___****___
Suara ambulance yang baru saja keluar dari kompleks perumahan elit itu mengundang keingintahuan para warga sekitar.Mereka sontak keluar dan mengerubungi halaman depan rumah mewah tersebut.
Tuan Nico Anggara,sebagai papi Emil segera menutup kejadian ini agar tidak terendus pihak berwajib.Ia tidak mau rumahnya di datangi oleh petugas kepolisian.
Kejadian beberapa jam yang lalu__
Puspa dan Jelita terus berpatroli dengan menyisir sejengkal demi sejengkal,halaman belakang yang luas nya sepertiga lapangan sepak bola itu.
Di pinggir kolam renang tak nampak batang hidung mereka berdua.
"Katanya mau konvoi?malah buang waktu aja coba," gerutu Puspa
"Mereka berdua ngumpet dimana sih?kok perasaan aku gak enak deh," ucap Jelita sambil meraba lengannya yang tertutup seragam lengan panjang.
"Awas aja kalo sampek mereka melanggar peraturan,bisa di sunatin ama si Andra," geram Puspa sambil memukul telapak tangannya dengan kepalan.
Mereka berdua masih terus mencari sampai ketika mendekati sebuah kandang burung besar koleksi papinya Emil.Seorang remaja bertubuh kerempeng menghampiri mereka berdua.
"Pus,Jel!"(hosh...hosh...)
Anak itu memegang dadanya yang bergemuruh dengan nafas yang terengah-engah.
" Ada apaan sih,pake lari-larian,entar rumput orang rusak nih,"protes Puspa
"Hush,biar dia ambil nafas dulu,jangan ngomel aja napa," ujar Jelita merasa ada yang tidak beres.
"Mi...ko,sama....Hu,Hu...sen," ucapnya terpotong-potong karena nafasnya yang tercekat hingga bulir-bulir keringat itu bercucuran di dahinya.
"Lu yang tenang,ambil nafas dulu...iya gitu,terus bilang ke gua_tu anak dua dimana dan kenapa?" cecar Puspa tak sabaran.
"Di belakang gudang,kejang-kejang...,"
ucapnya dengan raut wajah yang semakin panik.
"What!!"
Puspa dan Jelita memekik bersamaan.
Sontak mereka bertiga pun segera berlari ke belakang gudang dan benar saja keadaan Miko dan Husen sudah lemas hingga mengeluarkan busa di mulut nya.
Jelita membekap mulutnya sendiri namun tak ayal ia teriak juga.
Puspa segera menelepon Andra,yang secepat kilat menghampirinya bersama Emil dan yang lainnya.
Emil segera menghubungi dokter keluarganya dan mereka pun mengirim ambulance.
Saat ini di rumah sakit unit daerah.
Disinilah beberapa dari siswa dan siswi itu mengakhiri party mereka.
Di depan kamar instalasi gawat darurat.
Empat orang itu,Andra,Emil,Puspa dan Jelita.
Sedangkan para siswa yang lainnya terpaksa membubarkan diri dengan raut wajah yang kecewa.
Karena ulah dua orang yang pendek akal itu acara mereka semua berantakan.
Bagaimana pun kecewanya namun,rasa khawatir itu tetap ada,bahkan ketakutan itu sempat menyelimuti sejak siang tadi.Beruntung nyawa mereka berdua masih bisa di selamatkan.
Mungkin,Tuhan masih memberi kesempatan bagi mereka berdua untuk menyadari kesalahannya.
Sungguh di sayangkan,padahal Andra selaku ketua kelas sudah mengingatkan.
Entah apa yang ada di otak mereka berdua saat itu.
Saat ini kedua remaja itu sudah melewati masa kritisnya,setelah hampir sepuluh jam tim dokter melakukan aksi penyelamatan.
Waktu hampir menjelang tengah malam,tapi orang tua dari Miko belum juga terlihat batang hidungnya.
Mungkin karena Ibunda Miko sudah tua dan masih ada beberapa adik yang masih kecil.
Entahlah,kepala Andra benar-benar pusing karena masalah ini.
Untung saja biaya rumah sakit sudah di lunasi oleh papanya Emil,tuan Nico Anggara pengusaha besi dan logam.
Karenanya,Emil memiliki relasi yang luas dalam pengadaan perangkat keras untuk bahan praktek mereka ketika membuat robotic.
Karena Andra sebagai pemimpin acara,maka ia merasa harus bertanggung jawab,hingga ia harus memastikan dulu keadaan kedua kawannya barulah bisa pulang.
Dengan terpaksa ia menitipkan Miko pada kedua orang tua nya Husen.Biarlah besok pagi ia ke rumah ibunda nya Miko.
"Hati -hati ya Nak,ini sudah menjelang tengah malam,jangan ngebut ya," pesan ayahnya Husen.
Andra kemudian mengangguk dan mencium tangan suami istri tersebut.
Andra memang anak yang menjunjung tinggi kesopanan kepada yang lebih tua.
Remaja berseragam putih-abu itu berjalan lesu,di koridor rumah sakit yang sepi.
Beberapa dari kawannya sudah pulang sedari tadi.
Andra mengeluarkan motor vespanya dari parkiran,terlihat berkali-kali ia membuang nafasnya kasar.
"Duh,ini mah umma pasti khawatir dah, hape juga pake lowbet."Andra terlihat gusar hingga sesekali ia menggaruk-garuk rambutnya kasar.
" Mana baru makan siang doang,laper...,"keluhnya sambil meremas perut ratanya yang kempes itu.
Andra pun memajukan motornya menuntunnya sampai pos parkir.
Kehadirannya di tengah malam buta itu membuat kening tukang parkir itu berlipat.
Di lihatnya remaja di hadapannya itu dari atas hingga ke bawah.
Wajah kusut,pakaian lesu,mana penuh coretan pulak.
Kayak buku gambar anak teka,yang baru belajar mewarnai.
Semua warna bercampur baur dengan bau keringat yang pekat menyengat.
"Kenapa Pak?jangan ngira saya maling,nih kartu parkirnya," jelas Andra sambil menyerahkan secarik kertas itu.
"Heran aja tong,tengah malem ada anak sekolah kucel?"
"Horror tauk!" seloroh sang petugas parkir.
"Emang baju saya bolong?"cebik Andra pada petugas parkir yang sedang menertawainya itu.
"Dah ah saya mau pulang,kudu bayar berapa nih," cetus nya,tubuhnya benar-benar lelah dan ia juga khawatir pada umma nya.
"Ceban aja Tong,gak ampe jual kolor," ledek petugas parkir itu lagi.
Andra pun menyerahkan lembaran uang sepuluh ribuan.
Kemudian menyalakan motornya dan memainkan starter nya dengan keras.
Ia sengaja melakukannya untuk membalas aksi si tukang parkir.
Andra pun tertawa dengan puas hati, setelah membuat sang petugas parkir kaget sampai latah,kemudian ia pun melajukan vespa merah nya itu,memecah gelapnya malam.
Sementara itu di tempat lain.
Seorang wanita muda berlari dengan tertatih hingga masuk hutan buatan yang terletak pinggiran kota.
Nafasnya terengah-engah,keringat membanjiri seluruh wajah nya.
Pakaiannya panjang dan menutupi hampir seluruh tubuhnya,kecuali wajah dan telapak tangan.
Wajah yang cantik dengan pipi tirus,dibingkai dengan alis hitam tebal,hidung mancung,mata hazel dengan bulunya yang lentik bak boneka.Kulit putih dengan bibir sensual namun kini memutih karena luka yang membuat nya mengeluarkan banyak darah.
Disela-sela langkah kakinya yang berlari,terlihat ia sesekali menatap sosok tenang yang berada di dalam dekapannya.
Ia terus berlari tanpa menoleh ke belakang lagi.
Baju dan khimar panjangnya melambai seiring laju larinya.
"Bunda harus menyelamatkanmu sayang,"
"Biarlah bunda saja yang mati tak mengapa,tapi kau harus hidup," bisik nya pada sosok yang berada di dalam dekapan eratnya.
"Cepat kejar dia,dasar binatang bodoh!"
"Endus bau darahnya!wanita itu takkan bisa pergi jauh dengan peluru yang sudah bersarang di tubuhnya,"hardik seorang pria berbadan tinggi dan besar,kepada dua ekor hewan berwarna hitam pekat, dengan lidah yang senantiasa menjulur ke luar,serta menyalak dan menggonggong itu.
*FLASHBACK END*
Terimakasih atas dukungannya...💖
Buat penulis yang masih belajar kayak aku gini,udah di baca aja seneng apalagi kalo di komentarin dan di kasih like,vote end gift..
woaahh...bisa koprol deh aku saking senengnya😁.
Salam sayang dari mak chibi💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Retna Tri Tunjung
aku baru hadir, setelah membAca novelmu yg pertama..terimakasih
2024-09-02
1
A ai
hahaha,author bisa aza deh🤣
2022-05-25
1
💎Blue Sapphire💎
salam kenal mak chibi 😁
2022-04-19
1