Kenangan Cinta Pertama

Kenangan Cinta Pertama

Bab 1: Cinta bersemi di musim hujan

💮 Selamat membaca, dan semoga sehat selalu 💮

Dua orang perempuan tengah mengobrol ringan. Satunya sambil fokus menyetir dan satunya lagi tengah melihat-lihat jalanan yang mereka lewati.

"Kenapa tiba-tiba kau kembali kedesa ini Iren?" Gadis yang mendapat pertanyaan itu, tersenyum kearah sahabatnya yang sedang bertanya padanya.

"Aku hanya rindu kampung halamanku Mira." Jawab gadis itu dengan senyuman yang manis. Sudah 5 tahun Iren meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke kota ikut bersama kedua orang tuanya saat ia baru lulus SMA. Keluarganya terpaksa meninggalkan desanya karena pekerjaan ayahnya yang mengharuskannya untuk pindah.

Namun pada akhirnya ia harus kembali lagi ke sini. Terlebih setelah apa yang ia alami di kota. Ia ingin menenangkan pikirannya sekaligus mengenang masa kecilnya itu. Dan mungkin ia akan tinggal di desa ini untuk waktu yang lama.

"BRAAAK!!" ( suara pintu mobil )

Pintu mobil tertutup kembali setelah gadis itu keluar. Ia segera membawa barang-barangnya untuk dipindahkan ke kamarnya. Iren sangat bahagia bisa kembali ke kampung halamannya meskipun kini ia harus hidup sendiri. Orang tuanya bercerai dan sudah memiliki keluarga masing-masing. Iren tidak ingin menjadi beban untuk mereka. Ia pun memutuskan memilih kembali ke kampung halamannya.

"Rumah ini sudah lama tidak di tempati, apa kau yakin akan tinggal disini sendiri Ren?" Tanya Mira. Karena tak ingin membuat sahabatnya khawatir Iren pun tersenyum dan mengangguk dengan yakin.

Mira dan Iren bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku SD, lalu SMP, dan SMA. Kepindahan Iren ke kota membuat mereka berpisah hingga 5 tahun lamanya. Mira sudah memiliki anak dan suami. Sehingga ia tidak bisa tinggal bareng dengan Iren. Apalagi anaknya yang masih kecil dan baru berusia 3 tahun.

"Aku besok akan kembali ke sini untuk membantumu membersihkan rumah Ren. Tapi sekarang aku harus segera pulang. Suamiku sudah menelponku karena putriku menangis terus katanya." Ucap Mira. Walau sebenarnya ia tidak tega melihat sahabatnya yang harus tinggal sendirian di rumah ini. Apalagi melihat kondisi rumah yang sudah mulai reot, dan beberapa atap juga ada yang copot. Mira sudah meminta Iren untuk tinggal sementara di rumahnya, sampai rumah ini selesai direnovasi. Namun Iren menolaknya dan lebih memilih untuk tinggal dirumah ini.

"Pulanglah." Lagi pula hari juga sudah malam. Paling aku hanya membereskan barang-barangku saja. Setelah itu aku akan beristirahat dahulu. Besok baru mulai membereskan rumah ini." Ucap Iren. Dengan berat hati, akhirnya Mira pun berpamitan untuk pulang.

Iren menyalakan beberapa lampu, namun ada beberapa yang tidak menyala. Mungkin karena saking lamanya rumah ini tidak di tempati sehingga beberapa peralatannya juga rusak. Dari arah jendela terlihat ada sebuah toko yang masih buka. Iren pun segera mengambil jaketnya dan pergi ke toko itu untuk membeli beberapa lampu.

POV Alif

"Kak! Mana makananku?" Teriak seorang gadis kecil yang kini tengah mencari-cari sesuatu dikantong plastik yang tengah ia bawa itu.

"Gadis itu ternyata sudah kembali setelah sekian lama. Apakah ia akan menetap atau hanya sementara?" Batin Alif. Sambil memperhatikan langkah seorang gadis yang tengah menyeret kopernya yang lumayan besar. Gadis itu adalah Iren dan Mira yang baru saja sampai.

"Kak!" Gadis kecil itu masih memanggil-manggil kakaknya yang masih menatap lurus kearah seorang gadis. Akhirnya gadis kecil itu menendang salah satu kaki kakaknya hingga membuat kakaknya tersadar dari lamunannya.

"Iya? Kenapa?" Alif bertanya pada adiknya sambil memegang kakinya yang sakit karena ditendang adiknya tadi.

"Kak," apa gadis itu yang bernama Irena?" Tanya Oliv. Ternyata nama gadis itu adalah Oliv, adik dari Alif. Alif tidak menjawabnya dan berjalan begitu saja meninggalkan adiknya.

"Kak! Tunggu aku!" Kenapa malah meninggalkanku? Kan aku cuma bertanya. Jangan-jangan gadis itu memang yang bernama Irena itu. Gadis pujaan kakak yang ada di laptop kakak. Benar kan?" Oliv masih saja mengoceh walau kakaknya tidak menggubrisnya.

POV Author

''Permisi!'' Iren memanggil penjaga toko untuk membeli beberapa lampu. Namun tak ada sahutan dari dalam. Sedangkan hujan mulai turun membuat gadis itu mencari tempat berteduh. Ia juga tidak membawa payung mau pun mantel ( jas hujan ). Pemilik toko itu juga tidak kunjung keluar. Akhirnya Iren pun memutuskan untuk meninggalkan toko itu.

''Mumpung masih gerimis. Lebih baik aku berlari saja.'' Ucap Iren. Namun saat ia mulai melangkahkan kakinya, ada sebuah suara yang memanggilnya.

''Tunggu dulu!'' Ucap sebuah Suara yang membuat Iren membalikkan badannya.

''Alif?'' Iren mengernyitkan keningnya saat melihat Alif datang dari arah dalam toko.

''Iya ini aku Alif. Apa kau lupa padaku?'' Ucap Alif.

''Toko ini milik kakak Ku. Ia sedang pergi ke kota untuk mengantar istrinya yang akan melahirkan. Jadi aku yang menjaga toko ini. Maaf tadi aku tidak mendengar panggilanmu, karena aku sedang memasak untuk adikku.'' Ucap Alif menjelaskan, saat melihat kebingungan Iren.

''Ooo.'' Iren hanya ber oh saja. Ia sendiri sedikit terkejut melihat sosok laki-laki itu. Laki-laki yang pernah mengisi ruang hatinya dahulu. Tidak bisa ia pungkiri, Alif merupakan cinta pertamanya saat ia masih duduk di bangku SMA. Namun ia tak pernah mengungkapkan cintanya itu. Dan hanya memendamnya saja. Apa lagi dulu sempat terjadi pertengkaran antara Ia dan teman sebangkunya yang juga menyukai Alif.

''Kau mau mencari sesuatu?'' Tanya Alif.

''Oh iya. Aku ingin membeli beberapa bolham lampu. Sebab ada beberapa lampu di rumahku yang rusak.'' Ucap Iren.

''Rumah itu? Apa kau tinggal di rumahmu yang dulu itu?'' Tanya Alif.

Iren mengangguk lalu berkata ''Kalau bukan rumah itu, lalu aku harus tinggal di mana lagi?'' Gerutu Iren. Alif tersenyum mendengar gerutuan Iren. ''Ternyata sifatnya masih sama.'' Batin Alif.

''Baiklah, Kau masuklah dahulu! Diluar hujannya semakin deras. Aku akan mencarinya dahulu.'' Ucap Alif sambil menyerahkan secangkir kopi hangat kepada Iren. Meski sedikit bingung karena ia tidak memesan kopi, namun Iren menerimanya. Sambil menunggu Alif, Iren menyeruput kopinya. Tak lama kemudian Alif datang membawa sebuah kantong kresek yang berisi beberapa bolham lampu. Sambil tersenyum ia lalu menyerahkannya pada Iren.

''Terimakasih, dan ini uangnya.'' Ucap Iren. Setelah menyerahkan Uangnya Iren bermaksud untuk segera pulang. Namun...

''Tunggu!'' Alif memanggil Iren, membuat Iren kembali membalikkan badannya. Ternyata Alif memberikan Iren sebuah payung.

''Hujannya masih cukup deras. Apa kau tidak mau menunggu sampai hujannya reda?'' Tanya Alif.

''Tidak,'' aku harus segera pulang. Jika hari semakin gelap aku tidak bisa memasang lampunya nanti.'' Ucap Iren. Sejenak membuat Alif terdiam setelah mendengar jawaban Iren.

''Baiklah. Apa kau butuh bantuan?'' Tanya Alif ragu-ragu. Mendengar ucapan Alif, Iren pun berpikir mungkin sebaiknya ia meminta tolong Alif saja. Karena tidak hanya satu yang rusak tapi ada juga beberapa lainnya.

''Baiklah, aku memang membutuhkan bantuan. Tapi jika kau tidak keberatan?'' Ucap Iren. Walau sebenarnya ia sendiri sedikit gugup saat berhadapan dengan Alif.

''Tentu saja,'' eeh maksud ku Aku tidak keberatan mari!'' Ucap Alif. Akhirnya Iren pun mempersilahkan Alif untuk membantunya.

Sesampainya di rumah, Iren mempersilahkan Alif untuk masuk. Baru juga masuk, tapi sudah dihadapkan dengan beberapa kekacauan di dalam rumah. banyak atap yang bocor. Tetesan air ada dimana-mana. ''Rumah ini memang benar-benar butuh direnovasi.'' Ucap Iren.

Terpopuler

Comments

Mariana Ndadjang

Mariana Ndadjang

mantap

2024-11-23

0

KIA Qirana

KIA Qirana

Astaghfirullah keluarga nya pecah 😭😭😭

2022-12-15

0

Dhina ♑

Dhina ♑

Aku terlalu jauh melangkah
hingga tak tahu arah

2022-12-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Cinta bersemi di musim hujan
2 Bab 2: Tetesan air dari langit
3 Bab 3: Mengungkit masa lalu
4 Bab-4 Senyuman yang menyakitkan
5 Bab 5: Masa lalu
6 Bab 6: Masa lalu 2 ~ Adik atau Tunangan?
7 Bab 7: Masa lalu 3 ( Luka yang teramat dalam )
8 Bab 8: Ingin melindungi
9 Bab 9: Perjanjian Antara Sahabat
10 Bab 10: Desas desus Tetangga
11 Bab 11: Luapan Emosi
12 Bab 12: "Makanan yang manis juga gak mungkin tiba-tiba menjadi asin!"
13 Bab 13: Kebenaran dari masa lalu
14 Bab 14: Belum bisa memaafkan
15 Bab 15: Cinta dan Dilema
16 Bab 16: Berduka
17 Bab 17: Mura dan keceriaannya
18 Bab 18: Pertemuan yang tak terduga
19 Bab 19: Emosi Mira
20 Bab 20: Nasehat
21 Bab 21: Bertemu untuk berpisah
22 Bab 22: Bintang yang tertutup awan
23 Bab 23: Berlibur di pantai
24 Bab 24: Menghadiri pernikahan
25 Bab 25: Pola pikir manusia
26 Bab 26: Teman lama
27 Bab 27: Memaafkan dan Berdamai Dengan Keadaan
28 Bab 28: Sabotase
29 Bab 29: " Gio "
30 Bab 30: Khawatir
31 Bab 31: Kebenaran
32 Bab 32: Hati yang terluka
33 Bab 33: Tetanggaan dengan Gio
34 Bab 34: Kapal pecah
35 Bab 35: Sakit
36 Bab 36: Bukan debat Caleg
37 Bab 37: Pekerjaan sampingan Iren
38 Bab 38: Kejutan yang gagal
39 Bab 39: Bertemu Kembali
40 Bab 40: Pembukaan Toko Irena
41 Bab 41: Penjelasan dan Rahasia
42 Bab 42: Sidang pertama
43 Bab 43: Penyesalan Ranty
44 Bab 44: Nama yang tak asing
45 Bab 45: Pernyataan Cinta Gio
46 Bab 46: Demi kebaikan bersama
47 Bab 47: Di bawah payung yang sama
48 Bab 48: Kedatangan yang tak terduga
49 Bab 49: Masa lalu yang terungkap
50 Bab 50: Sosok laki-laki yang tulus
51 Bab 51: Pembicaraan
52 Bab 52: Perasaan Alif
53 Bab 53: Ponsel Mira
54 Bab 54: Kakak beradik
55 Bab 55: Ungkapan Cinta Alif
56 Bab 56: Janji Alif
57 Bab 57: Restu Mama
58 Bab 58: Rencana
59 Bab 59: Acara lamaran
60 Bab 60: Kedatangan tamu yang tak terduga
61 Bab 61: Calon mertua Alif ?
62 Bab 62: Pembicaraan serius
63 Bab 63: Dia ?
64 Bab 64: Kecelakaan
65 Bab 65: Rumah sakit
66 Bab 66: Koma
67 Bab 67: Bertemu dengan yang lebih Gila darinya
68 Bab 68: Kebodohan Danisha
69 Bab 69: Kedatangan papa Bayu
70 Bab 70: Kasih sayang seorang ayah
71 Bab 71: Kantong plastik
72 Bab 72: Akting
73 Bab 73: Marah
74 Bab 74: Tamu Istimewa
75 Bab 75: Sadar Dari Koma
76 Bab 76: Akad
77 Bab 77: Saling Memaafkan
78 Bab 78: Kesedihan yang terpendam
79 Bab 79: Pulih kembali
80 Bab 80: Kecurigaan Pak Bayu
81 Bab 81: Penguntit
82 Bab 82: Sudah siap
83 Bab 83 : Kabar Duka
84 Bab 84: Pemakaman
85 Bab 85: Menyelidiki
86 Bab 86: Tertangkapnya Lidiya
87 Bab 87: Hasil penyelidikan
88 Bab 88 : Tangisan yang menyayat hati
89 Bab 89: Ada yang berbeda
90 Bab 90 : Morning sickness
91 Bab 91 : Bukan perjalanan Akhir.
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bab 1: Cinta bersemi di musim hujan
2
Bab 2: Tetesan air dari langit
3
Bab 3: Mengungkit masa lalu
4
Bab-4 Senyuman yang menyakitkan
5
Bab 5: Masa lalu
6
Bab 6: Masa lalu 2 ~ Adik atau Tunangan?
7
Bab 7: Masa lalu 3 ( Luka yang teramat dalam )
8
Bab 8: Ingin melindungi
9
Bab 9: Perjanjian Antara Sahabat
10
Bab 10: Desas desus Tetangga
11
Bab 11: Luapan Emosi
12
Bab 12: "Makanan yang manis juga gak mungkin tiba-tiba menjadi asin!"
13
Bab 13: Kebenaran dari masa lalu
14
Bab 14: Belum bisa memaafkan
15
Bab 15: Cinta dan Dilema
16
Bab 16: Berduka
17
Bab 17: Mura dan keceriaannya
18
Bab 18: Pertemuan yang tak terduga
19
Bab 19: Emosi Mira
20
Bab 20: Nasehat
21
Bab 21: Bertemu untuk berpisah
22
Bab 22: Bintang yang tertutup awan
23
Bab 23: Berlibur di pantai
24
Bab 24: Menghadiri pernikahan
25
Bab 25: Pola pikir manusia
26
Bab 26: Teman lama
27
Bab 27: Memaafkan dan Berdamai Dengan Keadaan
28
Bab 28: Sabotase
29
Bab 29: " Gio "
30
Bab 30: Khawatir
31
Bab 31: Kebenaran
32
Bab 32: Hati yang terluka
33
Bab 33: Tetanggaan dengan Gio
34
Bab 34: Kapal pecah
35
Bab 35: Sakit
36
Bab 36: Bukan debat Caleg
37
Bab 37: Pekerjaan sampingan Iren
38
Bab 38: Kejutan yang gagal
39
Bab 39: Bertemu Kembali
40
Bab 40: Pembukaan Toko Irena
41
Bab 41: Penjelasan dan Rahasia
42
Bab 42: Sidang pertama
43
Bab 43: Penyesalan Ranty
44
Bab 44: Nama yang tak asing
45
Bab 45: Pernyataan Cinta Gio
46
Bab 46: Demi kebaikan bersama
47
Bab 47: Di bawah payung yang sama
48
Bab 48: Kedatangan yang tak terduga
49
Bab 49: Masa lalu yang terungkap
50
Bab 50: Sosok laki-laki yang tulus
51
Bab 51: Pembicaraan
52
Bab 52: Perasaan Alif
53
Bab 53: Ponsel Mira
54
Bab 54: Kakak beradik
55
Bab 55: Ungkapan Cinta Alif
56
Bab 56: Janji Alif
57
Bab 57: Restu Mama
58
Bab 58: Rencana
59
Bab 59: Acara lamaran
60
Bab 60: Kedatangan tamu yang tak terduga
61
Bab 61: Calon mertua Alif ?
62
Bab 62: Pembicaraan serius
63
Bab 63: Dia ?
64
Bab 64: Kecelakaan
65
Bab 65: Rumah sakit
66
Bab 66: Koma
67
Bab 67: Bertemu dengan yang lebih Gila darinya
68
Bab 68: Kebodohan Danisha
69
Bab 69: Kedatangan papa Bayu
70
Bab 70: Kasih sayang seorang ayah
71
Bab 71: Kantong plastik
72
Bab 72: Akting
73
Bab 73: Marah
74
Bab 74: Tamu Istimewa
75
Bab 75: Sadar Dari Koma
76
Bab 76: Akad
77
Bab 77: Saling Memaafkan
78
Bab 78: Kesedihan yang terpendam
79
Bab 79: Pulih kembali
80
Bab 80: Kecurigaan Pak Bayu
81
Bab 81: Penguntit
82
Bab 82: Sudah siap
83
Bab 83 : Kabar Duka
84
Bab 84: Pemakaman
85
Bab 85: Menyelidiki
86
Bab 86: Tertangkapnya Lidiya
87
Bab 87: Hasil penyelidikan
88
Bab 88 : Tangisan yang menyayat hati
89
Bab 89: Ada yang berbeda
90
Bab 90 : Morning sickness
91
Bab 91 : Bukan perjalanan Akhir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!