💮 Selamat Membaca, dan sehat selalu 💮
Iren dan Mira masih sibuk membereskan beberapa barang-barang yang kira-kira masih bisa dibereskan.
"BRAK!!"
Suara keras berasal dari dalam kamar mandi, membuat Iren berlari masuk untuk melihatnya.
"Apa yang sedang kau lakukan Mir?" Tanya Iren, saat ia melihat sahabatnya memegang sebuah bor listrik dan pemanas daging. Dan keadaan di situ sangat kacau. Atap plafon juga roboh, hingga badan Mira terkena debu dari robohan atap tersebut.
"Aku sedang memasang pemanas air. Jadi saat kau mandi nanti tidak perlu merebus-rebus air, dan tinggal putar kran saja seperti di rumahku," ucap Mira.
"Apa kau yakin kau sedang memasang pemanas air? Tapi mengapa yang kulihat sepertinya kau sedang menghancurkan kamar mandiku," ucap Iren sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.
"Tentu saja. Aku sudah melihatnya saat kamar mandiku direnovasi. Dan sepertinya seperti ini deh suamiku memasangnya. Tapi kenapa malah meledak ya?" Iren sangat gemas melihat tingkah sahabatnya itu.
"Mana ada orang pasang pemanas air dengan cara dan alat seperti itu! Sudahlah lebih baik kita menunggu para tukang saja. Mungkin sebentar lagi Alif sampai.'' Iren menarik tangan Mira dan mengajaknya untuk keluar dari rumah. Tak lupa mengajak si kecil Mura.
''Heei!'' Aku belum selesai tau!'' Ucap Mira yang tidak terima saat Iren menghentikan pekerjaannya.
''Sudahlah, nanti malah tambah hancur rumahku. Apa kau ingin aku tidak mempunyai rumah? Mana rumah sudah reot masih mau kamu hancurin lagi,'' ucap Iren. Akhirnya Mira pun pasrah dan meletakkan peralatan yang ia genggam sedari tadi, lalu menggendong putrinya. Tak lama kemudian Alif datang bersama beberapa para tukang.
''Apa yang sedang kalian lakukan? Dan kenapa pakaianmu sampai kotor seperti itu Mira?'' Tanya Alif.
''Aku sedang menghancurkan rumah Iren Lif, apa kau tidak bisa melihatnya.'' Gerutu Mira. Iren tersenyum mendengar jawaban sahabatnya. Dan di tambah lagi keadaan Mira yang dari rambut hingga kaki terkena debu dari atap plafon rumah.
''Kalian istirahat saja dulu, aku akan membawa para tukang ini untuk melihat-lihat rumah ini dulu.'' Ucap Alif. Benar juga ucapan Alif, bukankah lebih baik para perempuan bersantai ria dari pada makin kacau nantinya.
''Lif, apa kau nanti datang kereunian sekolah kita nanti?'' Mira bertanya pada Alif, namun Alif malah fokus melihat raut wajah Irena.
''Apa kau juga akan datang?'' Tanya balik Alif.
''Tentu saja,'' aku nanti akan datang bersama dengan anak dan suamiku. Eeh, jika nanti kau mau datang, sekalian ya nitip Iren. Biar bareng gitu.'' Ucap Mira. Alif yang mendengar ucapan Mira pun tersenyum sekilas dan bahkan Mira tidak menyadarinya.
''Baiklah.'' Alif segera masuk untuk menunjukkan beberapa kerusakan kepada para tukang, agar segera mulai bisa diperbaiki.
''Ren, apa lebih baik kita bersiap-siap saja. Lagi pula hari juga sudah sore.'' Ucap Mira.
''Baiklah kalau begitu aku mau mengambil tas ku dulu.'' Iren pun kemudian kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil tas yang berisi baju dan perlengkapan lainnya.
***********
Beberapa saat kemudian...
Kini Iren sudah tampil cantik dengan drees berwarna biru yang senada dengan set anting dan kalungnya yang berbentuk kupu-kupu. Alif pun sudah berdiri di depan rumah Mira. Ia juga sudah tampil rapi dengan kemeja biru. Entah kebetulan atau takdir Tuhan, rasanya pakaian yang dikenakan Iren maupun Alif, terlihat seperti pasangan yang serasi.
''Lif,'' Iren memanggil Alif yang saat ini masih sibuk dengan ponsel yang ada di genggaman tangannya. Entah apa yang sedang pria itu lakukan.
Alif mendongakkan kepalanya untuk melihat sang punya suara yang memanggilnya. Terdiam sesaat, saat ia melihat sosok gadis yang memanggilnya tadi. Namun dengan segera ia bisa menetralkan keterkejutannya saat melihat gadis itu yang tampil dengan sangat cantik. ( menurut Alif ).
''Kau sudah siap?'' Tanya Alif.
''Kau sudah melihatku berdiri rapi dengan membawa tas seperti ini, apa perlu kau tanyakan lagi siap atau tidak!'' Gerutu Iren. Alif terseyum melihat tingkah gadis itu. Mereka pun berangkat mengendarai mobil milik Irena.
Setelah sampai, ternyata banyak yang sudah datang berkumpul. Bahkan Mira dan suaminya juga sudah bersenda gurau di sana. Mata Irena terpatri pada sosok wanita yang kini juga tengah memandangnya. Wanita itu adalah Danisha. Dari pandangannya saja sudah terlihat seakan ingin melahap kepala irena mentah-mentah.
''Ren!'' Mira memanggil Iren saat ia melihat sahabatnya telah sampai. Irena pun segera menghampirinya, lalu meminta si kecil Mura untuk di gendongnya.
''Wah Ren, kau terlihat sudah sangat pantas menjadi seorang Ibu Ren.'' Ledek Mira. Irena hanya memutar malas mendengar perkataan sahabatnya.
Semua orang sudah datang dan berkumpul di meja yang sudah disiapkan dengan berbagai hidangan yang sangat lezat. Sambil mengobrol mereka bisa sambil menikmati makanannya. Hingga sebuah suara membuat semua orang yang hadir diperjamuan itu menghentikan aktivitas mereka.
''Irena ya.'' Ucap suara itu yang tak lain adalah Jils Angela yang juga teman SMA Iren. Iren yang merasa namanya terpanggil pun menoleh kearah Jils.
''Yaa.'' Jawab Iren dengan malas. Ia sangat kenal dengan sifat Jils. Jils itu sama kaya Danisha karena mereka satu paket ibarat beli barang ya beli satu gratis satu plus gratis ongkir jika ada acara 12-12 wkwkwkwkwk.
''Apa? Jangan cari gara-gara ya Jils! Atau, kau ingin aku memukulmu!'' Sarkas Mira yang juga sudah hafal dengan sifat dan tingkah Jils.
''Oiiii!'' Bisa tidak jangan marah-marah Bu! Ingat umur. Kita bukan lagi anak muda yang bisa sok jagoan.'' Ucap Jils dengan nada merendahkan.
''Kalau aku mah tidak peduli mau umur aku tua atau pun muda. Bagi aku ya, siapa pun yang mengganggu sahabatku pasti aku akan memberinya pelajaran.'' Balas Mira. Suami Mira berusaha menenangkan istrinya yang sedang terbawa emosi.
''Sudah Mir, biarin aja dia mau apa.'' Ucap Irena memegang pundak Mira lalu memaksa Mira untuk duduk dan diberikan putrinya lalu di dudukkannya di pangkuan Mira.
''Heeh! Aku kan cuma manggil. Lagi pula apa salahnya aku? Iya kan teman-teman.'' Jils sengaja memancing emosi Mira. Semenjak SMA, Jils dan Mira memang seperti musuh bebuyutan. Terlebih, Jils adalah mantan kekasih suaminya Mira dan juga sahabat Danisha yang selalu membuly Irena.
''Oh iya Ren, aku dengar kau sudah bertunangan dengan anaknya presdir tempat kamu berkerja di kota. Tapi kenapa mendadak kau kembali ke desa? Apa jangan-jangan kau dicampakkan lagi sama tunanganmu itu.'' Ucap Jils dengan senyum liciknya. Iren yang mendengar perkataan Jils membuatnya down kembali. Kedua tangannya mengepal erat dres yang ia kenakan. Iren tidak menyangka Jils akan mengungkit kisah cintanya yang kelam itu di sini.
''Tutup mulut kotormu itu Jils! Kau itu datang kesini untuk menjalin hubungan baik dengan teman-teman, atau membuat kerusuhan?'' Sarkas Mira yang geram saat melihat sahabatnya tertekan kembali.
''Looh! Memangnya apa salahnya pertanyaanku? Lagi pula itu fakta kan? Tidak mungkin orang yang sudah bertunangan dengan orang kaya dan tinggal enak di kota tiba-tiba mendadak pulang lagi ke desa. Apa menurutmu masuk di akal?'' Jils masih saja ingin mencari gara-gara.
Irena yang tidak tahan lagi mendengar perkataan Jils, ia pun lebih memilih pergi meninggalkan tempat itu. Mira hendak menyusul, namun putrinya tiba-tiba menangis dan suaminya tidak bisa menenangkan putrinya. Hingga membuat ia mengurungkan niatnya. Mira melihat Alif yang bergegas hendak menyusul Iren.
''Lif!'' Mira menghentikan langkah Alif.
''Tolong susul Iren ya Lif, aku takut Iren kenapa-napa,'' Ucap Mira dengan sedih. Alif pun mengangguk. Kemudian segera pergi menyusul Iren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Dhina ♑
Apa jika setahu banyak begitu
2022-12-18
0
Dhina ♑
👏👏👏 Mira cepat tanggap dia, to the poin dengan ucapannya
2022-12-18
0
Dhina ♑
what 😱😱 meledak, oh My GOD
2022-12-18
0