosmu ya sayang. Hati-hati ya sayang, jangan ke mana-mana kalau belum ada teman yang bisa kamu ajak menemanimu jalan-jalan di Jakarta."

"Ok bunda, love you."

Lana meneruskan langkahnya ke arah pengambilan bagasi di area ruang kedatangan bandara. Setelah di pastikan kopernya, ia sudah berada di dalam taksi yang membawanya ke alamat yang sedang ia tuju.

"Pak apakah sudah ketemu alamatnya?" Tanya Lana yang sudah berada di daerah komplek perumahan mewah di daerah Jakarta Selatan.

"Aku baru masuk ke sini mbak, jadi agak bingung." Ucap sopir taksi itu yang jarang mengantarkan penumpangnya di wilayah elite itu.

"Baiklah pak saya turun di sini saja, mungkin alamatnya sudah dekat dari sini" ucap Lana lalu membuka pintu mobil taksi itu.

Ia membayar ongkos taksi dan sopir taksi itu membantunya menurunkan kopernya yang ada di bagasi.

"Terimakasih banyak ya pak!"

Taksi itu memutar balik mobilnya dan mengangguk hormat pada Lana yang masih berdiri sambil melihat alamat rumah yang akan ia tempati. Rasa bingungnya membuat ia membaca satu persatu nomor rumah di areal tersebut, rumah-rumah besar bergaya Eropa yang sangat indah berdiri kokoh dengan bangunan yang sangat elegan membuat mata yang memandangnya berdecak kagum.

Dari jauh nampak seorang pemuda yang sedang lari pagi sambil memasang handset dikupingnya, Lana menghentikan langkah pemuda itu.

"Permisi tuan, apakah anda tahu alamat ini?" tanyanya sambil menunjukkan alamat yang tertera di dalam kertas tersebut.

"Oh itu di samping rumahku, jalan saja lagi sedikit kamu akan menemukannya nona." Jawab Galang sambil menunjukkan arah telunjuknya.

"Terimakasih tuan." Ucap Lana lalu menarik kopernya.

"Apakah perlu bantuanku nona?"

"Tidak usah, katamu sudah dekat jadi aku saja yang membawanya."

"Kamu adalah tetanggaku, masa aku tidak menolongmu, sini aku bawain," ucap Galang seraya merebut satu koper milik Lana.

"Oh, rumahmu dekat tempat kos aku? syukurlah masih ada orang baik di kota besar ini apa lagi ini perumahan mewah, biasanya orang cuek satuan sama lain." Ucap Lana sambil menarik kopernya.

"Itu yang dikatakan orang karena kebanyakan yang mereka temui seperti apa yang kamu dengar, tapi itu tidak berlaku untukku, buktinya aku masih bisa menolong kamukan?" Ucap Galang yang sedang berjalan disamping Lana.

"Iya juga sih, tidak semua dan Alhamdulillah aku kebetulan bertemu dengan orang baik yang sudah langka di ibukota ini, terimakasih atas bantuannya...?" Ucap Lana terhenti karena ingin menyebut nama si pria penolong tapi belum mengenal namanya.

"Oh iya, namaku Galang, itu nama panggilanku nona..?" gantian Galang yang menatap Lana untuk mengetahui nama gadis cantik ini.

"Lana, itu nama panggilanku!" Keduanya tertawa lepas lalu berhenti di depan pintu gerbang mansion mewah yang menjadi tempat kost untuk Lana.

"Sampai jumpa Lana, senang bertemu denganmu."

"Terimakasih Galang semoga kamu mau membantuku lagi, jika aku dalam kesulitan menemukan tempat nongkrong yang enak." Canda Lana mengakhiri obrolan mereka.

"Oh itu gampang, kita bisa lakukan itu nanti. Boleh pinjam ponselmu Lana," pintanya seraya menjulurkan tangannya dengan menengadah ke atas. Galang mengetik nomor kontaknya pada ponsel Lana lalu melakukan Miss call ke ponselnya.

Ponsel miliknya bergetar, berarti nomor Lana sudah masuk ke ponselnya. Mereka akhirnya berpisah saling berjabat tangan dan memberikan senyum terbaik diantara mereka.

"Kapan-kapan, apakah kamu mau aku undang minum kopi di rumahku?" teriak Galang sambil berlari mundur.

Lana hanya mengangkat jempolnya tanda ia dengan senang hati menerima tawaran itu. Lana disambut oleh pelayan tempat kostnya tersebut sedangkan Galang melanjutkan lari paginya. Sepanjang jalan Galang merasa sangat bahagia bertemu dengan Lana, entah mengapa ia langsung akrab dengan Lana, gadis yang baru dikenalnya.

"Lana mengapa kamu langsung mencuri hatiku, kamu sangat cantik dan hambal, semoga kita menjadi teman baik. Tapi, bagaimana dengan Loli, oh tidak!" Gadis itu adalah novelis favoritku, aku tidak ingin mengecewakannya. Ialah gadis pertama yang mengisi kekosongan jiwaku." Gumamnya dalam hati karena mulai bimbang dengan pendapatnya sendiri.

Ia kembali ke mansionnya untuk beristirahat. Di taman mansionnya sudah duduk paman Raditya yang menyiapkan sarapan ringan untuknya, kebetulan hari ini hari Sabtu jadi, ia lebih santai menikmati hari liburnya.

"Paman nanti malam aku ingin mengundang seseorang yang sangat istimewa, apakah paman bisa menyiapkan makanan spesial untuk kami?" Tanya Galang yang sudah menyelesaikan sarapan rotinya.

"Untuk berapa orang tuan, apakah mereka teman wanita anda Tuan?

"Dia adalah tetangga baru kita, barusan aku bertemu dengannya, aku sudah berjanji untuk mengundangnya, siapkan saja paman yang teristimewa untuknya. Namanya Lana, nanti paman akan bertemu dengannya."

"Baik tuan, akan paman siapkan sesuai dengan permintaan anda Tuan."

"Terimakasih paman, aku mau mandi dulu dan istirahat, tolong bangunkan aku dua jam lagi.

"Siap tuan!"

Galang buru-buru ke kamarnya, pagi ini dia belum sempat menyapa novelis idolanya yaitu Loli. Ia merebahkan tubuhnya dan mulai membuka aplikasi novel toon, dengan cepat ia membaca episode yang sudah update pagi ini, setelah itu mulai berselancar di dunia chating dengan Loli.

"Selamat pagi cantik, apa kabarmu hari ini? apakah kamu sedang merindukanku?"

"Ya seperti tebakanmu, aku sedang melamunkan dirimu."

"Apakah kamu sedang berfantasi liar tentangku seperti dalam novelmu?" Goda Galang sambil cekikikan sendiri di kamarnya.

"Sorry ya!" untuk dunia nyata aku tidak akan merendahkan diriku untuk menyenangkan hatiku dengan fantasi liar, itu cukup di dunia halu untuk menarik minat pembaca, yah hitung-hitung menambah kesan romantis saja."

"Benarkah seperti itu, bagaimana jika aku yang melakukan itu?"

"Melakukan apa?"

"Berkhayal tentang dirimu dan bisa mengecup bibirmu. Mungkin lebih dari itu."

"Jangan ngaco kamu, emang kamu pencinta se*s bebas?"

"Tidak juga sih, tapi asyikkan kalau sama kamu, kan cuma khayalan saja, nggak sungguh-sungguh ko."

"Makanya jangan memulai sesuatu dengan hal yang aneh."

"Baiklah, aku juga tidak akan memaksamu dengan ide gilaku.

"Gila aja sendiri, nggak usah ngajak-ngajak."

"Nggak seru kalau nggak ada kamu sayang."

"Sudah dulu ya, aku lagi lelah nih, nanti malam saja kita chating lagi."

"Jangan malam, bagaimana kalau besok pagi. Nanti malam aku ada acara mau ketemu teman."

"Baiklah, terimakasih ya sudah menyapaku."

"Sama-sama cantik. Semoga hari ini kamu menulis sesuatu yang lebih menarik lagi."

"Ok, see you again."

"Akkh!" Hampir saja aku ketahuan mau kencan sama Lana, maafkan aku loli, beri aku waktu siapa diantara kalian yang lebih ku pilih untuk menjadi pendamping hidupku, walaupun kita sudah lama bertemu di dunia Maya, tapi kita belum pernah sekalipun bertemu, aku belum tahu seperti apa dirimu, beda dengan Lana, aku bertemu dengannya sesaat, tapi merasa sudah mengenalnya begitu lama.

Jika saja kamu tidak terlalu menutup dirimu dan merahasiakan identitas dirimu, mungkin aku tidak akan membagikan cintaku kepada yang lain." Ucapnya bermonolog.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!