Pertemuan ke dua

Pagi yang sangat cerah, matahari bersinar sangat terang.Keceriaan tergambar di hari ini. Namun, tidak dengan gadis yang bernama Inaya.

Gadis itu tampak gontai memasuki kelas nya. Setelah kejadian sial yang kemarin ia alami, Inaya juga harus memikirkan tentang ucapan kakek nya yang sudah merencanakan perjodohan untuk diri nya.

Inaya semakin tampak lesuh, ia berjalan menuju ke kursi nya. Kedua sahabatnya sudah menunggu kedatangan nya.

"Tu bocah kenapa, tumben banget lesuh gitu?" tanya Nisa melihat kedatangan Inaya dengan wajah muram dan di tekuk.

"Iya tu, Lo kenapa sih " timpal Lala.

Inaya tidak menjawab, ia malah duduk dan langsung merebahkan kepalanya di atas meja.

"Guys... Ingin rasanya gue mati sekarang" lirih Inaya sukses membuat ckedua sahabat nya melotot kaget.

"Lo sakit yah Nay, atau lagi sawan?" Lala menempelkan punggung tangannya ke kening Inaya dan satu tangan lagi di apit di ketiak nya.

"Sialan Lo" dengus Inaya kesal melihat tingkah Lala.

"Hahaha...Panas gak tuh" celetuk Nisa tertawa keras.

"Ah lu pada jahat banget sama gue. Tega banget" gerutu Inaya dengan nada di buat buat seolah ia benar-benar kecewa.

"Becanda doang Nay.... Emang lu kenapa sih, pagi pagi dah mendung aja?" tanya Lala lagi.

"Bener tu, gak biasa nya Lo kek begini" sahut Nisa.

Inaya menegak kan tubuh nya, menatap kedua sahabatnya yang juga menatap kepada nya.

"Gue di jodohin" kata Inaya meluncur begitu saja dari mulut nya.

"What? Lo bakalan menikah?" pekik kedua nya keras . Inaya sangat kaget, ia langsung menutup mulut kedua sahabatnya nya.

"Aiss...Sttt... Jangan kencang kencang ngomong nya. Nanti anak anak lain pada denger!" bisik Inaya melirik teman teman sekelasnya. Memang sih kelas nya masih belum rame, karena mereka sudah tidak belajar lagi. Jadi, banyak yang memilih tidak masuk kelas .

"Sorry Sorry" Nisa dan Lala mengangguk, Inaya pun melepaskan bekapan tangannya pada mulut Lala dan Nisa .

"Lo serius Nay, sama siapa?" tanya Lala penasaran.

Inaya kembali duduk ke bangku nya, ia kembali merebahkan kepalanya dengan beralaskan kedua tangan yang ia lipat.

"Gue juga gak tahu, tapi kakek bilang sama gue bakalan nikah dalam waktu dekat"

"Bentar bentar, maksudnya apa? gue gak ngerti deh" kata Nisa bingung.

"Yang bakalan nikah, lu apa kakek lu?" lanjut nya.

Lala dan Inaya mendengus , mulai lagi deh kelolaan Nisa .

"Bapak Lo Nis, yang bakalan nikah sama banci depan Sono" sungut Lala kesal, dalam keadaan seperti ini masih sempat aja Nisa kambuh.

"Udah ah Nay, abaikan aja cewe gila ini" kata Lala.

"Gue gak tahu deh ,harus melakukan apa. Gue gak mau nikah muda, tapi gue juga gak mau ngecewain kakek gue . Kalian kan tahu sendiri, cuma kakek yang gue punya di dunia ini"

"Gue ngerti kok Nay, gue juga ikutan bingung harus ngasih saran apa sama Lo" kata Lala.

"Kalo menurut gue sih, liat aja dulu calon nya. Siapa tahu tampan, sayang kalo di tolak" ujar Nisa.

"Apaan sih Lo" kelu Lala menoyor kepala Nisa .

"Yah kan saran gue aja, gak di lakuin juga gak papa" kata Nisa lagi.

Inaya menghela nafas, ia semakin bingung dengan jalan hidup seperti apa yang harus ia jalani.

...----------------...

Haiden sudah tiba di sebuah restauran, ia di minta oleh mama nya untuk datang ke sana setelah istirahat makan siang.

Sesuai permintaan, Haiden tiba tepat waktu.

"Selamat datang tuan, semoga anda menikmati pelayanan kami" sambutan hangat dari seorang pelayan.

Haiden mengangguk pelan, kemudian dia berjalan menuju meja yang sudah mama nya beritahu.

"Haiden.... sini!!" Suara Hana menggema tanpa tahu malu ketika melihat putranya.

Haiden langsung menghampiri mama nya, di sana sudah ada papa nya dan seorang kakek tua. Haiden sedikit meneliti mencari keberadaan gadis yang akan di jodoh kan kepadanya.

"Calon nya belum datang, bentar lagi paling juga sampe" kata Hana seakan tahu apa yang sedang di pikirkan oleh putra nya.

Haiden membuang muka, ia memilih duduk di sebelah mama nya.

"Haiden, sapa kakek Ardiansyah." titah Leo.

Haiden langsung berdiri kembali dan memberi hormat ke pada tuan Ardiansyah.

"Salam kek" kata Haiden membungkuk memberi hormat.

"Terimakasih Haiden" balas kakek Ardiansyah.

Haiden kembali duduk ke kursinya, ia tersenyum pada kakek. Ia seperti nya mengenali siapa kakek itu.

"Kita sudah pernah bertemu sebelum nya nak Haiden" kata kakek. Haiden mencoba mengingat ingatnya.

"Pemilik Perusahaan I&L" kata kakek, langsung membuat Haiden mengingat siapa kakek itu.

"Ah, yang baru saja bekerja sama dengan perusahaan kami" kata Haiden tersenyum lebar.

"Betul" sahut Kakek mengangguk.

"Belum tua saja, sudah pikun" cibir Leo. Haiden langsung mendelik kesal pada papa nya.

"Ah sudah sudah, jangan mulai deh!" lerai Hana memukul bahu suaminya dan juga putranya secara bergantian.

"Jadi kakek sudah tahu, jika Haiden bakalan di jodohin sama cucu kakek?" tanya Haiden menerka.

"Tentu saja, bahkan kakek sengaja membuat kerja sama dengan perusahaan mu, agar nanti penggabungan nya tidak susah. " jelas kakek ambigu. Haiden mengerut tidak mengerti, membuat Kakek dan kedua orang tua nya tertawa lepas.

"Ternyata kamu ini lugu juga yah, tidak seperti yang orang bilang" kekeh sang kakek.

Haiden hanya bisa tersenyum, sejujurnya ia tidak mengerti dengan apa yang kakek Ardiansyah bicarakan.

Sementara di tempat lain, Inaya kembali tergesah gesah berlari ke parkiran. Kakek mengatakan jika dirinya sedikit pusing setelah melakukan rapat penting dengan client nya.

Inaya tidak berpikir apa apa lagi, ia langsung melaju menuju ke lokasi kakek nya saat ini.

10 menit di perjalanan, Inaya tiba di sebuah restauran besar yang masih milik kakek nya.

"Selamat datang nona muda" sambut pelayan.

Inya tidak memperdulikan nya, ia berlari masuk ke dalam restauran mencari keberadaan sang kakek.

Ketika melihat kakek nyavtengah duduk dan berbincang dengan beberapa orang , membuat Inaya langsung berlari menghampiri nya.

"Kakek!" panggil Inaya dengan nafas memburu. Hana dan Leo bingung, mereka bertanya tanya mengapa cucu kakek Ardiansyah seperti orang di kejar setan.

Sementara Haiden, ia tidak melihat wajah Inaya, Karena posisi Inaya membelakangi nya.

Inaya langsung memeluk sang kakek, ia memastikan kakek nya benar benar tidak kenapa kenapa.

"Kek, kakek gak kenapa kenapa kan? apa masih pusing?" tanya Inaya panik.

"Ehm.." kakek Ardiansyah terlihat bingung ingin menjawab pertanyaan Inaya seperti apa.

"Inaya?" panggil Hana lembut.

Mendengar seseorang memanggil namanya, Inya langsung membalikkan tubuh nya menatap 2 orang asing yang belum pernah bertemu dengan dirinya. Dan,,,, untuk yang satu lagi, Inaya cukup terkejut melihat keberadaan nya di sini.

Kedua nya tampak sama sama terkejut, pikiran mereka mulai berkelana.

Jadi dia gadis yang akan di jodohin sama gue? gadis SMA? papa mama apa gak salah mau nikahin gue sama anak bau kencur seperti dia.

Cantik sih cantik, tapi....Apa gue gak di bilang pedofil nanti.

Haiden meneliti penampilan Inaya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

What, ngapain ni cowo gabung sama kakek. Apa dia client yang kakek bilang tadii?

"Lo ngapain di sini?" ketus Inaya pada Haiden.

"Lo tu yang ngapain di sini" balas Haiden tak kalah ketus nya.

Hana tersenyum lebar, ternyata putra nya dan calon menantu nya sudah saling kenal.

"Bagus deh, kalo kalian sudah saling kenal" kata Hana tersenyum.

"Benar Hana, seperti nya kita tidak perlu memperkenalkan mereka lagi" sahut Kakek.

"Bentar, bentar.... maksud kakek apa? Saling kenal-" ucapa Inaya terheny, ia menutup mulut nya dengan kedua bola mata melotot.

"Jangan bilang....." Inaya menggantung kan ucapannya seraya menatap kakeknya dengan tatapan tidak percaya.

"Kek..." lirih Inaya meminta penjelasan.

"Benar sayang, kakek dan kedua orang tua Haiden sudah sepakat akan menikah kan kalian berdua setelah acara kelulusan kamu" jelas sang kakek.

"Sayang, maaf yah .Tapi, semua ini sudah kami rencanakan sejak kami masih SMA Dulu. Papa dan mama kamu sudah sepakat dengan om dan Tante untuk menjodohkan kalian berdua" Hana bangkit dari duduk nya dan menghampiri Inaya. Lalu, Hana memeluk Inaya seperti memeluk putri nya sendiri.

Inaya sedikit tersentak, ia merasa sangat nyaman berada di pelukan tante Hana. Mungkin karena dirinya sudah lama tidak merasakan pelukan dari seorang ibu.

Sementara Haiden hanya diam menjadi penonton saja. Mau menolak juga percuma, ia juga merasa sangat senang melihat mama nya bahagia.

...----------------...

Biasakan untuk selalu menekan tombol like setelah membaca setiap episode. Karena hal itu merupakan penghargaan bagi kami sebagai penulis. Terimakasih

Terpopuler

Comments

Aris Pujiono

Aris Pujiono

lanjut nyanyinya

2022-01-10

0

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

salken yaa mulai nyicil baca dulu

2022-01-04

1

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

paragraf pertama lgsg bikin nyanyi Kak 😂. lanjutt

2022-01-01

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 62 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!