Bab-4 Senyuman yang menyakitkan

💮 Selamat membaca, dan sehat selalu 💮

POV Alif

''Tolong susul Iren ya Lif, aku takut Iren kenapa-napa.'' Ucapan Mira masih terngiang di telingaku. Aku sangat khawatir dengan gadis itu. Namun aku juga sangat terkejut saat mendengar, Iren ternyata telah memiliki tunangan di kota. Tapi mengapa, ekspresinya menyiratkan luka yang begitu dalam, hingga tak ingin orang lain menyebutnya. Sebenarnya apa yang telah engkau lalui selama di kota Ren?''

''Mendengar ocehan Jils membuatku muak dengannya. Gadis itu selalu saja membuat masalah dengan Iren sejak dulu. Andai dia bukan wanita, pasti sudah ku sumpal mulutnya itu. Dari pada terus mendengar ocehannya lebih baik aku menyusul Iren."

''Di mana gadis itu? Cepat sekali larinya.'' Alif melihat ke kanan dan ke kiri jalan untuk bisa menemukan keberadaan Iren. Tak jauh dari jalan, Iren terlihat sedang duduk di bawah pohon dekat trotoar. Iren duduk dengan menelungkupkan kepalanya diantara kedua tangannya.

''Ternyata gadis itu malah duduk disitu. Aku sudah khawatir sedari tadi. Apa yang sedang dia lakukan?'' Alif mendekat kearah Iren. Terdengar jelas suara pelan tangisan Iren. ''Kenapa hatiku terasa sakit saat melihatnya menangis? Rasanya aku ingin langsung memeluk dan mengatakan ''Kumohon jangan menangis. Karena saat melihatmu menangis, duniaku serasa ikut bersedih.''

POV Author

Iren masih duduk diam memikirkan setiap kata yang terucap oleh Jils. Ia sungguh tidak menyangka jika Jils tahu tentang dirinya. Iren tidak ingin mengingat-ingat kembali kenangan pahit tentang masa lalunya saat ia di kota. Ia sudah capek-capek pindah ke desa untuk melupakan itu, tapi Jils malah mengungkitnya kembali. Lamunannya buyar saat tiba-tiba Alif duduk di sebelahnya. Iren segera menghapus air matanya, ia tidak ingin terlihat lemah di mata orang lain.

''Sudah mau hujan, ayo aku antar pulang.'' Sepertinya hanya itu kata yang terucap dari bibir manis milik pria tampan yang saat ini duduk di sebelah Iren.

Iren tersenyum lalu mengangguk. Ia meraih uluran tangan Alif dan mereka pun memutuskan untuk pulang saja.

Disisi lain....

''Mulutmu itu kalau tidak dilakban memang sangat meresahkan ya Jils!'' Sindir Mira membuat suaminya menepuk paha Mira dengan pelan. Supaya istrinya tidak lagi membuat keributan.

''Apa!'' Apa kau ingin membelanya Dim? Apa karena dia mantan pacar kamu makannya kamu mau membelanya!'' Ucap Mira pada suaminya. Mira benar-benar salah paham atas maksud suaminya. Padahal Dimas tidak ingin istrinya ribut saja. Karena nanti anaknya akan menangis lagi bila mendengar suara gaduh.

''Kamu sih Jils!'' Beberapa temannya juga menyalahkan Jils.

''Iiiih.. Kan bener apa yang aku ucapkan, kalau dia itu pasti di campakkan. Siapa sih yang gak paham kehidupan di kota, kebanyakan orang kaya itu gampang bosenan. Dan yang paling pasti banyak simpanannya...'' Belum selesai Jils bicara, sudah mendapat hadiah lemparan roti strawberry tepat mengenai wajahnya.

''Miraaaa!'' Teriak Jils. Matanya melotot kearah Mira.

''Apa! Kau memang pantas mendapatkannya! Jils, apa kau tidak capek? Dari tadi mengoceh terus ngung...ngung...ngung...ngung seperti lalat yang bahagia saat menemukan makanan busuk. Aku heran, kenapa dari dulu kamu tidak pernah berubah sedikit pun. Bukannya di umur yang semakin bertambah tua seharusnya kita mengurangi dosa. La kamu, yang ada malah nambah dosa menilai kehidupan orang lain, tapi melupakan kehidupnya sendiri.'' Ucap Mira lalu pergi menarik suaminya yang masih menggendong anaknya yang tertidur.

Semua orang yang hadir di sana pun seketika diam mendengar ucapan Mira. Jils kali ini memang sangat keterlaluan. Reuni yang mereka rencanakan untuk mempererat pertemanan malah hancur seketika karena ulah satu orang. Semuanya pun meninggalkan Jils satu persatu.

''Heiii!'' Kenapa kalian malah pergi? Kan kita belum selesai, bahkan makanannya saja baru keluar." Ucap Jils namun teman-temannya tidak ada yang mempedulikannya.

''Sudahlah Jils, mereka tidak akan kembali lagi.'' Ucap Danisha dengan kesal. Sepertinya Danisha belum puas melihat Irena di permalukan.

''Menyebalkan! Kenapa sih semua orang selalu saja membelanya, dari dulu sampe sekarang. Lihatlah! Bahkan Alif saja masih memperdulikannya dari pada tunangannya sendiri.'' Ucapan Jils semakin membuat Danisha emosi. Ya, sebenarnya Alif dan Danisha di jodohkan oleh orang tua mereka, namun sampai sekarang Alif belum menyetujuinya. tentu saja belum bertunangan. Namun Danisha sengaja membuat rumor kalau dia dan Alif sudah bertunangan. Ia tidak rela jika sampai Alif dan Irena menjadi pasangan.

''Diamlah Jils! Kenapa kau cerewet sekali.'' Danisha pergi meninggalkan Jils begitu saja.

''Disa!'' Kenapa malah pergi juga,'' Jils pun bergegas menyusul Danisha yang tidak memperdulikan panggilannya.

................

Mobil berhenti di halaman rumah Irena. Alif pun turun untuk membukakan pintu mobil, namun ternyata Iren sudah turun duluan.

''Terimakasih ya Lif, dan maaf merepotkanmu tadi, dan membuat semua orang khawatir,'' Iren benar-benar merasa tidak enak pada Alif, Mira dan teman-teman yang lainnya. Terlebih, tadi Alif sempat melihatnya menangis. Iren benar-benar tidak ingin terlihat lemah di hadapan orang lain.

''Tidak apa-apa kok Ren, lagi pula perkataan Jils memang sudah sangat keterlaluan. Tapi, kalau boleh tahu apa yang sebenarnya terjadi saat kamu masih di kota. Tapi jika tidak mau bercerita juga tidak apa-apa, itu hak dan privasi kamu. Kalau begitu aku pamit pulang dulu.'' Iren tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan Alif. Namun Alif teringat sesuatu.

''Oh iya, aku lupa mengatakan. Mulai besok para tukang akan memulai renovasi rumah ini. Jadi, mungkin untuk sementara kau harus mencari tempat tinggal sementara,'' Ucap Alif. Raut wajah Iren masih terlihat sayu. Bahkan ia tidak mendengarkan apa yang Alif ucapkan.

''Ren!''

''Irena.'' Panggilan kedua membuat Iren tersadar dari lamunannya.

''Iya Lif, maaf tadi kamu ngomong apa ya? Aku kurang mendengarkan,'' ucap Iren. Alif tersenyum kemudian menjelaskan kembali jika para tukang akan memulai pekerjaannya besok.

''Oooh..baiklah, nanti aku akan minta tolong Mira untuk mencarikanku tempat tinggal, sementara para tukang merenovasi rumah ini.'' Ucap Irena. Walau sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Iren, namun Alif akan menunggu Iren yang bercerita dengan sendirinya.

Setelah kepergian Alif, kini Iren duduk di kursi goyang depan perapian. Pikirannya masih menjelma entah di mana. Ingatannya seolah kembali ke tempat di mana ia harus menelan kekecewaan yang teramat dalam. Bayang-bayang itu, seakan terlihat jelas di depan matanya.

''Dafa.'' Sebuah nama yang tidak ingin sama sekali ia dengar dan di sebut selamanya dalam hidupnya kini. Sepertinya orang itu benar-benar membuat trauma berat bagi Iren. Apa lagi, masalahnya juga menyangkut orang-orang yang ia sayangi selama ini.

Terpopuler

Comments

Dhina ♑

Dhina ♑

oh, Dada......apa dia sangat jahat 🤔🤔🤔

2022-12-20

0

Dhina ♑

Dhina ♑

Astaga..... bukannya mereka serupa ya. Jadi seolah-olah berucap pada dirinya sendiri

2022-12-20

0

Dhina ♑

Dhina ♑

bikin emosi kemana-mana

2022-12-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Cinta bersemi di musim hujan
2 Bab 2: Tetesan air dari langit
3 Bab 3: Mengungkit masa lalu
4 Bab-4 Senyuman yang menyakitkan
5 Bab 5: Masa lalu
6 Bab 6: Masa lalu 2 ~ Adik atau Tunangan?
7 Bab 7: Masa lalu 3 ( Luka yang teramat dalam )
8 Bab 8: Ingin melindungi
9 Bab 9: Perjanjian Antara Sahabat
10 Bab 10: Desas desus Tetangga
11 Bab 11: Luapan Emosi
12 Bab 12: "Makanan yang manis juga gak mungkin tiba-tiba menjadi asin!"
13 Bab 13: Kebenaran dari masa lalu
14 Bab 14: Belum bisa memaafkan
15 Bab 15: Cinta dan Dilema
16 Bab 16: Berduka
17 Bab 17: Mura dan keceriaannya
18 Bab 18: Pertemuan yang tak terduga
19 Bab 19: Emosi Mira
20 Bab 20: Nasehat
21 Bab 21: Bertemu untuk berpisah
22 Bab 22: Bintang yang tertutup awan
23 Bab 23: Berlibur di pantai
24 Bab 24: Menghadiri pernikahan
25 Bab 25: Pola pikir manusia
26 Bab 26: Teman lama
27 Bab 27: Memaafkan dan Berdamai Dengan Keadaan
28 Bab 28: Sabotase
29 Bab 29: " Gio "
30 Bab 30: Khawatir
31 Bab 31: Kebenaran
32 Bab 32: Hati yang terluka
33 Bab 33: Tetanggaan dengan Gio
34 Bab 34: Kapal pecah
35 Bab 35: Sakit
36 Bab 36: Bukan debat Caleg
37 Bab 37: Pekerjaan sampingan Iren
38 Bab 38: Kejutan yang gagal
39 Bab 39: Bertemu Kembali
40 Bab 40: Pembukaan Toko Irena
41 Bab 41: Penjelasan dan Rahasia
42 Bab 42: Sidang pertama
43 Bab 43: Penyesalan Ranty
44 Bab 44: Nama yang tak asing
45 Bab 45: Pernyataan Cinta Gio
46 Bab 46: Demi kebaikan bersama
47 Bab 47: Di bawah payung yang sama
48 Bab 48: Kedatangan yang tak terduga
49 Bab 49: Masa lalu yang terungkap
50 Bab 50: Sosok laki-laki yang tulus
51 Bab 51: Pembicaraan
52 Bab 52: Perasaan Alif
53 Bab 53: Ponsel Mira
54 Bab 54: Kakak beradik
55 Bab 55: Ungkapan Cinta Alif
56 Bab 56: Janji Alif
57 Bab 57: Restu Mama
58 Bab 58: Rencana
59 Bab 59: Acara lamaran
60 Bab 60: Kedatangan tamu yang tak terduga
61 Bab 61: Calon mertua Alif ?
62 Bab 62: Pembicaraan serius
63 Bab 63: Dia ?
64 Bab 64: Kecelakaan
65 Bab 65: Rumah sakit
66 Bab 66: Koma
67 Bab 67: Bertemu dengan yang lebih Gila darinya
68 Bab 68: Kebodohan Danisha
69 Bab 69: Kedatangan papa Bayu
70 Bab 70: Kasih sayang seorang ayah
71 Bab 71: Kantong plastik
72 Bab 72: Akting
73 Bab 73: Marah
74 Bab 74: Tamu Istimewa
75 Bab 75: Sadar Dari Koma
76 Bab 76: Akad
77 Bab 77: Saling Memaafkan
78 Bab 78: Kesedihan yang terpendam
79 Bab 79: Pulih kembali
80 Bab 80: Kecurigaan Pak Bayu
81 Bab 81: Penguntit
82 Bab 82: Sudah siap
83 Bab 83 : Kabar Duka
84 Bab 84: Pemakaman
85 Bab 85: Menyelidiki
86 Bab 86: Tertangkapnya Lidiya
87 Bab 87: Hasil penyelidikan
88 Bab 88 : Tangisan yang menyayat hati
89 Bab 89: Ada yang berbeda
90 Bab 90 : Morning sickness
91 Bab 91 : Bukan perjalanan Akhir.
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bab 1: Cinta bersemi di musim hujan
2
Bab 2: Tetesan air dari langit
3
Bab 3: Mengungkit masa lalu
4
Bab-4 Senyuman yang menyakitkan
5
Bab 5: Masa lalu
6
Bab 6: Masa lalu 2 ~ Adik atau Tunangan?
7
Bab 7: Masa lalu 3 ( Luka yang teramat dalam )
8
Bab 8: Ingin melindungi
9
Bab 9: Perjanjian Antara Sahabat
10
Bab 10: Desas desus Tetangga
11
Bab 11: Luapan Emosi
12
Bab 12: "Makanan yang manis juga gak mungkin tiba-tiba menjadi asin!"
13
Bab 13: Kebenaran dari masa lalu
14
Bab 14: Belum bisa memaafkan
15
Bab 15: Cinta dan Dilema
16
Bab 16: Berduka
17
Bab 17: Mura dan keceriaannya
18
Bab 18: Pertemuan yang tak terduga
19
Bab 19: Emosi Mira
20
Bab 20: Nasehat
21
Bab 21: Bertemu untuk berpisah
22
Bab 22: Bintang yang tertutup awan
23
Bab 23: Berlibur di pantai
24
Bab 24: Menghadiri pernikahan
25
Bab 25: Pola pikir manusia
26
Bab 26: Teman lama
27
Bab 27: Memaafkan dan Berdamai Dengan Keadaan
28
Bab 28: Sabotase
29
Bab 29: " Gio "
30
Bab 30: Khawatir
31
Bab 31: Kebenaran
32
Bab 32: Hati yang terluka
33
Bab 33: Tetanggaan dengan Gio
34
Bab 34: Kapal pecah
35
Bab 35: Sakit
36
Bab 36: Bukan debat Caleg
37
Bab 37: Pekerjaan sampingan Iren
38
Bab 38: Kejutan yang gagal
39
Bab 39: Bertemu Kembali
40
Bab 40: Pembukaan Toko Irena
41
Bab 41: Penjelasan dan Rahasia
42
Bab 42: Sidang pertama
43
Bab 43: Penyesalan Ranty
44
Bab 44: Nama yang tak asing
45
Bab 45: Pernyataan Cinta Gio
46
Bab 46: Demi kebaikan bersama
47
Bab 47: Di bawah payung yang sama
48
Bab 48: Kedatangan yang tak terduga
49
Bab 49: Masa lalu yang terungkap
50
Bab 50: Sosok laki-laki yang tulus
51
Bab 51: Pembicaraan
52
Bab 52: Perasaan Alif
53
Bab 53: Ponsel Mira
54
Bab 54: Kakak beradik
55
Bab 55: Ungkapan Cinta Alif
56
Bab 56: Janji Alif
57
Bab 57: Restu Mama
58
Bab 58: Rencana
59
Bab 59: Acara lamaran
60
Bab 60: Kedatangan tamu yang tak terduga
61
Bab 61: Calon mertua Alif ?
62
Bab 62: Pembicaraan serius
63
Bab 63: Dia ?
64
Bab 64: Kecelakaan
65
Bab 65: Rumah sakit
66
Bab 66: Koma
67
Bab 67: Bertemu dengan yang lebih Gila darinya
68
Bab 68: Kebodohan Danisha
69
Bab 69: Kedatangan papa Bayu
70
Bab 70: Kasih sayang seorang ayah
71
Bab 71: Kantong plastik
72
Bab 72: Akting
73
Bab 73: Marah
74
Bab 74: Tamu Istimewa
75
Bab 75: Sadar Dari Koma
76
Bab 76: Akad
77
Bab 77: Saling Memaafkan
78
Bab 78: Kesedihan yang terpendam
79
Bab 79: Pulih kembali
80
Bab 80: Kecurigaan Pak Bayu
81
Bab 81: Penguntit
82
Bab 82: Sudah siap
83
Bab 83 : Kabar Duka
84
Bab 84: Pemakaman
85
Bab 85: Menyelidiki
86
Bab 86: Tertangkapnya Lidiya
87
Bab 87: Hasil penyelidikan
88
Bab 88 : Tangisan yang menyayat hati
89
Bab 89: Ada yang berbeda
90
Bab 90 : Morning sickness
91
Bab 91 : Bukan perjalanan Akhir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!