Hari-hari yang dilalui Lana menjadi sangat berarti, ia kembali menerima dunianya yang pernah hilang melalui cinta Galang walaupun hanya di dunia halu. Terkadang membuatnya tersenyum seharian tanpa henti. Kedua orangtua Lana merasa lega dengan perubahan sikap Lana yang tidak lagi murung karena terus mengenang sang kekasih hati yang telah meninggalkannya tanpa tahu kelanjutan nasib pemuda malang itu.
Cinta memang luar biasa, hanya dengan satu sentuhan kata, mampu mengubah seseorang kembali tumbuh segar bagai dedaunan layu ketika disiram air hujan akan kembali menampakkan kesegaran pada daun dan kokohnya pada batang serta kuatnya pada akar. Begitulah dengan cinta yang Lana rasakan saat ini, cinta yang telah membuat hatinya berbunga-bunga, jiwanya kembali hidup dan raut wajahnya terlihat kembali ceria.
"Assalamualaikum ayah dan bunda, selamat pagi, muuachh!" Ucap Lana mencium kedua orangtuanya secara bergantian lalu duduk di kursinya untuk menyantap sarapan pagi bersama dengan kedua orangtuanya..
"Waalaikumuslam sayang, bagaimana dengan para fansmu, apakah mereka sedang memantra putriku Ini melalui komentar mereka di novelmu." Ucap ayah Lana sambil mengunyah nasi gorengnya.
"Yah begitulah ayah, karena mereka hidupku rasanya sangat bahagia, aku seakan menemukan tambang kebahagiaanku kepada mereka, doa dan ucapan semangat dari mereka yang membuatku merasa mereka juga keluargaku saat ini. Semoga selalu sehat ya thor, semangat ya thor, jangan lama-lama update episode selanjutnya ya thor atau komentar mereka pada ceritaku dengan perasaan mereka yang sedih, yang ngomel yang happy pada setiap tokoh dalam cerita novelku setelah itu like dan hadiah mereka berikan sebagai bentuk apresiasi mereka pada karyaku, itu yang membuatku merasa tidak kesepian lagi bunda. " Ucap Lana yang menjelaskan tentang ungkapan dan support para fansnya di dua karya novelnya yang saat ini sedang update secara bersamaan.
"Turuti apa kata mereka, jaga kesehatan yang terpenting, jika kamu sakit mereka juga pasti sangat sedih, jadi harus tetap semangat dan sehat itu poin penting untukmu sayang!" Ucap ayahnya lalu beranjak meninggalkan Lana yang sudah asyik dengan aplikasi novelnya, memeriksa berapa banyak like dan favorit di dasbor judul novelnya tersebut.
Sebenarnya bukan itu yang ia nantikan, ia hanya menanti pembaca idolanya yang tidak lain adalah Sandy alias Galang yang belum mengirim chating untuknya.
"Ke mana kamu Sandy? apakah kamu sakit? ataukah kamu masih tidur?" Ah, kamu buat aku jadi gelisah begini. Bunda aku ke taman dulu ya!" Ucapnya sambil berlari kecil ke arah taman samping mansion.
"Jangan lupa minum susunya cantik!" Teriak bundanya yang lagi sibuk memeriksa beberapa bahan makanan yang di beli oleh kepala pelayan.
"Dagingnya dibuat stik aja dan buat juga sup ayam dan ayam goreng mentega kesukaan Lana dan tuan besar!" Ucap nyonya Rani kepada chef Reno sebagai penanggungjawab masakan di kediaman tuan Bart Dolken ayah dari Lana yang berkebangsaan Belanda yang saat ini menetap di Bali Indonesia karena menikah dengan Rani yang merupakan bundanya Lana asli wanita Bali Indonesia.
"Waaah banyak sekali dia memberikanku vote dan hadiah, apakah dia sangat kaya sampai membeli koin untuk tidak perlu melihat iklan, rupanya dia adalah pembaca VIP, mengapa aku baru sadar jika para riders bisa membayarnya dengan top up jika ingin membeli koin untuk memberikan kepada karya novel yang disukainya." Ujar Lana kemudian membuka chating dengan Sandy.
Baru saja ia ingin menulis untuk mengucapkan rasa terima kasihnya kepada pembaca idolanya itu, ternyata Sandy sudah duluan yang mengawali chatting mereka.
..."Assalamualaikum, selamat pagi cantik, apakah kamu sedang menungguku?" Canda Sandy mulai dengan godaan kecil di awal chatting-nya dengan novelis favoritnya ini....
"Ih, jangan GR gitu, aku lagi menulis episode selanjutnya ko, hari ini pingin buat tiga episode sesuai dengan permintaan pembaca setiaku." Balas Lana yang tidak ingin Sandy menebak perasaannya.
"Berarti nggak sedang menunggu chating dariku, ok aku pamit ya, mau nerusin pekerjaanku, maklumlah kuli pabrik, takut diomelin sama bosku bye!" Tulis Sandy mengakhiri percakapan mereka pagi itu.
Sebenarnya Galang tidak sungguh-sungguh mengakhiri percakapan antara ia dan Loli, ia hanya ingin menggoda gadis itu, apakah Lana hanya sekedar menganggapnya pembaca biasa ataukah menjadi seorang yang istimewa untuk gadis itu.
"Sial**n mengapa ia tega menghentikan chatting-nya, apakah dia tidak tahu aku dari subuh menunggunya untuk menghubungiku, ternyata kamu hanya main-main denganku, kamu tidak sungguh-sungguh menyukaiku, semua perkataanmu kemarin-kemarin hanyalah bualanmu semata, dasar kamu ternyata seorang lelaki bren**k tidak seperti Rian yang sangat mencintaiku." Ucapnya kembali menangis mengenang kepergian kekasihnya tiga tahun yang lalu.
"Kamu sedang menangis sekarang? apakah kamu mengira aku akan benar-benar pergi meninggalkanmu tanpa pamit? apakah kamu juga saat ini memikirkan orang lain sayang?" Tanya Galang kembali meneruskan chatting-nya dengan Lana.
"Apa maumu dengan terus menggodaku? jika kamu hanya ingin bermain-main denganku enyalah dari hidupku, nggak usah memberiku harapan jika kamu enggan untuk mewujudkannya, aku tidak berharap banyak dari pembaca sepertimu yang kutemui hanya dalam dunia halu bukan nyata bagiku." Balas Lana sambil terisak.
"Apakah kamu sedang jatuh cinta padaku sayang? tolong jangan menangis, aku hanya menggodamu saja, aku tidak serius untuk meninggalkanmu cantik, aku harus mendapatkan senyuman dulu sebelum memulai aktifitasku pagi ini, ayolah! tersenyumlah padaku sekarang, aku tahu kamu menginginkan hal yang sama dariku." Tulis Galang yang mengetahui perasaan Lana yang saat ini pasti sedang kesal dengan dirinya.
"Cih!" Apaan sih nih cowok, seenaknya saja dia mempermainkan perasaanku, tapi mengapa dia mengetahui kalau aku sedang menangis karena dirinya, jangan-jangan ia benar-benar keturunan cenayang, ah bodolah, aku memang menyukainya, baiklah kita memang butuh senyum pagi ini untuk memulai hari kita." Ucapnya membatin.
Lana kembali menulis perasaannya dan supportnya kepada pembaca idolanya itu, ia tidak ingin jual mahal lagi kepada Sandy yang saat ini sudah membuat dunianya kembali indah.
"Aku sudah terbiasa dengan sapaan pagimu sebagai pelengkap menu sarapan pagiku hari ini, aku senang dengan sanjungan dan kata romantis darimu, jika ini sangat mahal untukku dapatkan, bisakah aku membayarmu dengan cintaku?" ucap Lana yang semakin membuat jantung Galang berdebar tak menentu.
"Terimakasih atas pengakuanmu sayang, aku sangat merasa berharga saat ini, jika cintaku tidak bertepuk sebelah tangan, I love you Loli cantik." Pujinya dengan perasaan yang bahagia.
"Ok, sampai jumpa Sandy, semoga harimu menyenangkan," ucap Lana mengakhiri chatting-nya dengan Sandy.
Sandy berjingkrak-jingkrak di kamarnya hingga tidak sadar paman Raditya sedang memperhatikan tingkahnya.
"Sepertinya tuanku sedang bahagia hari ini. Apakah Tuanku sedang jatuh cinta?" Seloroh paman Raditya sambil menuangkan kopi dicangkir putih untuk Galang yang sudah duduk lagi di sofanya.
"Yah mungkin saja paman, aku belum yakin dengan perasaanku karena aku tidak melihat wujud aslinya, kami hanya berkenalan sebagai penulis dan pembaca." Ucap Galang sambil menyesap kopinya dengan menikmati tiap tegukannya.
"Maksud Tuan tidak mengenal tapi sudah menyukainya, aku tidak mengerti ucapan tuan." Ujar paman Raditya lalu meninggalkan kamar Galang.
"Parah jika berurusan sama orang yang buta dengan cinta," ucap Galang membuka lagi ponselnya memeriksa laporan perusahaan miliknya.
Dua bulan kemudian Lana yang ingin melanjutkan kuliah S2 nya di Jakarta sedang mempersiapkan apa saja yang akan ia bawa ke Jakarta. Orangtuanya yang lebih bawel mengingatkan dirinya dengan beberapa hal yang tidak boleh ia sampai lupa.
"Sayang, Jakarta saat ini lagi musim hujan, nanti kalau banjir kamu sulit keluar, jika ingin keluar kamu harus memakai sepatu boot agar kakimu tidak terendam banjir, jangan lupa jaket, jas hujan dan obat-obatan milikmu harus ada setiap waktu." Ucap bundanya tanpa henti.
"Mami aku tuh mau berangkat kuliah bukan mau kemping, ini apaan sih sampai tiga koper gitu, kaya aku nggak akan pulang ke sini lagi." Gerutunya sambil mencebikkan bibirnya.
"Ini list barang-barang bawaan yang sudah bunda masukkan dalam kopermu, jadi bunda mohon jika sampai di Jakarta, kamu harus memeriksanya kembali barang mu sesuai dengan yang ada list tersebut.
"Iya bundaku sayangggg." Jawab Lana seraya mencubit kedua pipi bundanya dengan gemas.
"Satu hal lagi dan ini sangat penting untukmu, bawalah calon menantu yang tampan untuk bunda, buka lagi hatimu nak, jangan lagi menutup hatimu untuk pria lain yang ingin mendampingi hidupmu."
"Mami semua butuh proses, aku tahu tiga tahun ini aku tenggelam dalam dukaku bukan berarti aku tidak ingin berjuang untuk melupakan Rian, aku butuh waktu untuk kembali menerima laki-laki lain dalam kehidupanku, ku mohon bunda tidak terlalu berharap lebih padaku, tolong doakan saja putrimu ini, semoga bisa mewujudkan impian bunda." Ucapnya lalu memeluk bundanya erat.
Keesokan harinya dengan menumpangi pesawat dari Denpasar ke Jakarta, Lana meninggalkan kota kelahirannya menuju ibukota yang padat dengan masyarakat urban, ia kemudian menempati kelas bisnis di dalam pesawat tersebut. Perjalanan yang memakan waktu tempuh satu jam 45 menit cukup untuk ia bisa berselancar di dunia halu, meneruskan tulisan novelnya yang sempat tertunda dua hari ini karena mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke Jakarta.
Karena berada didalam pesawat pagi itu ia tidak bisa melakukan chating dengan sang idola karena tidak ada sinyal di dalam pesawat. Ia juga tidak memberitahukan kepada pembaca idolanya tersebut bahwa ia kini ingin melanjutkan pendidikannya di ibukota negara Indonesia tercinta. Entah mengapa selama satu tahun berkomunikasi melalui chatting tidak ada diantara mereka yang saling menanyakan nama asli, tempat tinggal maupun pekerjaan. Semuanya mengalir begitu saja tanpa mau tahu asal usul mereka masing-masing.
Mungkin keduanya merasa segan untuk mengulas kehidupan mereka masing-masing. Tetap saling menjaga privasi, itu yang menjadi komitmen hubungan mereka, biarlah mengalir apa adanya, jika suatu saat berjodoh mungkin itu suatu kebetulan, tapi jika tidak dipertemukan dengan takdir cukuplah itu menjadi rahasia dan kenangan untuk mereka yang saling menikmati hiburan dalam kesepian mereka, karena telah ditinggalkan oleh orang-orang terkasih. Cinta bisa datang tiba-tiba, jika tidak ada cinta, tidak perlu merasa sakit hati bila suatu hari nanti hati mereka ada yang memiliki. Prinsip yang masuk akal, apa salahnya jika bisa diterapkan, toh itu bukan suatu keharusan untuk saling memiliki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments