💮 Selamat membaca, dan semoga sehat selalu 💮
"Rumah ini memang benar-benar butuh direnovasi," ucap Iren.
Tanpa berkata-kata, lalu Iren pun segera mengambil beberapa ember dan panci-panci untuk menampung tetesan air hujan tersebut. Dan karena lantai basah akibat tetesan air, membuat kaki Iren tidak seimbang. Lalu terjatuh karena terpeleset.
''BRAAAK!!''
''Auuu!'' Iren meringis merasakan sakit saat badannya menyentuh lantai membuat Alif terkejut dan segera menghampiri Iren.
''Hati-hati.'' Ucap Alif sambil membantu Iren untuk berdiri.
''Telat! Seharusnya kau bilang seperti itu sebelum aku terjatuh.'' Ucap Iren dengan cemberut. Kakinya terkilir membuat Iren harus berjalan dengan kaki yang pincang.
''Maaf, seharusnya aku bilang dari tadi. Apa sakit sekali?" Tanya Alif sambil membuka sepatu yang di pakai Iren. Iren merasa sungkan ia pun hendak menarik kakinya, namun langsung ditahan oleh Alif.
''Diamlah! Aku mau melihatnya.'' Ucap Alif. Kakinya memerah, dan mulai membengkak. Alif pun berdiri lalu pergi untuk mencari kotak P3K. Namun Alif tak kunjung menemukannya.
''Dulu aku ingat Nenek selalu menyimpannya disini.'' Guman Alif. Iren yang mendengar gumanan Alif , ia pun mengatakan kalau tadi ia sudah membuangnya sebab sudah kadaluwarsa.
''Oh, aku ingat! Sepertinya di dalam tas ku masih ada semprotan pereda nyeri.'' Ucap Iren yang hendak berdiri untuk mengambilnya.
''Duduklah! Biar aku yang mencarinya saja. Kau taruh dibagian mana?'' Tanya Alif.
''No tiga dari belakang. Yang ada gantungan kunci kelincinya.'' Ucap Iren. Namun Iren lupa, jika ia menyimpan pereda nyeri tersebut dengan beberapa pakaian dalamnya.
''Ehkeem!'' Alif terkejut saat tangannya tak sengaja memegang bra milik Iren. Iren yang melihatnya pun langsung segera merebut bra tersebut dari tangan Alif meskipun harus terpincang-pincang.
''Maaf, tadi aku tidak sengaja memegangnya.'' Ucap Alif. Keadaan menjadi sangat canggung. Terlebih hujan juga semakin lebat saja bahkan di sertai angin dan petir yang mengelegar.
''DUAAAAR!'' ( anggap suara petir ).
''Aaaaaaaaaa!'' Iren berteriak saat petir menyambar pohon yang tak jauh dari halaman rumahnya. Bahkan sangat terlihat jelas kilatannya. Alif melihat Iren yang ketakutan, lalu ia pun memberanikan diri menutup kedua mata Iren dengan telapak tangannya.
''Tenanglah.'' Tarik nafas dalam-dalam lalu tutup mata kamu'' Ucap Alif. Awalnya Iren sempat terkejut dengan apa yang Alif lakukan. Namun...
''Telapak tangannya terasa sangat hangat. Masih sama seperti dulu saat aku tersesat di hutan sewaktu sekolah mengadakan kemah. Dan dia yang pertama kali menolongku.'' Batin Iren.
flashback on
''Tenanglah,'' Ada aku disini jangan takut ya.'' Ucap Alif sambil menggendong Iren yang terluka kakinya.
''Bagaimana kau bisa menemukanku?'' Tanya Iren.
''Feeling saja.'' Ucap Alif.
''Bagaimana kau bisa terpisah dengan rombongan? Bukankah Guru pembimbing sudah bilang agar kita tidak memisahkan diri dari rombongan?'' Tanya Alif.
Iren pun mengingat-ingat kembali bagaimana ia bisa terpisah dari teman-temannya.
( "Kau tau kalau aku menyukai Alif Ren! Aku harap kamu tidak dekat-dekat dengannya. Aku tidak menyangka kau malah selalu menempel padanya dengan alasan belajar bersama! Apa kau pikir aku buta ha!'' Ucap Danisha teman sebangku Iren.
Iren tau jika Danisha menyukai Alif, tapi ia tidak menyangka jika Danisha tega menuduhnya merebut Alif, meskipun ia tidak memungkiri jika Alif adalah cinta pertamanya, namun diantara mereka tidak ada yang benar-benar jadian dengan Alif.
Dan yang membuat Iren tambah tidak percaya kalau Danisha tega mendorongnya hingga ia jatuh ke jurang. Iren hanya bisa menghela nafas perlahan. Ia tidak ingin jika Alif mengetahuinya. Oleh sebab itu Iren mulai menjaga jarak dari Alif dan lebih memilih untuk fokus belajar. )
''Ini semua salahku, karena tadi aku hendak buang air kecil dan tanpa bilang ke Guru, Aku asal pergi begitu saja.'' Ucap Iren sambil tersenyum.
''Lain kali kau harus bilang dulu kepada Guru, atau kepada teman lainnya. Jadi saat kau tersesat, akan ada yang tahu kamu kemana dan kearah mana.'' Ucap Alif. Iren pun hanya mengangguk sambil tersenyum. Di hatinya seperti terdapat sejuta kupu-kupu yang berterbangan, saat mengetahui bahwa Alif sangat mengkhawatirkannya.
flashback off
Hari semakin larut, namun hujan tak kunjung reda. Yang ada malah semakin deras. Atap rumah yang bocor pun kini dibiarkan saja. Sebab semua panci dan ember sudah penuh. Iren sangat cemas, ia takut jika rumahnya benar-benar akan roboh. Alif yang melihat Iren gelisah, lalu menenangkannya.
''Tenanglah. Rumahmu tidak mungkin roboh hanya karena hujan angin seperti ini. Sebab Di desa ini sudah biasa hujan seperti ini. Apalagi ini memang musimnya. Kau beristirahatlah dahulu di kamarmu. Aku pamit pulang dulu.'' Ucap Alif. Namun...
''Tunggu!'' Iren menghentikan langkah Alif dan membuatnya berbalik menghadap Iren.
''Iya?'' Ucap Alif.
''Hujannya masih deras, nanti saja pulangnya jika sudah mulai reda.'' Ucap Iren. Walau sebenarnya dalam keadaan seperti inilah yang membuat Iren takut untuk tinggal sendirian.
''Baiklah.'' Aku akan tinggal disini sebentar sambil menunggu hujannya reda. Kau tidurlah dahulu nanti aku bangunkan untuk pamit jika sudah reda hujannya.'' Ucap Alif.
Namun saat Iren ke kamarnya yang berada di lantai atas, ia sangat terkejut melihat kasur dan lantai kamarnya basah semua. ''Astaga!'' Akhirnya ia pun turun kembali menghampiri Alif dengan wajah cemberut.
''Kenapa turun lagi?'' Tanya Alif saat melihat Iren menuruni tangga.
''Rumahnya bocor semua. Aku tidak bisa tidur di kamarku. Kasur dan sofa semua basah. Bahkan lantainya saja bisa untuk berenang'' Jawab Iren. Alif tersenyum mendengar jawaban gadis itu ia hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Karena tak bisa menahan rasa kantuknya. Iren tertidur di kursi goyang milik neneknya dahulu. Alif pun mengambil selimut dari dalam tas Iren yang sempat ia lihat tadi saat ia mengambil obat pereda nyeri.
''Selamat malam Iren.'' Alif memakaikan selimut tersebut pada Iren. Hari semakin larut dan hujan juga tak kunjung reda. Tanpa sadar Alif juga tertidur di samping kursi tempat Irena tertidur.
Keesokan harinya...
''Kukuruyuuuuuuk!!!'' ( Anggap aja suara ayam jantan berkokok, pertanda pagi telah tiba.)
''Hoaaaam...'' Iren menguap sambil melentangkan kedua tangannya. Namun tangannya menyenggol seseorang yang kini masih terlelap dalam tidurnya.
''Astaga!'' Iren terkejut. Ternyata tangannya tak sengaja menyenggol tangan Alif.
''Lif, Alif bangun!'' Iren mencoba membangunkan Alif, hingga yang dibangunkan kini terbangun.
''Aah'' Alif terbangun saat mendengar namanya di panggil oleh seseorang. Awalnya Alif pun terkejut saat melihat Iren. Lalu ia teringat jika semalam ia ketiduran saat menunggu hujannya reda.
Setelah membereskan barang-barangnya Alif berpamitan pada Iren. Ia juga mengatakan jika nanti ia akan datang lagi bersama para tukang, untuk mulai membereskan rumah Iren.
Setelah Alif pulang, Iren mulai merapikan barang-barangnya terlebih dahulu dan menjemur sebagian yang basah karena terkena air hujan. Tak lama kemudian Mira juga datang dengan membawa putri semata wayangnya.
''Astaga Ren! Apakah semalam telah terjadi badai disini? Baru aku tinggal sorenya, dan dalam semalam rumahmu sudah hancur seperti ini.'' Ucap Mira yang meledek sahabatnya itu.
''Hiis kau ini. Dari pada mengomel lebih baik kau membantuku mengangkat panci-panci ini dan juga embernya. Lihatlah! Tanganku sudah merah-merah karena keberatan mengangkat panci dan ember yang berisi air hujan.'' Ucap Iren.
''Baiklah, aku akan membantumu. Anakku sayang kamu duduk di sini dulu ya nak! Mama mau membantu bibi beres-beres dahulu.'' Ucap Mira kepada putrinya sambil memberikan beberapa makanan ringan dan mainan, supaya saat beres-beres nanti putrinya tidak rewel.
''Iya Mama.'' Putri kecil Mira terlihat lahap memakan beberapa cemilan sambil memainkan mainannya.
''Ren, teman-teman kita akan mengadakan reuni nanti malam, apa nanti kau akan datang ke reuni sekolah kita? Aku dengar Danisha juga hadir katanya.'' Ucap Mira.
''Reuni? Nanti malam?'' Kenapa kau baru bilang sekarang!'' Ucap Iren yang kesal karena baru di beritahu oleh sahabatnya itu.
''Maaf aku lupa kemaren gak bilang. Soalnya mereka memberitahunya juga mendadak. Padahal di group chat juga sering ngobrol. Tapi apa kau tetap akan datang meskipun ada Danisha?'' Tanya Mira. Mira sangat tahu bagaimana sifat Danisha yang selalu membuly Iren. Mira khawatir jika Danisha akan berbuat sesuatu lagi pada Iren.
''Heeeem...'' Iren belum menjawab ia masih bingung juga mau hadir apa nggak. ''Kita lihat saja nanti gimana.'' Jawab Irena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Dhina ♑
Irene harus lebih hati-hati, ga boleh lengah
2022-12-16
0
Dhina ♑
yah, ayam emang begitu
2022-12-16
0
Dhina ♑
Astaga 🙄🙄🙄
sampai serendah itu, melakukan kejahatan
2022-12-16
0