Tak terasa Nana sudah masuk ke semester 4, Nana bisa dikatakan telat dalam mengambil pendidikan, itu disebabkan karena setelah lulus SMA, Nana harus bekerja terlebih dahulu untuk menabung baru kemudian kuliah. Nana juga ambil kuliah kelas karyawan agar dia bisa membiayai kuliah sendiri tanpa harus merepotkan keluarganya. Nana ikut kos dengan teman kerjanya bernama Maya, usia Maya dan Nana sepadan, dia juga bekerja demi melanjutkan keperguruan tinggi. Nasib Maya dengan Nana bisa dikatakan tak jauh berbeda, mereka sama-sama meninggalkan keluarga demi sebuah cita-cita dan hal pribadi. Nana pergi karena malu dengan kondisi nya dan Maya pergi karena broken home. Kesamaan ini yang akhirnya membuat mereka menjadi sahabat.
Hari minggu pagi adalah hari kebanggaan bagi mereka karena mereka bebas dari kerjaan maupun kuliah. Namun pagi itu Maya terlihat berbeda, biasanya hari minggu Maya pulang menemui ibunya di Garut namun kali ini sepertinya dia hanya ingin menghabiskan waktu di kamar kos yang berukuran 6x6 itu. “Kamu gak pulang May?”
tanya Nana. “nngggaaakkkk.....karena hari ini aku mau pergi bersama mamang tercinta”. Jawab Maya bahagia. Maya pernah cerita kalau dia punya mamang kesayangan, mamang yang sangat dia sayang sebagai pengganti bapaknya yang telah meninggalkan dia bersama ibu nya. Nana hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tiap hari libur biasanya Nana pulang atau pergi ke toko buku tapi kali ini, Nana juga males untuk keluar kosan. “Kamu juga gak pulang, Na?” kali ini Maya yang balik bertanya pada Nana. Nana tidak menjawab, dia hanya senyum sebagai arti mengiakan pertanyaan Maya. “Kalau begitu, kamu ikut aku aja. Sekalian kamu aku kenalin
dengan mamang ku. Main bertiga pasti lebih rame”. Lanjut Maya sambil merayu Nana agar Nana ikut. Nana masih saja diam dan hanya mengerutkan dahi nya.
Waktu sudah pukul 10.00 penantian Maya akhirnya terbalaskan. “Pagi keponakan mamang yang cantik, sudah siap?” tanya mamang pada Maya. Nana masih asik di depan laptop sambil nonton konser boysband kesukaanya waktu SMA yaitu westlife. “Siap! Jawab Maya penuh semangat karena sudah lama sekali Maya tidak jalan bersama bapaknya sejak usia Maya 5 tahun. Mamang memang sangat sayang dan perhatian pada Maya, Maya beruntung punya mamang seperti dia. Nana sesekali mendengar canda Maya yang manja pada mamangnya dari balik pintu.
Maya menghampiri Nana, “Na...ayo, mamang sudah datang”. Bujuk Maya. Nana tidak tega menolak ajakan sahabatnya itu, Nana pun bergegas untuk ikut jalan-jalan bersama Maya dan mamangnya. “Mang, ini Nana teman satu kerjaan dan sekarang satu kosan dan Na, ini mang Rahman. Ini mamang ku yang paling baik, pinter, sayang dan keren. Keren kan?” Maya berusaha memperkenalkan Nana dengan mamang nya. Nana hanya tertunduk malu dan menyapa mang Rahman dengan senyuman dari birinya yang tipis.
Hari itu pun merupakan hari bahagia bagi Maya, selain bisa jalan bersama mamang kesayangannya itu namun bisa jalan bersama sahabatnya bernama Nana. Sehingga Maya tidak lagi mendengar bisikan netizen yang menganggap bahwa dia jalan bersama om om atau om jalan dengan daun muda. Bagaimana tidak demikian, usia
mang Rahman dengan Maya terpaut 15 tahun, usia dewasapun sudah nampak pada wajah mamang, begitu juga dengan Maya yang sekarang berusia 21 tahun, mereka tiidak lagi terlihat seperti mamang dengan keponakan akan tetapi mereka terlihat seperti sepasang kekasih, atau bisa dikatakan om dengan daun muda nya.
Pertemuan mang Rahman dengan Nana ternyata menjadi pertemuan yang sangat mengesankan bagi
mang Rahman, mang Rahman jatuh hati pada Nana sejak pandangan pertama. Mang Rahman adalah duda memiliki satu orang putra yang masih kecil yang tinggal bersama mantan istrinya di Bandung, mantan istri mang Rahman adalah seorang model majalah yang pergi meninggalkan dia dan membawa anak semata wayangnya
itu. Entah apa alasan perceraian mereka, hanya Maya yang tahu. Maya sering bercerita tentang mang Rahman namun hanya sekedar cerita, yang nana tahu adalah mang Rahman seorang duren alias Duda keren. Penampilannya yang kece, dengan motor ninja dan kaca mata hitam yang selalu duduk diatas hidung mancung nya membuat penampilan mang Rahman terlihat lebih muda dari usianya.
Mang Rahman merupakan seorang laki-laki baik, perhatian, ramah, hangat dan sayang keluarga. Semua itu nampak dari cara dia memanjakan Maya, akan tetapi tidak pernah terbesit dipikiran Nana untuk mengenal mang Rahman lebih jauh. Sampai pada akhirnya, setelah pertemuan itu mang Rahman lebih sering datang ke kosan
dengan alasan kangen dengan keponakannya dan ingin mentraktir Maya dan Nana makan siang atau sekedar beli ice cream. Nana tidak pernah mengira ternyata ada wabah cinta yang sedang bersarang dihati mang Rahman.
Semakin lama hubungan Nana dengan mang Rahman semakin dekat layaknya hubungan Maya dengannya.
Nana cukup enjoy tiap kali mang Rahman datang, ngobrol bahkan ajak keluar karena selama ini mereka selalu pergi bertiga. Namun, Maya meneruh curiga kepada mamangnya itu karena ada yang aneh pada tingkah laku mamangnya. Mang Rahman yang biasanya datang ke kosan satu bulan sekali tapi kali ini tiap
minggu dia datang bahkan dia tidak pernah lupa menanyakan kabar Nana setiap kali mereka ngobrol di telepon. Selain itu, mang Rahman pernah meminta nomer kontak Nana dan ini semua yang membuat Maya semakin yakin bahwa ada cinta yang disembunyikan oleh duda keren itu.
Nana sempat mendengar pembicaraan mereka via telepon, yang membahas tentang dirinya namun tak pernah Nana hiraukan. Maya ingin membahas tentang perasaan mamangnya itu kepada Nana tapi Maya takut Nana tidak nyaman dan akhirnya pindah kosan. Akan tetapi sikap mang Rahman membuat Maya semakin yakin dan bete karena seperti memberi harapan palsu pada Nana walapun sebenarnya Nana belum tahu perasaan mang Rahman kepadanya. “Na, menurut kamu, mang Rahman seperti apa?”tanya Maya pada Nana. Spontan, Nana pun langsung menjawab pertanyaan Maya, “baik, penyayang, perhatian, dan hangat”. Jawab Nana sambil tersenyum seolah-olah ada rasa dalam hati Nana terhadap mang Rahman.
Keesokan hari nya, Maya datang menemui mang Rahman di rumahnya yang berlokasi di Jonggol. Pertemuan mereka sangat serius membahas tentang mang Rahman dengan Nana, “Loh....kok gak telepon mau datang?” tanya mamang hangat. “Kan bisa telepon, nanti mamang jemput, sendirian? Mana Nana?”. Belum dijawab pertanyaan
pertama, namun mamang sudah melanjutkan pertanyaan berikutnya. “Sengaja Maya kesini ingin bicara soal Nana”. Jawab Maya. Mang Rahman diam sejenak seolah berpikir bahwa Nana sedang ada masalah. “Kenapa Nana, sakit? Sakit apa? Biar mamang bawa dia ke dokter”. Mang Rahman terlihat panik dan begitu khawatir pada Nana.
“Manag suka sama Nana? Maksud Maya, cinta begitu?”. Tanya Maya to the point. “Sejak kapan dan kenapa harus Nana?” Maya melanjutkan pertanyaan, nada Maya kali ini berubah menjadi ketus seakan tidak merestui jika mang Rahman memilih Nana. Mang Rahman bangkit dari duduknya dan memeluk Maya yang sedang berdiri di pinggir sungai persis didepan halaman rumah mang Rahman. “Jika benar, kenapa sayang..... Nana manis, baik, pandai menutup aurat, juga manja seperti kamu. Sedangkan mamang statusnya duda, apa salahnya jika mamang menaruh hati pada Nana”. Jawab mang Rahman. “Tapi dia seusia aku mang.....usia mamang dengannya
terpaut jauh. Selain itu, Nana belum mengerti soal cinta. Dia tidak pernah bermain dengan cinta. Maya takut mamang membuatnya kecewa”. Jawab Maya.
Penolakan Maya sepertinya serius bahwa dia memberi sinyal pada mang Rahman agar menjauhi Nana. “Insya Allah, Nana tidak akan tersakiti, janji”. Janji mang Rahman kepada Maya seakan-akan tidak ada yang dapat menghentikan perasaannya terhadap Nana. Perhatian mang Rahman kepada Nana membuat Nana semakin nyaman dan menumbuhkan perasaan yang sama seperti apa yang disarasakan mang Rahman kepadanya. Usia
mereka memang terpaut jauh akan tetapi bukan penghalang bagi mereka untuk saling jatuh cinta.
Nana masih teringat dengan vonis itu, namun Nana juga memikirkan keluarganya, biar bagaimanapun keluarga Nana sangat menginginkan Nana menikah. Sosok mang Rahman membuat Nana berani membuka diri untuk cinta dan lupa akan MRKH yang ada pada dirinya. Vonis dokter waktu itu seolah-olah hanya mimpi buruk bagi Nana, Nana tidak lagi mengingat tentang MRKH, yang saat ini dia rasakan adalah bahwa dirinya mulai jatuh cinta pada duda ber anak satu itu. Pesona mang Rahman cukup membuat Nana terpukau hingga pada akhirnya mereka menjalin hubungan tanpa status. Tidak ada ungkapan cinta satu sama lain, yang ada hanya saling memberi perhatian. Maya yang awalnya sempat menolak kedekatan mereka, akhirnya menerima dan berusaha untuk mengerti bahwa cinta tak memandang usia dan status.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
N Hayati
tapi nana, you have to be honest
2022-01-01
0
chonurv
saya juga suka westlife
2020-09-18
0
Ainun Nabilah
semangat
2020-06-24
0