Di Landa Kesialan

Setelah keluar dari ruangan kerja kakek nya, Inaya kembali melajukan mobil nya menuju ke sebuah Cafe.

Inaya masih tidak habis pikir dengan apa yang kakek nya pikirkan.

"Ah Kakek selalu seperti itu!" kesal Inaya memukul stir nya.

"Siapa sih pria yang sudah berhasil menghasut kakek gue!" gerutu Inaya , mulut nya komat kamit, tapi mata nya masih fokus pada jalanan.

Bomm~~

"Astaga..." Inaya langsung panik dan berusaha mengendalikan mobil nya agar menepi.

Inaya keluar dari dalam mobil, ia menatap kesal pada ban mobil belakangnya yang terlihat tidak ada angin sedikit pun.

"Dasar menyebalkan! Kenapa hidup gue mendadak sial begini sih!" gerutu Inya menarik rambut nya geram.

"Mana jarak nya masih sangat jauh lagi"

"Ah, masa bodo!" Ujar Inaya memilih berjalan kaki menuju cafe yang berjarak sekitar setengah kg lagi dari tempat nya sekarang.

"Aduh capek banget" lenguh Inaya berhenti sejenak, kedua tangannya menumpu pada kedua lutut nya, nafas Inaya tidak beraturan. Baju seragam sekolah nya sudah basah oleh keringat. Baru kali ini ia berjalan sejauh ini, tidak ada air, tidak ada teman yang paling membuat nya merasa frustasi.

Sebuah mobil dari arah yang sama dengan nya melaju dengan kecepatan sedang. Ia tidak melihat ada lubang yang berisi air kotor. Tanpa di sengaja mobil itu pun melindas lubang itu.

Inaya yang sedang berdiri di pinggir jalan itu pun terkena ciprakan air kotor itu.

"Woy!! Hati hati dong, baju gue jadi kotor ni!" teriak Inaya tidak terima.

Mobil itu pun berhenti sebentar, kemudian mundur dan berhenti tepat di depan Inaya. Ketika mobil itu terbuka, tampak lah seorang pria tampan tinggi, berdiri di hadapan Inaya.

"Sorry gue gak sengaja" kata pria tampan itu yang tak lain adalah Haiden.

"Enak aja Lo bilang gak sengaja, lihat ni baju gue jadi basa , sepatu gue juga kena. Oh my God!!!!!!" Jawab Inaya yang sudah sangat kesal.

Haiden tidak menjawab, ia malah diam menatap gadis SMA yang memiliki wajah sangat manis di mata nya.

Merasa tidak ada jawaban dari pria itu, Inaya pun mendongakkan kepala nya menatap pria yang sudah ada di hadapan nya itu. Seketika mata mereka bertemu.

Di dalam hati, kedua insan itu saling memuji satu sama lain.

"Tampan juga ni cowo, dewasa banget" teriak Inaya di dalam hati sembari menatap waja Haiden .

"Manis banget dia, apalagi kalo gak galak.Pasti makin manis" puji Haiden dalam hati.

Ketika asik saling memuji, tiba-tiba Haiden teringat pada seseorang yang sedang menunggu nya.

"Sorry, gue buru buru" kata Haiden kembali masuk ke dalam mobil nya dan melaju begitu saja.

"Eh eh woy!!! tanggung jawab dulu, woy!!" teriak Inaya mencak mencak melampiaskan rasa kesal nya pada pria itu.

"Dasar pria yang tidak bertanggung jawab" gerutu Inaya menepis nepis baju nya agar sedikit lebih bersih, meskipun hal itu sia sia.

"Mana baju gue putih lagi, awas aja kalo sampe gue bertemu lagi sama Lo. Gue jadiin Lo pergedel" gerutu Inaya menghentak hentakkan kakinya kembali melanjutkan perjalanan nya yang tinggal sedikit lagi.

"Selamat siang nona muda" sambut pelayan ketika melihat kedatangan nona muda mereka.

Yah, cafe itu adalah milik kakek Inaya. Dan Cafe itu merupakan cafe pavorit bagi Inaya karena ini merupakan Cafe pertama yang papa dan mama nya bangun. Karena hal itu lah Inaya menjadi menyukai cafe ini.

Setiap mengalami stres, badmood, Inaya selalu datang ke cafe ini. Agar semua masalah yang ia hadapi segera hilangvdan pikiran nya pun menjadi tenang.

Melihat kedatangan Inaya, manager cafe langsung menghampiri nya. Ia sangat terkejut melihat nona muda nya berpenampilan sangat kacau seperti ini.

"Nona muda, anda kenapa bisa jadi seperti ini?" Tanya manager kaget.

"Sudahlah ibu manager, jangan banyak bicara. Tolong bawakan baju ke ruangan ku" titah Inaya sembari berlalu dari hadapan manager.

"Baik nona muda" sang manager langsung memerintahkan seseorang untuk menjemput baju nona muda ke kediaman Adriansyah.

Sementara itu, di sudut Cafe terlihat seseorang tengah membujuk kekasihnya yang sedang merajuk.

" Sayang , maaf aku terlambat" kata seseorang dengan nada menyesal. Ia meraih tangan kekasihnya ,lalu mengecup nya.

"Kamu selalu saja terlambat. Aku kan cape menunggu kamu terus" kata wanita itu dengan nada manja. Ia mengerucutkan bibirnya pertanda ia sudah kesal.

"Tadi perjalanan sangat macet sayang, makanya aku terlambat" bujuk si pria itu lagi.

Inaya yang berjalan tak jauh dari sepasang kekasih itu merasa ingin muntah ketika mendengar perkataan pria itu.

"Dasar buaya" pikir Inaya. Ia masih belum sadar dengan siapa yang sedang memohon kepada wanita itu. Karena posisi si pria membelakangi nya.

Cukup lama Inaya menunggu di ruangannya, akhirnya manager cafe datang menghampiri nya.

"Ini pakaian anda nona" kata manager memberikan paper bag yang berisi baju Inaya.

Inaya langsung menerima nya, kemudian mengecek apa isi dari paper bag itu.

"Terimakasih ibu manager" ujar Inaya langsung membawa paper bag itu ke dalam kamar mandi.

Setelah selesai berganti pakaian, Inaya kembali keluar dari kamar mandi . Di dalam ruangan khusus untuk dirinya itu masih terdapat ibu manager.

"Saya lihat, di depan tidak ada mobil nona muda. Apa nona muda di antar kakek?" Tanya ibu manager penasaran, tidak biasanya Inaya datang tanpa mobil.

"Ah iya, mobil ku ban nya meletus. Tolong suruh orang untuk memperbaikinya" kata Inaya yang baru teringat dengan mobil nya.

"Astaga, apa nona baik baik saja?" ibu manager langsung memeriksa keadaan tubuh nona muda nya. Ia mulai berpikir jika noda noda tadi ada karena kecelakaan ban mobil nya yang meletus.

"Aduhh Ibu manager, aku tu baik baik saja. Gak ada yang lecet, stop lebay" sergah Inaya.

Namun ibu manager tidak berhenti di situ, ia harus memastikan nona muda nya baik baik saja.

"Lalu, bagaimana dengan noda tadi?" tanya ibu manager penuh selidik.

"Itu karena kesialan yang menimpa ku bertemu dengan pria super menyebalkan!" Jawab Inaya, emosi nya kembali menggebuh gebuh.

Ibu Manager bernafas lega, ia mulai tenang sekarang. Jika terjadi sesuatu pada nona muda nya. Maka, tidak akan dapat di elak kan amukan seorang kakek yang mendengar cucunya terluka. Bisa bisa mereka semua di pecat masal nanti.

Inaya keluar dari ruangan khusus milik nya, kemudian ia mengambil tempat duduk yang berada tidak jauh dari meja pria yang masih berusaha membujuk kekasih nya itu.

Ketika baru saja duduk di kursinya, Inaya tak sengaja melirik ke arah kanan. Mata nya melotot ketika melihat pria yang tadi sudah membuat tubuh nya mandi lumpur.

"Jadi dia buaya itu!" gumam Inaya bangkit dari duduk nya. Ia melihat Haiden memesan sesuatu pada pelayan, seperti nya ia memesan minuman.

Inaya tersenyum licik, entah apa yang sedang ia pikirkan untuk membalas Haiden. Ia tidak jadi menghampiri pria itu, Inaya malah memilih menyusul pelayan yang mencatat pesanan Haiden.

...----------------...

Biasakan untuk selalu menekan tombol like setelah membaca setiap episode. Karena hal itu merupakan penghargaan bagi kami sebagai penulis. Terimakasih.

Terpopuler

Comments

Milawati Dewi

Milawati Dewi

maaf yah ka. aku baru mampir😁

2022-03-23

0

Machan

Machan

saling puji"an dalam ati ujung"nya cinta dehhhh.
acieee cieeeee

2022-01-07

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 62 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!