Malam pun tiba, ini adalah malam pertama Nala menempati kamar kos barunya. Rasa lelah membuatnya terlelap dengan cepat hingga lamat-lamat, ia mendengar suara orang yang sedang mandi. Mungkin karena kondisi malam yang sunyi membuat suara dari kamar mandi terdengar begitu jelas.
"Suara orang mandi, siapa yang mandi malam-malam begini? ah, mungkin itu Gendis," ucap Nala dengan mata yang masih terpejam.
Entah berapa menit berlalu, suara itu masih terdengar. Berhasil memancing rasa penasaran. Akhirnya, Nala melirik jam dinding miliknya yang ternyata menunjukkan pukul satu dini hari sekarang.
"Jam satu, Gendis mandi semalam ini?"
Nala tidak terlalu memusingkannya, dia lebih memilih untuk melanjutkan aktivitas tidurnya. Sekitar setengah jam kemudian, Nala kembali terbangun krn kebelet ingin buang air kecil. Tanpa pikir panjang, dia lantas melangkah ke kamar mandi. Saat itu, tak ada siapa pun di sana dan suara orang mandi memang telah berhenti.
Awalnya, Nala tidak menyadari. Barulah saat sampai di kamar, dia menyadari sebuah keganjilan. Dia yakin betul bahwa tadi mendengar suara orang mandi tapi saat dia buang air kecil, lantai kamar mandi, tidak basah sama sekali.
"Apa aku salah dengar ya tadi?"
"Ah tidak mungkin, jelas banget kok suaranya."
"Tapi kan... bisa saja aku bermimpi."
"Hemm.. sebenarnya ada orang mandi atau enggak sih?"
"Lantainya kering kok."
Antara takut dan bingung, Nala memilih untuk berpikir positif. Ia anggap bahwa yang ia dengar tadi hanyalah halusinasi atau sekedar mimpi. Nala mengabaikannya dan dan kemudian bergegas untuk tidur lagi.
🌸🌸🌸
Selepas adzan subuh, Nala terbangun. Ia mengeliat sesaat sebelum kemudian bangkit dan melangkah ke kamar mandi. Jalan menuju kamar mandi melewati kamar nomer empat yang mana kamar itu merupakan kamar Gendis.
"Pintu kamarnya masih tertutup rapat, mungkin Gendis masih belum bangun," ucap Nala di dalam hati.
Nala kembali melanjutkan langkahnya lalu bergegas untuk mandi karena hari itu, ada jadwal kuliah pagi. Usai mandi, pintu kamar Gendis terbuka sedikit namun Nala ragu hendak menyapa. Niat hati ingin bertanya perihal benar atau tidak kalau jam satu dini hari tadi, Gendis mandi.
"Ah sudahlah, nanti saja, aku tanya padanya."
Nala kembali ke kamarnya dan bersiap untuk berangkat ke kampus. Kali ini, Nala berangkat sendiri mengendarai motor bebeknya sebab Reza ada keperluan dan tak bisa mengantarkannya. Usai mata kuliah pertama, Nala mendekam di perpustakaan untuk mengerjakan tugas bersama sahabatnya, Jasmin.
"Gimana kossan barumu?" tanya Jasmin.
"Enak, nyaman, asri, aku seneng," jawab Nala dengan penuh antusias.
"Katamu masih belum ada tetangga kamar di lantai satu."
"Kemarin sudah ada, Gendis namanya dan kami sudah berkenalan."
"Baguslah kalau gitu, kapan-kapan aku mampir deh."
"Kenapa gak habis ini aja?"
"Masih banyak tugas."
"Kita lanjut ngerjain di kossanku aja!"
"Hemm..."
"Sekalian beli makanan dulu terus lanjut ke kossan."
"Boleh deh."
Nala tersenyum senang.
"Yaudah, kita selesain yang di sini dulu!"
"Iya."
Setelah urusan di perpustakaan selesai. Nala dan Jasmin melaju menuju kossan Nala yang baru dan tak lupa, membeli beberapa camilan untuk mereka makan di kamar.
"Adem banget La, suasana di kossan barumu," ucap Jasmin seraya menghirup udara segar di halaman.
"Tuh kan bener kataku, inilah sebabnya aku suka, yuk masuk!"
"Iya."
"Kamarmu nomer berapa?" tanya Jasmin.
"Ini nomer dua ini, kamarnya Gendis yang kuceritakan tadi di sana, nomer empat."
"Oh.."
Kriiettt...
Pintu terbuka, Nala dan Jasmin pun masuk ke dalam.
[ Sayang, aku udah pulang. Lagi sama Jasmin di kossan sekarang. ] - Tulis Nala dalam pesan singkatnya pada Reza.
[ Sudah makan belum? ]
[ Ini mau makan, tadi sudah beli di perjalanan pulang. ] - Jawab Nala lalu ia letakkan ponselnya di nakas sembari membuka sedikit jendela kamarnya.
"Gimana Min, nyaman kan kossan baruku ini?"
"Iya nyaman, sedikit lebih luas juga dari yang lama."
"Betul sekali."
"Kasur ini juga fasilitas dari sini?"
"Iya."
"Aduh empuknya, nyaman, jadi pingin tidur dah," ucap Jasmin seraya merebahkan dirinya di ranjang.
"Mau tidur dulu apa ngerjain tugas dulu nih?"
"Tugas, ngerjain tugas dulu."
"Yaudah ayo!"
"Iya-iya."
Saat mereka serius mengerjakan tugas, terdengar suara seseorang tengah membuka kunci pintu kamar.
"Itu kayaknya si Gendis pulang," celetuk Nala.
"Ohya?"
Jasmin sontak melongokkan kepalanya keluar kamar untuk mengintip ke arah kamar nomer empat. Memang benar ada seorang perempuan yang tengah membuka pintu namun wajah dinginnya berhasil membuat Jasmin bergidik ngeri dan lekas beringsut mundur, kembali ke posisinya duduk.
"Kenapa?"
"Itu tadi yang namanya Gendis?"
"Dia masuk ke kamar nomer empat kan?"
"Iya."
"Berarti benar, dia Gendis."
"Hemm... rasanya ada yang aneh deh sama dia."
"Aneh gimana sih?"
"Wajahnya begitu pucat dan dingin."
"Mungkin dia kecapean."
"Bukan gitu, wajahnya menyiratkan sebuah kehampaan mendalam dan menimbulkan rasa takut bagi yang melihatnya."
Nala tertawa.
"Ada-ada aja sih imajinasimu ini. Wajahnya baik-baik saja, kalau pun terlihat pucat pasti karna kelelahan atau mungkin, dia sedang tidak enak badan."
"Kami gak ngerti yang aku rasain."
"Gini deh, aku kenalin kamu sama Gendis."
"Idih ngapain? takut tau."
"Takut kenapa coba?"
"La, percaya deh sama aku! cewek itu aneh."
"Kamu yang aneh."
"Hemm.. aku udah ngasih tahu loh, mau percaya atau enggak, terserah kamu tapi saranku, kami harus hati-hati!"
"Iya deh iya, aku bakalan hati-hati."
Jasmin memanyunkan bibirnya membuat Nala tertawa kembali.
"Udah-udah! mending kita istirahat dan makan siang dulu!"
"Ide bagus tuh."
"Ini nasi bungkusnya tadi dan ini camilannya."
"Sendokmu mana La?"
"Itu di sebelah kompor, ambil aja!"
"Oke."
🌸🌸🌸
Tanpa terasa sore pun tiba. Jasmin mengemasi barang-barangnya dan berpamitan untuk pulang.
"Gak mau mandi dulu di sini?"
"Enggak nanti aja di rumah sekalian."
"Oh yaudah, hati-hati ya!"
"Iya, aku balik dulu La!"
"Iya."
Setelah mengantarkan Jasmin ke depan pagar kossan, Nala kembali masuk ke dalam bersamaan dengan Gendis yang berjalan keluar.
"Eh mbak, mau ke mana?" tanya Nala.
"Beli makanan."
"Di mana mbak?"
"Di sana, gak jauh kok."
"Em.. oh iya, mau tanya."
"Tanya apa?"
"Apa semalem mbak Gendis mandi? aku denger orang mandi soalnya sekitaran jam satu dini hari."
Gendis menggelengkan kepalanya.
"Enggak mbak?"
"Enggak."
"Oh.. mungkin saya berhalusinasi atau sedang bermimpi tapi terasa seperti nyata hehe."
Gendis tersenyum.
"Yaudah mbak, silahkan kalau mau beli makan. Saya masuk dulu, mau mandi."
"Iya mbak."
Nala sempat melihat ke mana arah kepergian Gendis karena pikirnya, dia juga ingin mencoba membeli makanan di warung langganan Gendis tersebut.
🌿 DONE, Jangan Lupa tinggalkan jejak setelah membaca.. 🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Diankeren
haduuh knpe jdul'y Bgeettoo 😝 inget masa muda jdi'y eike klo Lgi ng'cengin tmn yg omdo
ada swara g ada bntuk
2024-01-27
1
dyul
Mbak gendis... hantu tah?.... kok mau beli mkn.... laper juga ya...
2023-08-29
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝙖𝙥𝙖 𝙟𝙣𝙜𝙣" 𝙂𝙚𝙣𝙙𝙞𝙨 𝙝𝙖𝙣𝙩𝙪 𝙮𝙖 🤔🤔🤔
2023-07-27
0