BUKAN DESI

"Ternyata mbak Desi."

"Memangnya kamu kira siapa?"

Nala nyengir.

"Aku kira yang mandi itu mbak Gendis."

Gendis tersenyum.

"Jadi buang air kecil gak?" tanya Gendis.

"Enggak mbak."

"Yaudah kamu balik aja, aku berani kok sendiri."

"Iya mbak."

Nala pun melangkah kembali saat Gendis masuk ke dalam kamar mandi.

"Di atas kan ada kamar mandi, ngapain mbak Desi mandi di sini? lebih aneh lagi, kenapa selalu mandi pada jam satu dini hari? makin aneh aja rasanya."

Nala mendengus sembari menenggelamkan diri di balik selimut dan kemudian memejamkan matanya untuk kembali tidur.

🌸🌸🌸

Keesokan harinya, Reza menjemput Nala dan mengantarkan Nala ke kampus. Di perjalanan, Nala menceritakan apa yang ia alami semalam.

"Jadi yang mandi selama dua malam ini adalah mbak Desi?" tanya Reza.

"Iya, terjawab sudah teka-tekinya. Hanya saja ..."

"Kenapa?"

"Aku merasa ada yang berbeda."

"Apa itu?"

"Ketika aku ngobrol dengannya di kamar mandi, suaranya terdengar persis seperti suara mbak Gendis dan dia menjawab pertanyaanku dengan ramah. Sedangkan saat dia keluar, wajahnya terlihat datar dan ternyata, itu mbak Desi, bukan mbak Gendis."

"Hemm.. menurutku sih yang lebih janggal adalah kenapa dia mandi di bawah padahal di atas juga ada kamar mandi dan kenapa mandinya tiap jam satu dini hari?"

"Itu dia, aku juga merasa aneh."

"Jawabannya mudah yang."

"Apa?"

"Kamu tanya langsung saja nanti ke dia hahaha."

"Ih resek, aku juga tahu kalau itu."

"Jangan mikir yang aneh-aneh lagi, tanyain langsung saja nanti! biar jelas."

"Iya."

Sesampainya di kampus, Nala dan Reza berpisah. Mereka melangkah menuju jelas masing-masing.

"Aku ke kelas dulu ya!" pamit Reza.

"Iya sayang."

"Kalau mata kuliahmu sudah selesai, tunggu aku di kantin!"

"Iya."

Reza lantas berbelok ke arah yang berlawanan dengan arah yang di ambil Nala.

🌸🌸🌸

Hari ini, aktivitas Nala full di kampus hingga sore hari. Sekitar pukul empat sore, Nala dan Reza meninggalkan area kampus untuk mencari makan dan barulah setelah itu, Reza mengantarkan Nala pulang ke kossan.

"Aku langsung balik ya! capek banget," pamit Reza.

"Iya sayang, hati-hati!"

Setelah kepergian Reza, Nala bergegas mandi lalu merebahkan diri sebentar di ranjang.

"Mbak Desi, idih penasaran banget deh, emm... roti, bawa roti ini aja deh buat alasan ngobrol sama mbak Desi."

Nala lantas bangun lalu meraih beberapa bungkus roti untuk diberikan kepada Desi. Nala menaiki satu demi satu anak tangga hingga sampai di lantai dua. Nala lekas mengetuk pintu kamar Desi yang memang sudah terbuka setengah. Desi pun melongok keluar dari kamar.

"Eh Nala, ada apa?"

"Enggak ada yang penting sih mbak, cuma mau ngasih roti ini, tadi belinya kebanyakan."

"Oh, ayo gih masuk! makasih ya!"

"Iya mbak."

"Mbak Desi baru pulang kerja?"

"Iya, ini baru kelar mandi."

"Emm, ohya mbak, semalem ngapain kok mbak Desi mandi di lantai bawah?"

"Hemm... maksudnya?"

"Sudah dua malam, aku dengar suara orang mandi jam satu dini hari. Nah, di malam yang kedua, aku cek ke kamar mandi dan pas keluar ternyata mbak Desi."

"Bentar-bentar! maksudmu semalem aku mandi di bawah jam satu dini hari?"

"Iya, aku penasaran sekarang, kenapa mbak Desi mandi jam segitu?"

"Nala, kamu yakin gak salah lihat?"

"Enggak kok, kita berhadap-hadapan muka, tepat di depan muka gini saat mbak Desi keluar dari kamar mandi."

"Nala, aku gak tahu apa yang kamu lihat tapi serius, aku gak keluar kamar di jam segitu apalagi mandi. Apa gak dingin banget mandi jam satu?"

Deg...

"Beneran mbak, bukan mbak Desi yang semalam?"

"Yakin, aku berani sumpah kalau yang kamu lihat itu bukan aku. Kalau pun mau ke kamar mandi, ngapain harus ke bawah, di sini juga ada."

Deg...

"Lah terus siapa?"

"Apa bukan Gendis yang katamu penghuni kamar nomer empat?"

"Bukan."

"Yakin bukan?"

"Yakin mbak soalnya pas aku ngecek ke kamar mandi itu sama mbak Gendis."

"Yaudah jangan terlalu dipikirkan, mungkin ada penghuni lain di sini yang sedang usil."

"Serem mbak."

"Iya tahu tapi lama-lama juga terbiasa dan kayaknya gak bakalan ganggu terus-terusan kok, cuma sekedar menunjukkan bahwa mereka itu ada, gitu doang."

"Apa mbak Desi pernah ngalamin seperti yang aku alami ini?"

"Enggak."

"Tuh kan cuma aku."

"Bukan gitu Nala, gak semua orang peka kayak kamu kan?"

"Emm... jadi menurut mbak Desi, aku ini peka sama hal-hal begituan?"

"Tidak sepenuhnya bisa ngeliat tapi lumayan peka. Jangan khawatir, banyakin doa aja!"

"Iya mbak."

Usai mengobrol sebentar, Nala berjalan turun untuk kembali ke kamarnya. Saat itu, Gendis menyapanya dan Nala langsung menceritakan bahwa yang mereka berdua lihat semalam itu bukanlah Desi. Anehnya ekspresi wajah Gendis terlihat biasa, tak menunjukkan keterkejutan sama sekali.

"Kamu takut Nala?" tanya Gendis.

"Tentu saja takut mbak."

"Jangan takut, petualangan masih panjang!"

Nala mengernyitkan dahi, ia sama sekali tak mengerti maksud dari ucapan Gendis. Usai mengatakan hal itu, Gendis melangkah masuk ke dalam kamarnya tanpa memperdulikan Nala yang terlihat bingung sekarang.

"Apa maksudnya?"

"Sialan! jadi takut aku."

Nala meraih ponselnya lalu menelpon Reza.

"Aku takut yang," ucap Nala saat panggilannya dijawab.

"Takut kenapa?" tanya Reza.

"Ternyata yang mandi semalam itu bukan mbak Desi, barusan aku tanya dia dan katanya, dia gak keluar kamar sama sekali."

Reza membulat, dia dapat merasakan ketakutan Nala saat ini. Namun tak bisa banyak membantu.

"Kesini dong temani aku!"

"Aku bisa aja ke sana tapi kan sudah malam, gak enak dilihat orang-orang."

"Kenapa gak enak? buktinya selama ini gak ada yang negur, kamu bolak-balik ke sini bahkan nungguin aku lama di kamar juga gak masalah."

"Tapi kan.."

"Aku takut banget serius."

"Iya-iya aku ke sana, tunggu ya!"

"Iya cepetan!"

"Iya sayang."

Nala menutup panggilan teleponnya dan lekas meringkuk di balik selimut. Suasana hatinya benar-benar tak karuan, Nala sangat ketakutan.

Beberapa menit kemudian, Reza datang dan langsung masuk ke kamar. Nala lekas menghambur ke pelukannya.

"Jangan pulang, temani aku malam ini!"

"Iya aku temani, ohya aku bawakan martabak, kita makan dulu yuk!"

Nala mengangguk.

Usai makan, Reza meminta Nala untuk tidur.

"Aku gak akan ke mana-mana, tidurlah!"

"Iya."

Reza menyelimuti kekasihnya dan kemudian merebahkan diri di lantai kamar. Nala tidur dengan tenang karena merasa aman. Kalau pun akan ada gangguan dari penghuni lain yang usil, masih ada Reza di sampingnya, tidak seperti kemarin, Nala sendirian.

🌿 BAB LIMA KELAR 🌿JANGAN LUPA VOTE dan FAVORITKAN 😘

Terpopuler

Comments

dyul

dyul

Mbak gak taruh tv di kamar?... di setel sja sampai pagi.... InsyaAllah gak bakal di gangguin, nti sibuk nonton dianya

2023-08-29

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝙖𝙥𝙖 𝙢𝙖𝙠𝙨𝙪𝙙 𝙂𝙚𝙣𝙙𝙞𝙨 𝙮𝙖 🤔🤔🤔

2023-07-27

0

Fitri wardhana

Fitri wardhana

bsok lagi ah bacanya thor,takut🥺

2022-07-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!