Beberapa bulan setelah kejadian itu, keadaan Nana terlihat semakin membaik. Keceriaan dan sinar wajahnya yang bersih kembali nampak, tatapan mata hangat penuh cinta menambah keindahan matanya yang hitam. Keadaan Nana saat ini berbalik 180° dari keadaan sebelumnya. Nana terlihat enjoy, asyik dengan kesibukannya akan tetapi dia belum berani kembali kepada orang tuanya.
Nana memutuskan untuk berhenti bekerja karena ingin fokus dengan kuliah dan cita-citanya. Disisi lain Nana butuh biaya untuk kuliah, sedangkan keluarga Nana bisa dikatakan keluarga kurang mampu. Bapak Nana seorang buruh tani yang penghasilannya hanya cukup untuk makan dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga sehingga tak ada uang jika harus membiayai Nana kuliah.
“Kamu gak kerja Na?” Tanya bibi Hanum
“Nana resign bi”. Jawab Nana singkat
“Tapi Nana akan cari pekerjaan yang lebih fleksibel agar Nana bisa berbagi waktu antara kerja dengan kuliah”. Lanjut Nana
“Ya.....bibi percaya pada kamu”.
Timpal bi Hanum sambil mengelus pundak Nana dan membiarkan Nana sendiri.
Jarak dari rumah bi Hanum ke kampus lumayan jauh sekitar 18 KM karena harus melewati beberapaa kampung dan kecamatan, hanya ada sepeda Naya, sepupu Nana yang dapat dia gunakan untuk mempermudah mobilitasnya termasuk ke kampus. Nana tak punya banyak uang untuk kos seperti dulu, apalagi untuk membeli sepeda motor, untuk biaya kuliah aja dia masih bingung. Tabungan hasil kerja waktu itu sudah menipis karena untuk biaya berobat ibu nya.
Setiap hari Nana mengayuh sepeda agar bisa ke kampus tepat waktu, kadang jika sepedanya sedang bermasalah, dia menunggu ditepi jalan agar dapat menumpang kepada siapa saja yang dia temui. Keadaan Nana yang susah tidak membuatnya pantang menyerah. Nana percaya bahwa tuhan menciptakan manusia dengan sempurna, jika ada kekurangan maka tuhan akan menyempurnakannya dengan kelebihan. Jika MRKH adalah kekurangan bagi Nana maka kegigihan yang akan menjadi kelebihan sebagai pelengkap hidupnya.
Nana menikmati setiap alur cerita dalam hidupnya, tanpa mengeluh. Dia selalu mensyukuri atas apa yang tuhan beri. Pengalaman Nana waktu itu membuat Nana banyak belajar, belajar menyikapi takdir tuhan, belajar menerima kenyataan, dan belajar untuk selalu bersyukur.
Tidak lama kemudian, Nana diminta untuk mengajar di sebuah sekolah swasta di kampung nya, dengan honor yang sangat minim Nana menerima tawaran itu. Dia tidak lagi memikirkan uang walapun sebenarnya dia butuh uang. Akan tetapi, dia lebih mencari pengalaman dan ilmu daripada uang. Ternyata, keputusan Nana bertentangan dengan sang bapak. Bapak Nana menginginkan Nana kembali bekerja diperusahaan agar Nana
mempunyai uang yang cukup untuk menyelesaikan kuliahnya.
“Kenapa kamu tidak kembali bekerja diperusahaan seperti dulu, Na?” tanya bapak dengan nada tinggi.
“Bapak khawatir, kuliah mu terbengkalai. Sedangkan bapak tidak punya uang untuk membantu kamu”. Sambung bapak
Nana hanya bisa tertuduk mendengarkan semua perkataan bapak. Nana senang dengan tawaran mengajar walaupun dengan honor yang sangat minim, namun perkataan bapak juga benar.
“Bagaimana jika suatu hari nanti kuliahku tak selamat?” gumam Nana dalam hati.
“InsyaAllah nanti ada rezeki lain pak, yang penting Nana enjoy bekerja”. Jawab Nana dengan nada pelan penuh kehati-hatian.
Hari berganti hari Nana menikmati pekerjaan baru nya sebagai pengajar. Sampai akhirnya, tiap tahun dia mendapat tawaran dibeberapa sekolah lainnya. Semua tawaran itupun Nana ambil agar honor yang ia dapatkan ikut bertambah.
Nana membagi dua waktu nya, siang untuk mengajar dan malam untuk kuliah. Tiap hari dia pulang larut malam dengan sepeda nya karena honor yang ia dapatkan masih belum bisa untuk membeli sepeda motor.
Nana gadis yang baik sehingga banyak orang yang baik pula yang selalu ada disaat dia membutuhkan. Ada yang bersedia memberi tumpangan setiap hari, ada yang bersedia memberikan uang tambahan, bahkan ada yang bersedia memfasilitasi keperluan kampus, seperti komputer, dan sebagainnya.
Nana begitu bahagia karena tuhan masih memberikan dia teman-teman yang sangat baik yang selalu membantunya.
“Ya Allah....aku menyesal karena pernah berburuk sangka padamu. Aku menyesal karena pernah menangisi pemberian mu. Sungguh aku ini orang yang sangat beruntung karena engkau memilihku”. Ucap Nana dalam doa.
Kesibukan Nana membuat dia lupa soal cinta dan fokus pada masa depannya. Nana menghabiskan waktu hanya untuk bekerja dan kuliah, tak pernah terlintas dalam benak Nana untuk cinta bahkan sepertinya dia benar-benar menutup untuk itu.
Nana bertekad untuk terus berjuang demi masa depan dia dan keluarga. Nana tidak lagi ingin mendengar cibiran pedas tetangga, Nana tidak mau lagi berharap kepada manusia, Nana juga tidak mau lagi membuat ibu nya sakit karena kecewa.
Sering sekali orang sekitar bertanya pada Nana tentang pernikahan, namun Nana tidak pernah menghiraukan itu. Yang ada pada benak Nana adalah bagaimana dia dapat merubah kekurangannya itu menjadi sesuatu yang ajaib, sesuatu yang memiliki kekuatan untuk memotivasi dia dalam sebuah penggapaiannya.
Kini Nana tak lagi megayuh sepeda atau nebeng pada temannya. Dia sudah mempunyai uang yang cukup untuk mencicil sepeda motor tua yang ia beli dari salah satu rekan kerjanya. Bukan motor bagus yang ia inginkan, namun motor yang sesuai dengan kantong dan kebutuhan dia.
Kesendirian Nana bukan berarti tak satupun lai-laki yang menginginkannya akan tetapi rasa trauma pada sebuah kegagalan membuat Nana menutup diri untuk itu. Selama kesendirian Nana, dia sering mendapat menerima pesan singkat ungkapan cinta dari teman laki-lakinya, tapi tak ada satu pun yang mendapat balasaan dari Nana. Sering juga Nana mendapatkan hadiah atau ajakan kencan, bagi Nana itu hanya sebuah iklan dalam cerita kehidupannya. Bahkan, Nana pernah diajak menikah oleh teman kampusnya bernama Agus.
Agus adalah teman D3 Nana namun beda jurusan. Nana adalah mahasiswi sastra, sementara Agus teknik. Agus laki-laki yang baik, dewasa, agamis dan sudah mempumyaki pekerjaan tetap. Agus dan Nana sering bertemu di lobby kampus, mereka sering menyapa satu sama lain. Akan tetapi Nana tidak pernah mengira jika Agus jatuh cinta padanya.
Siapa yang tidak tertaik pada Nana, anak baik, pinter, rapi, ramah dan juga selalu hangat. Wajar jika banyak teman laki-laki nya tertarik dan jatuh cinta padanya. Agus tidak pernah mengatakan cinta pada Nana, dia hanya bersikap ramah dan selalu hangat pada Nana, namun diam-diam dia menulis sebuah surat untuk Nana.
Assalamu’alaikum Na..., mau kah kamu menikah dengan ku?
Mendapat surat tersebut Nana hanya bisa tersenyum namun tak bisa membalas apalagi menerima
lamaran Agus melalui surat itu. Nana cenderung lebih cuek. Agus menunggu balasan yang tak kunjung datang, keadaan ini membuat Agus nekad menemui Nana.
“Kamu sudah baca surat dari ku, Na?” tanya Agus
“Lalu apa jawaban mu?” tanya Agus kembali
Mendengar pertanyaan Agus, Nana menutup buku yang sedang ia baca, memejamkan mata nya
sejenak dan berkata
“Aku bahagia membaca surat mu, Gus.... tapi aku gak bisa menerima isi surat mu itu”. Jawab Nana tanpa menoleh sedikitpun pada Agus
“Kenapa Na? Kamu belum siap? Aku bisa menunggu sampai kamu siap menerima lamaran ku?” desak Agus.
“Maaf Gus, aku gak bisa. Aku belum memikirkan pernikahan, hbungan special atau apalah itu soal cinta. Aku menghargai kamu dan aku harap, kamu pun begitu”. Jelas Nana sambil meinggalkan Agus dan mengembalikan surat yang telah Agus kirim untuknya.
Keputusan Nana untuk fokus dalam pendidikan, karir, dan masa depannya semakin kuat. Tidak sedikit laki-laki yang kecewa pada Nana karena penolakannya. Bahkan Nana tidak tahu laki-laki mana yang memang tulus ingin menikahi dia dengan segala kekurangannya, atau laki-laki seperti Rahman yang menghilang tanpa kabar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
chonurv
nasihatnya bagus sekali
2020-09-18
0
✰ཽᴰˢVenthy Vey💫ƒσε✰ཽ
jangan bosan2 feedback y kak 😘
2020-07-01
1
Lilis Suryani
semangat nana pasti bisa
2020-06-24
0