"Satria, kenapa kamu jahat banget sama aku?" tanya Kasih yang mendekati wajah Satria.
Jantung Satria di buat berdegup kencang, saat Kasih menatapnya.
Kedua matanya yang indah, namun tertutup dengan kacamata tebal dengan dominan plus.
"Kasih, kamu lagi ngapain?" Cempaka menepuk pundak Kasih dengan sangat keras.
"Kamu?" Kasih terlihat malas saat Cempaka menghampirinya.
Kemudian Kasih langsung pergi, meninggalkan Satria dan Cempaka.
Kemudian Cempaka mengejar Kasih. "Kamu jangan pernah deketin Satria," ucap Cempaka yang memberi peringatan pada Kasih.
"Aku cuma mau dia jujur, soal tas yang dia sembunyikan di tong sampah." Kasih mencoba memberi penjelasan.
Namun hal itu tidak berarti untuk Cempaka, dia hanya melihat Kasih selalu salah di matanya.
Kemudian Cempaka menghampiri Satria, yang sedang duduk di bangkunya.
Satria hanya terdiam tak menjawab ataupun menjelaskan. Dia juga bingung, dengan tas Kasih yang berada di dalam tong sampah.
Siapa orang yang berani memfitnahnya?
Hal itu akan dia lihat pada kamera cctv di sekolah.
"Sudah Cempaka, sebaiknya kamu kembali ke bangku!" hardik Satria.
Cempaka terlihat kesal, saat Satria menghardiknya. Padahal dia ingin mencari perhatian di depan Satria.
Cempaka kembali ke bangkunya, saat guru sudah memasuki kelas.
Mata pelajaran kedua pun di mulai, semua siswa terlihat fokus mengamati guru yang sedang mengajar.
Satria terus menatap wajah Kasih dari arah samping, karena dia sempat terpesona saat Kasih menatapnya.
Satria tak menghiraukan guru, yang sedang mengajar di depan kelas. Hingga namanya di panggil, oleh guru yang mengajar.
"Satria ... " panggil pak Nino sang guru paling keren di sekolah.
Satu kali panggilan, Satria tidak menyahut. Di panggilan ke tiga, Kasih langsung menoleh ke arah Satria.
"Satria," ucap Kasih dengan suara lemah.
Satria terkejut, saat Kasih menoleh ke arahnya.
"Eh, ada apa?" Satria menjadi salah tingkah.
"Satria, dari tadi kamu lagi ngelihatin apa?" tanya Nino yang merupakan guru tertampan di sekolah.
Nino adalah kakak dari Satria, wajahnya menyamai ketampanan Satria. Banyak anak muridnya, yang mengagumi ketampanan Nino. Termasuk Kasih, yang terlihat sangat terpesona dengan penampilan Nino yang dewasa.
Nino bertugas sebagai wakil kepala sekolah, dan merangkap sebagai guru bahasa Inggris.
Banyak siswa yang tidak tahu, jika Nino adalah anak dari kepala yayasan yang bernama Hendi Wirawan.
Hendi Wirawan adalah pengusaha terkenal dan terkaya di kota. Dia memiliki banyak yayasan, termasuk sekolah tempat Satria menimba ilmu.
"Lagi ngeliatin..." ucap Satria seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Dia menjadi salah tingkah saat tertangkap basah, sedang melihat wajah Kasih.
'Ish, kakak mengganggu orang aja!" gerutu Satria yang menatap sebal ke arah kakaknya.
"Kalian semua, aku harap fokus dalam mata pelajaran. Karena sebentar lagi akan di adakan ulangan umum. Jadi kalian harus lebih giat belajar. Termasuk kamu, Satria!" Nino menegaskan dan menekankan penuh nama adiknya.
Satria hanya memutar kedua bola matanya dengan malas. Kakaknya telah mempermalukannya di depan teman-temannya.
'Awas kamu, Kak!' Satria mengancam kakaknya dalam hati.
Nino melihat kekesalan di wajah adiknya, dia hanya menyeringai tipis ke arah Satria.
Usai jam pelajaran berakhir, semua murid langsung membubarkan diri menuju kantin.
Satria langsung menuju ke arah kantor, dia ingin mengetahui siapa dalang yang telah memfitnah nya.
Satria tidak terima telah di permalukan oleh Kasih. Dia akan menutut orang yang telah memfitnahnya dengan menyembunyikan tas kasih di dalam tong sampah.
Satria berjalan menuju ruang kantor, dia akan mengecek cctv. Sesampainya di ruang kantor, dia langsung menuju ke ruangan pak Ibnu.
"Permisi, Pak." Satria menyapa pak Ibnu di ruangan komputer.
"Iya, Satria. Ada apa?" tanya pak Ibnu yang sedang fokus menatap layar komputernya.
"Aku mau melihat rekaman cctv, saat pagi tadi," ucap Satria yang sudah berdiri di belakang pak Ibnu.
"Memangnya, ada apa?" tanya pak Ibnu sambil menoleh ke arah belakangnya.
"Ada seseorang yang memfitnahku, dan aku harus tahu siapa orang itu," ucap Satria dengan raut wajah yang dingin.
"Baiklah, silakan kau duduk sini!" Pak Ibnu menggeser bangku di sebelahnya.
Kemudian pak Ibnu mulai memutar rekaman video, saat bel masuk berbunyi.
Terlihat Satria yang sedang mengejar Kasih ke arah luar kelas.
Pak Ibnu memperhatikan wajah Satria, yang begitu tegang. Dia tak berani menanyakan perihal masalah Satria, karena takut jika nanti kena marah.
Di detik ke tiga puluh, terlihat Cempaka yang membawa tas Kasih lalu membuangnya ke dalam tong sampah.
"Apa?" Satria sangat terkejut dengan orang yang telah membuang tas Kasih.
"Cempaka, kena kau!" Seringai licik terulas di sudut bibir Satria.
Segera dia meminta pak Ibnu untuk mengirim video, yang berdurasi tiga puluh detik ke ponsel milik Satria.
Selang beberapa detik, Satria langsung mengirim video tersebut ke grup kelas.
Seketika banyak chat bertebaran di grup, menanyakan perihal Cempaka yang membuang tas Kasih.
Selain di grup kelas, video tersebut pun tersebar di grup sekolah.
Seluruh siswa geger, membicarakan tentang Cempaka.
Cempaka adalah gadis populer, yang selalu di sandingkan dengan Satria.
Namun Satria tak pernah merespon, sikap Cempaka kepadanya. Karena Satria tidak ingin terikat pada ikatan cinta. Dia trauma dengan kisah percintaan sang papa, yang berakhir tragis.
Hendi Wirawan harus kehilangan sang istri tercinta, karena skandal perselingkuhan. Hal itu membuat Satria tak pernah percaya kepada wanita.
Satria berpikir tak akan ada wanita yang mencintainya dengan tulus, wanita hanya menginginkan materi untuk memuaskan nafsunya.
Mamanya berselingkuh dengan teman sekantornya, di saat perekonomian papanya sedang terpuruk.
Saat itu Hendi Wirawan terkena dampak krisis moneter, yang membuat perusahaannya mengalami banyak kerugian. Para karyawan menuntut meminta upah, di saat perusahaan sedang defisit.
Hendi pun menjual semua aset kekayaan miliknya, untuk memenuhi tuntutan gaji para karyawannya. Dan membuatnya menjadi jatuh miskin.
Satria saat itu masih berumur tujuh tahun, sedangkan Nino berumur sepuluh tahun.
Hendi pun terusir dari rumah kontrakan, karena tidak sanggup membayar tunggakan selama tiga bulan. Selain itu, Hendi harus menerima kenyataan jika istrinya berselingkuh dengan teman satu kantornya. Sang istri tak kuat hidup miskin, hingga dia bermain hati lalu meninggalkan Hendi dan kedua anak-anaknya.
Suatu hari Hendi di percaya oleh temannya, untuk mengurus ruko di kota. Di dalam ruko itulah Satria dan Nino di besarkan. Hendi bekerja menjadi tukang foto kopi dan menjaga warung internet.
Karena kelihaiannya mengutak-atik komputer dia melamar di sebuah perusahaan. Dan lambat laun memiliki perusahaan, yang bergerak di bidang IT.
Hendi tetap bertanggung jawab sebagai ibu dan juga ayah. Dia menyekolahkan Nino hingga menjadi guru yang mengajar di sekolah miliknya.
Hendi sangat bekerja keras saat itu, hingga bisnis yang pernah dia kelola akhirnya bangkit kembali.
Hendi sengaja membuat yayasan untuk anak-anak bersekolah. Dia mempunyai dua jenis yayasan. Yayasan pertama di peruntukkan untuk golongan kelas atas. Dan yayasan kedua untuk golongan menengah ke bawah.
Golongan kelas atas di peruntukkan untuk siswa dengan orang tua pendapatan tinggi. Hal itu dapat membantunya untuk meminta biaya tinggi, serta pendidikan yang berkualitas bagus. Biayanya akan di alihkan untuk sekolah golongan menengah ke bawah. Bagi siswa yang berprestasi, semua biaya akan di gratiskan.
Hendi teringat jika dulu anaknya sangat sulit, untuk melanjutkan pendidikan karena tidak punya biaya.
Silakan like dan berikan komentar mu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments