Bab 3: Mengungkit masa lalu

💮 Selamat Membaca, dan sehat selalu 💮

Iren dan Mira masih sibuk membereskan beberapa barang-barang yang kira-kira masih bisa dibereskan.

"BRAK!!"

Suara keras berasal dari dalam kamar mandi, membuat Iren berlari masuk untuk melihatnya.

"Apa yang sedang kau lakukan Mir?" Tanya Iren, saat ia melihat sahabatnya memegang sebuah bor listrik dan pemanas daging. Dan keadaan di situ sangat kacau. Atap plafon juga roboh, hingga badan Mira terkena debu dari robohan atap tersebut.

"Aku sedang memasang pemanas air. Jadi saat kau mandi nanti tidak perlu merebus-rebus air, dan tinggal putar kran saja seperti di rumahku," ucap Mira.

"Apa kau yakin kau sedang memasang pemanas air? Tapi mengapa yang kulihat sepertinya kau sedang menghancurkan kamar mandiku," ucap Iren sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.

"Tentu saja. Aku sudah melihatnya saat kamar mandiku direnovasi. Dan sepertinya seperti ini deh suamiku memasangnya. Tapi kenapa malah meledak ya?" Iren sangat gemas melihat tingkah sahabatnya itu.

"Mana ada orang pasang pemanas air dengan cara dan alat seperti itu! Sudahlah lebih baik kita menunggu para tukang saja. Mungkin sebentar lagi Alif sampai.'' Iren menarik tangan Mira dan mengajaknya untuk keluar dari rumah. Tak lupa mengajak si kecil Mura.

''Heei!'' Aku belum selesai tau!'' Ucap Mira yang tidak terima saat Iren menghentikan pekerjaannya.

''Sudahlah, nanti malah tambah hancur rumahku. Apa kau ingin aku tidak mempunyai rumah? Mana rumah sudah reot masih mau kamu hancurin lagi,'' ucap Iren. Akhirnya Mira pun pasrah dan meletakkan peralatan yang ia genggam sedari tadi, lalu menggendong putrinya. Tak lama kemudian Alif datang bersama beberapa para tukang.

''Apa yang sedang kalian lakukan? Dan kenapa pakaianmu sampai kotor seperti itu Mira?'' Tanya Alif.

''Aku sedang menghancurkan rumah Iren Lif, apa kau tidak bisa melihatnya.'' Gerutu Mira. Iren tersenyum mendengar jawaban sahabatnya. Dan di tambah lagi keadaan Mira yang dari rambut hingga kaki terkena debu dari atap plafon rumah.

''Kalian istirahat saja dulu, aku akan membawa para tukang ini untuk melihat-lihat rumah ini dulu.'' Ucap Alif. Benar juga ucapan Alif, bukankah lebih baik para perempuan bersantai ria dari pada makin kacau nantinya.

''Lif, apa kau nanti datang kereunian sekolah kita nanti?'' Mira bertanya pada Alif, namun Alif malah fokus melihat raut wajah Irena.

''Apa kau juga akan datang?'' Tanya balik Alif.

''Tentu saja,'' aku nanti akan datang bersama dengan anak dan suamiku. Eeh, jika nanti kau mau datang, sekalian ya nitip Iren. Biar bareng gitu.'' Ucap Mira. Alif yang mendengar ucapan Mira pun tersenyum sekilas dan bahkan Mira tidak menyadarinya.

''Baiklah.'' Alif segera masuk untuk menunjukkan beberapa kerusakan kepada para tukang, agar segera mulai bisa diperbaiki.

''Ren, apa lebih baik kita bersiap-siap saja. Lagi pula hari juga sudah sore.'' Ucap Mira.

''Baiklah kalau begitu aku mau mengambil tas ku dulu.'' Iren pun kemudian kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil tas yang berisi baju dan perlengkapan lainnya.

***********

Beberapa saat kemudian...

Kini Iren sudah tampil cantik dengan drees berwarna biru yang senada dengan set anting dan kalungnya yang berbentuk kupu-kupu. Alif pun sudah berdiri di depan rumah Mira. Ia juga sudah tampil rapi dengan kemeja biru. Entah kebetulan atau takdir Tuhan, rasanya pakaian yang dikenakan Iren maupun Alif, terlihat seperti pasangan yang serasi.

''Lif,'' Iren memanggil Alif yang saat ini masih sibuk dengan ponsel yang ada di genggaman tangannya. Entah apa yang sedang pria itu lakukan.

Alif mendongakkan kepalanya untuk melihat sang punya suara yang memanggilnya. Terdiam sesaat, saat ia melihat sosok gadis yang memanggilnya tadi. Namun dengan segera ia bisa menetralkan keterkejutannya saat melihat gadis itu yang tampil dengan sangat cantik. ( menurut Alif ).

''Kau sudah siap?'' Tanya Alif.

''Kau sudah melihatku berdiri rapi dengan membawa tas seperti ini, apa perlu kau tanyakan lagi siap atau tidak!'' Gerutu Iren. Alif terseyum melihat tingkah gadis itu. Mereka pun berangkat mengendarai mobil milik Irena.

Setelah sampai, ternyata banyak yang sudah datang berkumpul. Bahkan Mira dan suaminya juga sudah bersenda gurau di sana. Mata Irena terpatri pada sosok wanita yang kini juga tengah memandangnya. Wanita itu adalah Danisha. Dari pandangannya saja sudah terlihat seakan ingin melahap kepala irena mentah-mentah.

''Ren!'' Mira memanggil Iren saat ia melihat sahabatnya telah sampai. Irena pun segera menghampirinya, lalu meminta si kecil Mura untuk di gendongnya.

''Wah Ren, kau terlihat sudah sangat pantas menjadi seorang Ibu Ren.'' Ledek Mira. Irena hanya memutar malas mendengar perkataan sahabatnya.

Semua orang sudah datang dan berkumpul di meja yang sudah disiapkan dengan berbagai hidangan yang sangat lezat. Sambil mengobrol mereka bisa sambil menikmati makanannya. Hingga sebuah suara membuat semua orang yang hadir diperjamuan itu menghentikan aktivitas mereka.

''Irena ya.'' Ucap suara itu yang tak lain adalah Jils Angela yang juga teman SMA Iren. Iren yang merasa namanya terpanggil pun menoleh kearah Jils.

''Yaa.'' Jawab Iren dengan malas. Ia sangat kenal dengan sifat Jils. Jils itu sama kaya Danisha karena mereka satu paket ibarat beli barang ya beli satu gratis satu plus gratis ongkir jika ada acara 12-12 wkwkwkwkwk.

''Apa? Jangan cari gara-gara ya Jils! Atau, kau ingin aku memukulmu!'' Sarkas Mira yang juga sudah hafal dengan sifat dan tingkah Jils.

''Oiiii!'' Bisa tidak jangan marah-marah Bu! Ingat umur. Kita bukan lagi anak muda yang bisa sok jagoan.'' Ucap Jils dengan nada merendahkan.

''Kalau aku mah tidak peduli mau umur aku tua atau pun muda. Bagi aku ya, siapa pun yang mengganggu sahabatku pasti aku akan memberinya pelajaran.'' Balas Mira. Suami Mira berusaha menenangkan istrinya yang sedang terbawa emosi.

''Sudah Mir, biarin aja dia mau apa.'' Ucap Irena memegang pundak Mira lalu memaksa Mira untuk duduk dan diberikan putrinya lalu di dudukkannya di pangkuan Mira.

''Heeh! Aku kan cuma manggil. Lagi pula apa salahnya aku? Iya kan teman-teman.'' Jils sengaja memancing emosi Mira. Semenjak SMA, Jils dan Mira memang seperti musuh bebuyutan. Terlebih, Jils adalah mantan kekasih suaminya Mira dan juga sahabat Danisha yang selalu membuly Irena.

''Oh iya Ren, aku dengar kau sudah bertunangan dengan anaknya presdir tempat kamu berkerja di kota. Tapi kenapa mendadak kau kembali ke desa? Apa jangan-jangan kau dicampakkan lagi sama tunanganmu itu.'' Ucap Jils dengan senyum liciknya. Iren yang mendengar perkataan Jils membuatnya down kembali. Kedua tangannya mengepal erat dres yang ia kenakan. Iren tidak menyangka Jils akan mengungkit kisah cintanya yang kelam itu di sini.

''Tutup mulut kotormu itu Jils! Kau itu datang kesini untuk menjalin hubungan baik dengan teman-teman, atau membuat kerusuhan?'' Sarkas Mira yang geram saat melihat sahabatnya tertekan kembali.

''Looh! Memangnya apa salahnya pertanyaanku? Lagi pula itu fakta kan? Tidak mungkin orang yang sudah bertunangan dengan orang kaya dan tinggal enak di kota tiba-tiba mendadak pulang lagi ke desa. Apa menurutmu masuk di akal?'' Jils masih saja ingin mencari gara-gara.

Irena yang tidak tahan lagi mendengar perkataan Jils, ia pun lebih memilih pergi meninggalkan tempat itu. Mira hendak menyusul, namun putrinya tiba-tiba menangis dan suaminya tidak bisa menenangkan putrinya. Hingga membuat ia mengurungkan niatnya. Mira melihat Alif yang bergegas hendak menyusul Iren.

''Lif!'' Mira menghentikan langkah Alif.

''Tolong susul Iren ya Lif, aku takut Iren kenapa-napa,'' Ucap Mira dengan sedih. Alif pun mengangguk. Kemudian segera pergi menyusul Iren.

Terpopuler

Comments

Dhina ♑

Dhina ♑

Apa jika setahu banyak begitu

2022-12-18

0

Dhina ♑

Dhina ♑

👏👏👏 Mira cepat tanggap dia, to the poin dengan ucapannya

2022-12-18

0

Dhina ♑

Dhina ♑

what 😱😱 meledak, oh My GOD

2022-12-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Cinta bersemi di musim hujan
2 Bab 2: Tetesan air dari langit
3 Bab 3: Mengungkit masa lalu
4 Bab-4 Senyuman yang menyakitkan
5 Bab 5: Masa lalu
6 Bab 6: Masa lalu 2 ~ Adik atau Tunangan?
7 Bab 7: Masa lalu 3 ( Luka yang teramat dalam )
8 Bab 8: Ingin melindungi
9 Bab 9: Perjanjian Antara Sahabat
10 Bab 10: Desas desus Tetangga
11 Bab 11: Luapan Emosi
12 Bab 12: "Makanan yang manis juga gak mungkin tiba-tiba menjadi asin!"
13 Bab 13: Kebenaran dari masa lalu
14 Bab 14: Belum bisa memaafkan
15 Bab 15: Cinta dan Dilema
16 Bab 16: Berduka
17 Bab 17: Mura dan keceriaannya
18 Bab 18: Pertemuan yang tak terduga
19 Bab 19: Emosi Mira
20 Bab 20: Nasehat
21 Bab 21: Bertemu untuk berpisah
22 Bab 22: Bintang yang tertutup awan
23 Bab 23: Berlibur di pantai
24 Bab 24: Menghadiri pernikahan
25 Bab 25: Pola pikir manusia
26 Bab 26: Teman lama
27 Bab 27: Memaafkan dan Berdamai Dengan Keadaan
28 Bab 28: Sabotase
29 Bab 29: " Gio "
30 Bab 30: Khawatir
31 Bab 31: Kebenaran
32 Bab 32: Hati yang terluka
33 Bab 33: Tetanggaan dengan Gio
34 Bab 34: Kapal pecah
35 Bab 35: Sakit
36 Bab 36: Bukan debat Caleg
37 Bab 37: Pekerjaan sampingan Iren
38 Bab 38: Kejutan yang gagal
39 Bab 39: Bertemu Kembali
40 Bab 40: Pembukaan Toko Irena
41 Bab 41: Penjelasan dan Rahasia
42 Bab 42: Sidang pertama
43 Bab 43: Penyesalan Ranty
44 Bab 44: Nama yang tak asing
45 Bab 45: Pernyataan Cinta Gio
46 Bab 46: Demi kebaikan bersama
47 Bab 47: Di bawah payung yang sama
48 Bab 48: Kedatangan yang tak terduga
49 Bab 49: Masa lalu yang terungkap
50 Bab 50: Sosok laki-laki yang tulus
51 Bab 51: Pembicaraan
52 Bab 52: Perasaan Alif
53 Bab 53: Ponsel Mira
54 Bab 54: Kakak beradik
55 Bab 55: Ungkapan Cinta Alif
56 Bab 56: Janji Alif
57 Bab 57: Restu Mama
58 Bab 58: Rencana
59 Bab 59: Acara lamaran
60 Bab 60: Kedatangan tamu yang tak terduga
61 Bab 61: Calon mertua Alif ?
62 Bab 62: Pembicaraan serius
63 Bab 63: Dia ?
64 Bab 64: Kecelakaan
65 Bab 65: Rumah sakit
66 Bab 66: Koma
67 Bab 67: Bertemu dengan yang lebih Gila darinya
68 Bab 68: Kebodohan Danisha
69 Bab 69: Kedatangan papa Bayu
70 Bab 70: Kasih sayang seorang ayah
71 Bab 71: Kantong plastik
72 Bab 72: Akting
73 Bab 73: Marah
74 Bab 74: Tamu Istimewa
75 Bab 75: Sadar Dari Koma
76 Bab 76: Akad
77 Bab 77: Saling Memaafkan
78 Bab 78: Kesedihan yang terpendam
79 Bab 79: Pulih kembali
80 Bab 80: Kecurigaan Pak Bayu
81 Bab 81: Penguntit
82 Bab 82: Sudah siap
83 Bab 83 : Kabar Duka
84 Bab 84: Pemakaman
85 Bab 85: Menyelidiki
86 Bab 86: Tertangkapnya Lidiya
87 Bab 87: Hasil penyelidikan
88 Bab 88 : Tangisan yang menyayat hati
89 Bab 89: Ada yang berbeda
90 Bab 90 : Morning sickness
91 Bab 91 : Bukan perjalanan Akhir.
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bab 1: Cinta bersemi di musim hujan
2
Bab 2: Tetesan air dari langit
3
Bab 3: Mengungkit masa lalu
4
Bab-4 Senyuman yang menyakitkan
5
Bab 5: Masa lalu
6
Bab 6: Masa lalu 2 ~ Adik atau Tunangan?
7
Bab 7: Masa lalu 3 ( Luka yang teramat dalam )
8
Bab 8: Ingin melindungi
9
Bab 9: Perjanjian Antara Sahabat
10
Bab 10: Desas desus Tetangga
11
Bab 11: Luapan Emosi
12
Bab 12: "Makanan yang manis juga gak mungkin tiba-tiba menjadi asin!"
13
Bab 13: Kebenaran dari masa lalu
14
Bab 14: Belum bisa memaafkan
15
Bab 15: Cinta dan Dilema
16
Bab 16: Berduka
17
Bab 17: Mura dan keceriaannya
18
Bab 18: Pertemuan yang tak terduga
19
Bab 19: Emosi Mira
20
Bab 20: Nasehat
21
Bab 21: Bertemu untuk berpisah
22
Bab 22: Bintang yang tertutup awan
23
Bab 23: Berlibur di pantai
24
Bab 24: Menghadiri pernikahan
25
Bab 25: Pola pikir manusia
26
Bab 26: Teman lama
27
Bab 27: Memaafkan dan Berdamai Dengan Keadaan
28
Bab 28: Sabotase
29
Bab 29: " Gio "
30
Bab 30: Khawatir
31
Bab 31: Kebenaran
32
Bab 32: Hati yang terluka
33
Bab 33: Tetanggaan dengan Gio
34
Bab 34: Kapal pecah
35
Bab 35: Sakit
36
Bab 36: Bukan debat Caleg
37
Bab 37: Pekerjaan sampingan Iren
38
Bab 38: Kejutan yang gagal
39
Bab 39: Bertemu Kembali
40
Bab 40: Pembukaan Toko Irena
41
Bab 41: Penjelasan dan Rahasia
42
Bab 42: Sidang pertama
43
Bab 43: Penyesalan Ranty
44
Bab 44: Nama yang tak asing
45
Bab 45: Pernyataan Cinta Gio
46
Bab 46: Demi kebaikan bersama
47
Bab 47: Di bawah payung yang sama
48
Bab 48: Kedatangan yang tak terduga
49
Bab 49: Masa lalu yang terungkap
50
Bab 50: Sosok laki-laki yang tulus
51
Bab 51: Pembicaraan
52
Bab 52: Perasaan Alif
53
Bab 53: Ponsel Mira
54
Bab 54: Kakak beradik
55
Bab 55: Ungkapan Cinta Alif
56
Bab 56: Janji Alif
57
Bab 57: Restu Mama
58
Bab 58: Rencana
59
Bab 59: Acara lamaran
60
Bab 60: Kedatangan tamu yang tak terduga
61
Bab 61: Calon mertua Alif ?
62
Bab 62: Pembicaraan serius
63
Bab 63: Dia ?
64
Bab 64: Kecelakaan
65
Bab 65: Rumah sakit
66
Bab 66: Koma
67
Bab 67: Bertemu dengan yang lebih Gila darinya
68
Bab 68: Kebodohan Danisha
69
Bab 69: Kedatangan papa Bayu
70
Bab 70: Kasih sayang seorang ayah
71
Bab 71: Kantong plastik
72
Bab 72: Akting
73
Bab 73: Marah
74
Bab 74: Tamu Istimewa
75
Bab 75: Sadar Dari Koma
76
Bab 76: Akad
77
Bab 77: Saling Memaafkan
78
Bab 78: Kesedihan yang terpendam
79
Bab 79: Pulih kembali
80
Bab 80: Kecurigaan Pak Bayu
81
Bab 81: Penguntit
82
Bab 82: Sudah siap
83
Bab 83 : Kabar Duka
84
Bab 84: Pemakaman
85
Bab 85: Menyelidiki
86
Bab 86: Tertangkapnya Lidiya
87
Bab 87: Hasil penyelidikan
88
Bab 88 : Tangisan yang menyayat hati
89
Bab 89: Ada yang berbeda
90
Bab 90 : Morning sickness
91
Bab 91 : Bukan perjalanan Akhir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!