Kata menikah terdengar sangat mengerikan bagi Raja. Ia tak percaya akan sebuah komitmen itu. Baginya pernikahan adalah petaka. Tak membawa kebahagiaan bagi mereka yang menjalani. Terutama jika ada anak yang terlahir di dalamnya. Seperti dia contohnya.
Dan mama memintanya apa tadi? menikahi Rani? Gadis berisik yang selalu mengganggu hidupnya? Kegilaan macam apa itu?
Rani bukan nama baru dalam keluarganya. Bukan keluarga mau pun kerabat dekat mereka.
Rani Ayudia Damayanti. Gadis keras kepala yang masih tinggal disebuah panti asuhan dan menolak semua orang yang ingin mengadopsinya.
Gadis yang lebih muda darinya empat tahun itu sudah ia kenal sejak bulan-bulan awal ia menginjakan kaki di Jakarta.
Mama adalah salah satu donatur tetap di panti asuhan tempat Rani dirawat. Sering membawanya mengunjungi anak-anak disana sekali dalam sebulan.
Siang itu ia yang masih kehilangan minatnya untuk berbicara dan dalam perawatan seorang psikolog, seperti biasa datang ke panti asuhan. Dan seperti biasa juga ia duduk dibawah pohon mangga yang kala itu tengah berbuah. Menunggu mama-yang saat itu masih ia panggil oma-tengah bertemu ibu panti dan menyerahkan hadiah untuk anak-anak.
"Aduh." pekikan seseorang dari arah belakang membuat Raja yang tengah melamun menoleh.
Helaan nafas keluar dari mulutnya begitu mendapati gadis yang baru memasuki bangku SD itulah yang menjadi sumber suara.
Rani duduk diatas rumput dengan memegang lututnya yang berdarah. Raja yakin gadis cilik itu berniat mendekatinya seperti biasa. Mengacaukan kedamaian disekelilingnya dengan suaranya yang tidak akan berhenti. Berceloteh apa pun hal yang baginya tidak penting.
Saat pertama kali Raja datang, Rani bahkan dengan percaya diri mengenalkan nama. Gadis dengan senyum cerah dan bandana kupu-kupu dikepalanya itu sangat antusias ketika melihatnya.
Raja mengabaikan Rani yang tengah kesakitan. Toh disana tidak hanya ada dirinya. Banyak anak-anak panti yang lain yang tengah bermain tidak jauh darinya.
Ruang kepala panti juga tidak jauh di belakangnya. Jadi Raja yakin akan ada yang menolong anak berisik itu selain dirinya.
Tapi semakin Raja mengabaikan, tangisan Rani semakin keras. Dengan terpaksa Raja berjalan mendekat dan mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri dan membawanya ke tempat yang lebih aman untuk mengobati luka di lutut gadis itu.
Tapi Gadis berisik itu hanya mendongak dengan mata berkedip dan menelan tangis. Ada binar dimata bening itu yang membuatnya heran.
"Kakak nolongin aku?" Rani bertanya dengan senyum mengembang dan nada takjub. "Kakak nolongin aku?!" pertanyaan itu kembali terulang dengan lebih antusias.
Raja menurunkan tangan yang tak kunjung mendapat sambutan. "Kau tidak mau?" suaranya terdengar aneh di telinganya sendiri.
Tak ingin terlalu lama meladeni bocah berisik itu, Raja berbalik dan siap pergi dari sana hingga teriakan nyaring Rani mengagetkannya.
"IBU! KAK RAJA NGOMONG SAMA RANI! KAK RAJA MAU NOLONGIN RANI!"
Raja kembali membalik tubuhnya guna menatap Rani yang berteriak heboh. Seakan sebelumnya ia manusia bisu, dan sebuah keajaiban hari ini ia bisa berbicara.
Terlihat mama berlari dan seketika memegang bahunya. Bahkan mata itu berkaca-kaca.
Sebahagia itukah mereka mendengarnya mau berbicara? Dan sudah berapa lama ia tidak mengunakan fungsi mulutnya selain untuk makan dan minum?
Ia bahkan tidak ingat sudah berapa lama ia berada di Indonesia. Dunianya seolah berhenti saat terakhir kali ia melihat tubuh orang tuanya yang terbujur kaku.
"Raja tadi ngomong, sayang?"
Suara yang penuh kasih sayang dari wanita yang masih menatap lurus dan penuh pengharapan untuk ia kembali bersuara itu membawa geleyar aneh disudut hatinya yang terasa nyeri.
Tak ingin mengecewakan dan menghilangkan raut bahagia itu, Raja menjawab. "Iya, mama."
Itulah pertama kalinya ia mau berbicara dengan mama. Dan itulah hari pertama ia memanggil wanita itu dengan sebutan mama yang tak ditolak sama sekali. Justru mama memeluknya erat dan tergugu dalam tangis bahagia. Membuat hatinya yang membeku sedikit menghangat.
Saat sampai dirumah, opanya langsung menyebut diri dengan sebutan papa tanpa harus ia minta. Tanpa penjelasan apa pun seakan semua memang sudah seperti itu sejak awal.
Ia mulai hidup normal sejak saat itu. Atau lebih tepatnya berpura-pura normal. Membongi orang-orang disekelilingnya, juga usahanya membohongi diri sendiri. Bahwa ia memang baik-baik saja.
***
Sesampainya di kantor, Rani berjalan mengikuti Raja masuk kedalam ruangan seperti biasa. Menjelaskan pekerjaannya hari ini.
Ya, Rani. Gadis berisik dari panti asuhan itu.
Rani yang bagi orang tuanya bak malaikat karena bisa membuatnya kembali berbicara, menjadi anak kesayangan mama dan papa.
Orang tuanya bahkan berniat mengadopsi Rani kala itu. Tapi seperti yang sudah-sudah. Rani selalu menolak siapapun yang berniat mengadopsinya. Entah untuk alasan apa.
Meski demikian, orang tuanya tetap memenuhi semua kebutuhan Rani. Termasuk biaya pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi.
Membuat gadis itu selalu ada disekelilingnya. Bahkan entah siapa yang memberi ide konyol dan membuat gadis berisik itu menjadi sekrestarisnya kini.
Tapi Raja akui. Rani cukup profesional dan mumpuni untuk menjalankan tugas sebagai sekretarisnya. Membuatnya tak jadi memecat gadis itu setelah masa magangnya. Karena sikap Rani di dalam dan di luar kantor sangatlah berbanding terbalik.
"Hari ini ada meeting dengan PT. Gemilang untuk menentukan artis yang akan memandu acara baru kita."
"Siapa saja artis yang menjadi kandidat?"
"Ada Kaurina Larasati, Deanika, Angelo dan Jeremy, pak."
Salah satu sudut mulut Raja terangkat ketika nama Kaurin yang tengah naik daun disebut sebagai salah satu kandidatnya.
Kaurin memulai debut dari seorang model iklan. Tapi bakat Kaurin diberbagai bidang di dunia entertainment tidak diragukan lagi. Terlihat dari kesuksesan gadis itu dalam beberapa proyek film juga sinetron.
Dan Kaurin pernah menjadi teman satu malamnya tahun lalu.
"Menurutmu siapa yang mampu membawa acara ini?"
Raja melihat sekretarisnya itu berkedip beberapa kali sebelum menjawab. Mungkin bingung dengan pertanyaan yang ia ajukan. Karena bukan bidang Rani untuk menilai apakah artis-artis itu mempu membawakan acara baru ini.
"Melihat prestasi dan pembawaannya ketika diwawancarai infotainment, mungkin Kaurin cocok dengan acara baru yang berkonsep santai ini, pak."
Raja mengangguk dan melihat dokumen berisi profil calon kandidat.
"Untuk prianya?"
"Angelo yang terkenal humoris saya rasa bisa menjadi partner yang baik untuk melengkapi Kaurin. Mereka juga beberapa kali terlihat berkolaborasi di chanel mereka masing-masing. Jadi saya rasa mereka bisa lebih mendapat chemistry dibanding dua orang lainnya."
Raja tidak pernah bermain sosial media. Jadi informasi dari Rani cukup memberinya gambaran pada mereka.
"Kamu boleh keluar." pinta Raja setelah Rani menjelaskan semua jadwalnya hari ini. Juga menyerahkan beberapa dokumen yang perlu ia tanda tangani.
Melihat punggung Rani yang mulai menjauh, Raja kembali teringat saran mama untuk menikahi gadis itu.
Saran yang tak ia tanggapi dan lebih memilih pamit untuk berangkat bekerja. Menghindari pembicaraan yang membuatnya tak nyaman.
"Rani?" panggilnya sebelum gadis itu membuka pintu.
"Iya pak?"
"Setelah selesai kantor, ikut saya ke rumah. Mama ingin bertemu denganmu."
Rani hanya tersenyum dan mengangguk.
*
*
*
Yang begini Raja nggak mau.. Si gadis berisik kesayangan..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Mar doank
Mampir Thor, tulisannya rapi, gk ada typo. Langsung favorit.
2022-07-13
1
listia_putu
dih kalau rani nikah sama raja, rani dapet bekas donk ya...
ah rani, jodohmu gitu amat sih...???
next lanju kak...
2022-04-14
1
sry rahayu
lanjut...
2022-04-11
1