You'Re My Antidote
"Raja anak hebatnya papi." Raja menatap papinya yang sudah tak berdaya. "Papi minta maaf karena tidak bisa menemanimu tumbuh, nak." ucap papi disisa kesadarannya. Raja bisa melihat mata papi yang berkaca dengan seluruh penyesalan.
Darah yang bersimbah dimana-mana membuatnya takut dan hanya mampu meringkuk memeluk tubuhnya sendiri alih-alih bergerak mencari pertolongan.
"Maafin papi juga karena sudah membuatmu kehilangan mami... Tapi, kamu pasti akan lebih bahagia dengan pengasuhan Opa dan Oma.... Oma bisa memberikan kasih sayang yang tidak pernah kamu dapatkan dari mami, nak... Maafkan papi karena kamu harus terlahir dari seorang ibu yang buruk." papi beberapa kali berhenti saat berbicara, terlihat kesusahan menarik napas.
"Papi menyayangimu selalu." adalah kalimat terakhir yang keluar dari mulut papi. Dan kalimat itu selalu terngiang-ngiang di ingatan Raja.
Raja kecil hanya mampu menggigil ketakutan ditengah malam yang gelap dan petir menyambar. Ditemani kedua orang tuanya yang sudah tak bernyawa. Meninggalkannya seorang diri dalam ketakutan.
Ditengah ketakutan yang semakin menjeratnya. Suara yang sangat familiar ditelinganya memanggil dikejauhan. Menyeretnya untuk kembali.
"Raja.."
Suara itu kembali terdengar diiringi ketukan pintu yang membuatnya semakin gelisah.
"Sudah siang, nak. Bangun."
Raja membuka matanya terengah. Keringat dingin membasai dahi hingga ke leher. Badannya terasa dingin seolah jantung tak memompa darahnya dengan benar untuk mengaliri seluruh otot dalam tubuhnya. Mencoba duduk untuk menormalkan debar jantungnya setelah kembali melihat hal mengerikan yang sangat ingin ia lupakan.
Kata bangun bagai mantra yang menyelamatkannya dari mimpi yang lagi-lagi menghantuinya. Malamnya seolah tak pernah lepas dari mimpi itu. Seolah ia tak berhak bahagia setelah kejadian itu.
Tak seorang pun mengetahui keadaannya. Tak seorangpun tahu bahwa hingga detik ini ia masih tidak baik-baik saja.
Termasuk wanita paruh baya didepan pintu kamar yang menyelamatkannya dari mimpi buruknya.
Wanita yang ia panggil mama meskipun statusnya adalah seorang Oma. Wanita yang ia panggil mama hanya karena ia ingin hidup normal seperti teman-temannya yang masih memiliki orang tua. Hanya karena ia tak ingin merasa menjadi yatim piatu dan merasa sendiri.
"Raja bangun, sebelum papa yang membangunkan mu!"
Raja menarik sudut bibirnya tipis ketika mamanya itu mulai berseru kesal karena mengiranya masih terlelap.
Dengan kaki telanjang, Raja turun dari tempat tidur untuk membuka pintu. Pintu yang selalu ia kunci untuk menyimpan rahasia kelamnya.
"Raja sudah bangun, mah." ucapnya begitu wajah wanita berusia 75 tahun yang masih terlihat cantik itu menyambutnya didepan pintu.
"Mama itu sudah tua Raja.. Kamu juga sudah 28 tahun. Kamu harus bisa bangun pagi sendiri tanpa harus mama bangunkan." omelan itu sudah setiap pagi Raja dengar. Dan kata selanjutnya pun sudah Raja hafal diluar kepala.
"Mama akan berumur panjang hingga bisa membangunkan Raja setiap pagi." ucap Raja sebagai jawaban atas apa yang akan mamanya itu ucapkan seperti biasa. Yang akan selalu berkata bagaimana jika wanita itu meninggal. Siapa yang akan mengurus ia dan sebagainya.
Ia mengaduh ketika sang mama menjewer telinganya . "Kamu itu selalu saja berkata seperti itu. Padahal uban mama sudah semakin banyak!"
"Mama tetap cantik dengan uban-uban itu." Raja membungkuk untuk merangkul Lintang-mamanya-yang memiliki tinggi hanya sebatas bahunya. Menyandarkan kepala di bahu yang tak lagi muda itu.
Raja selalu bersikap normal didepan semua orang. Seoalah-olah dirinya baik-baik saja dan lupa akan masa lalunya. Meski sikap dingin dan jarang tersenyum kini melekat sebagai ciri khasnya.
***
Raja Adhitama Shandika. Pria mapan yang belum lama ini merayakan ulang tahunnya yang ke 28. Cucu pertama dari Rasya Jovan Shandika yang kini diakui sebagai putra bungsu dalam keluarga.
Raja lahir dan tumbuh di luar negeri hingga usia 10 tahun. Ayah kandungnya, Rafa Shandika adalah seorang pengacara ternama pada masanya. Begitu juga sang ibu, Ratu Angeline yang berstatus sebagai seorang model papan atas hingga kehadirannya menjadi alasan untuk ibunya berhenti dari dunia modeling.
Raja tidak tumbuh dalam keluarga hangat dan bahagia seperti yang orang-orang bayangkan. Hidupnya penuh luka. Ia tumbuh dengan teriakan pertengkaran orang tua.
Sampai usianya 10 tahun dan ia tinggal dengan opa dan oma yang kini menjadi papa dan mamanya.
Kini ia sudah rapi dengan stelan kerja dan duduk dimeja makan untuk menikmati sarapan dengan kedua orang tuanya. Karena semua anak dari Rasya dan Lintang sudah berkeluarga dan memiliki rumah masing-masing.
"Bagaimana pekerjaanmu, Raja?"
Papanya belum lama ini pensiun dari jabatannya sebagai CEO stasiun televisi swasta milik keluarga mereka yang konon didirikan oleh kakek buyutnya. Rasya kini hanya menyandang status sebagai dewan komisaris yang bekerja dari rumah.
Kini posisi CEO atau direktur utama digantikan oleh putra kedua papa yang bernama Rafi. Orang yang tetap Raja panggil om meski ia memanggil Rasya dengan sebutan papa.
Dan Raja sendiri menjabat sebagai salah satu direktur di perusahaan yang tengah berkembang pesat dan merambah ke jasa keuangan itu.
"Lancar pah." jawabnya singkat seperti biasa.
Raja bukan anak rumahan yang penurut. Ia termasuk nakal diusia remajanya. Biang onar dan sering terlibat tawuran bahkan balap liar yang sering kali membuat kedua orang tuanya datang ke kantor polisi untuk menjemputnya pulang karena masih dibawah umur.
Semasa kuliah pun ia masih nakal. Hanya sudah lebih pintar dan tak pernah lagi terciduk polisi meski tawuran yang ia pimpin memakan korban jiwa.
Kenakalannya ketika remaja masih berlanjut sampai sekarang. Club malam, minuman beralkohol dan tidur dengan wanita bukan hal baru untuk Raja.
Orang tuanya saja yang tidak tahu karena tertutupi dengan prestasinya di perusahaan yang cukup gemilang. Juga sikap baiknya ketika didalam rumah.
Lagi pula Raja tidak ingin lagi melihat mamanya menangis. Sudah cukup ia membuat wanita itu menangisinya setiap kali ia pulang dengan wajah babak belur penuh lebam dan darah semasa remaja.
Meski Lintang bukan oma kandungnya karena wanita itu hanya ibu sambung papinya. Tapi Lintang menyayanginya dengan tulus.
Wanita yang rela begadang untuk menjaganya ketika demam. Wanita yang selalu tertidur di sofa ruang tamu ketika ia pulang terlambat.
Membuatnya tak salah memanggil omanya itu dengan mama. Karena mama selayaknya ibu kandung yang selalu menyayangi dan mengkhawatirkan anak kandungnya sendiri.
"Pekerjaanmu lancar. Usiamu juga sudah matang.. Mamamu selalu khawatir tentang siapa yang akan menemanimu ketika kami tiada. Jadi, kapan kau akan membawa wanita untuk dikenalkan sebagai calon istri?"
Raja menghela napas. Lagi-lagi masalah itu. Hal yang sudah setiap hari ia dengar dari mamanya. Hal yang sampai kapan pun tidak pernah siap ia lakukan karena ia tidak percaya dengan sebuah komitmen.
"Mama masih cantik. Masih muda dan sehat. Mama tidak usah mengkhawatirkan hal yang belum pasti." Raja tetap mengunyah roti isi miliknya. "Lagi pula Raja belum ada calon dan belum ingin menikah."
Raja melihat kedua orang tuanya yang saling melirik dan menghela napas bersamaan.
"Bagaimana dengan Rani. Dia anak yang baik, cantik dan ceria. Cocok untuk kamu yang jarang tersenyum."
*
*
*
Selamat datang di cerita baru. Semoga kalian suka.
Jangan lupa pencet love dan jempolnya. Saranghae ❤
Ooh ada salam dari Raja yang udah siap ngantor
Kalau ini versi nakalnya
Ini yang ngajakin nakal nih
Ini yang lagi galau disuruh nikah
Happy Reading ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Rini Ernawati
awal yg menarik...tp gk bgt dgn visual nya hehee...maaf ya kak aku ngehalu sndri soal nya gk suka dgn oppa oppa....
2022-06-03
1
Siti juleha
aku baru nyimak
2022-05-29
1
sry rahayu
bagus ceritanya ..
2022-04-11
1