Didalam kamarnya, Ralin masih terbayang-bayang dengan hari pertamanya yang begitu menyenangkan disekolah. Bertemu dengan beberapa teman lama dan lebih banyak bertemu dengan teman-teman baru. Salah satunya adalah sosok Atlas, teman yang membantunya kabur dari cengkraman senior yang ternyata mereka adalah para
pejabat Osis SMA Kenanga dan Rassya, sang kakak yang menjadi Ketua Osis nya. Mengingat para pejabat Osis terutama tiga siswa dari mobil Mercedes Bens berwarna hitam hari itu, Ralin kembali teringat dengan sosok pemuda lainnya yang melompat dengan cepat dari lantai atas bangunan sekolahnya pada hari itu.
“ Tatapan mereka terasa sangat aneh... Terlebih tatapan si wakil ketua OSIS yang bernama Andra itu. Rasanya benar-benar tidak asing. ” Batin Ralin sembari memeluk dan membenamkan wajahnya
pada bantal guling yang selalu menemani tidurnya sejak ia kecil.
***
Sementara di teras sebuah rumah lainnya. Ditengah-tengah hamparan hutan pinus yang mengelilingi bangunan itu. Disebuah ruangan berukuran 4x5 m2 yang sebagian besar dari ruangan itu didominasi oleh pintu dengan tatanan ruangan yang hampir semuanya terbuat dari bahan kayu yang dipoles apik, Andra si pengendara mobil Mercedes Bens berwarna hitam itu tengah melihat kedalam kepingan cermin disamping rak bukunya yang berjejer sepanjang sisi ruangan itu.
Ingatan demi ingatan muncul dibenaknya akan sosok yang sangat ia rindukan. Kenangan demi kenangan, dan bayangan tetes darah dari seorang gadis gadis kecil, membawanya kembali ke kota ini. Kota kecil tempat semua kisah hidupnya dimulai kembali.
Tepat sepuluh tahun yang lalu ditanggal dan bulan yang sama. Disebuah halaman rumah nan hijau yang dipenuhi dengan hamparan tanaman bunga mawar putih yang indah, seorang gadis kecil yang baru berumur lima tahun menangis. Saat tetes darah pertamanya jatuh keatas kelopak bunga mawar putih yang dikaguminya, disamping indahnya mekar mawar putih yang seketika berubah warna menjadi merah sepekat darah, gadis kecil itu menangis sedih dengan gaun putih selututnya.
Poni yang menutupi alis matanya dan sepatu merah melekat dikakinya. Yang gadis kecil itu tahu hanya menangis. Menangis karena jarinya mengeluarkan darah akibat tertusuk duri dari batang tanaman bunga mawar putih yang sempat ia kagumi. Untuk sesaat, air matanya yang jatuh membasahi kelopak bunga mawar yang ada. Seakan memberi tanda, air mata gadis kecil itu mengembalikan warna bunga mawar merah sepekat darah kembali ke warna asalnya.
Dan dari satu tetes darah dan air mata itulah, kehidupan si pemuda dimulai lagi di kota yang pernah ia tinggalkan berabad-abad lamanya.
“ Apa terjadi sesuatu? ” tanya seorang perempuan disamping pemuda yang kini tengah kembali dari lamunannya. Sesosok perempuan dengan wajah imut berambut ikal yang terurai sepanjang siku tangannya, kulit yang sama putihnya dengan Celine, siswa senior yang menjadi salah satu pejabat Osis SMA Kenanga. Bola matanya yang hitam besar dan hidung mancungnya menyiratkan kecantikan hakiki yang dimilikinya.
Wajah perempuan dibalik buku yang dibacanya itu menyiratkan sedikit kecurigaan pada sosok Andra. Dia yang sudah sangat lama bersama si pemuda, cukup mengenal kediaman yang tunjukan oleh Andra kali ini.
“ Memikirkan sosoknya lagi? ” Tangan mungil si perempuan yang sudah meraih bahunya, ditepis dengan lembut oleh Andra.
" Aku belum bisa melupakannya sedikitpun, Leticia... "
Mendengar hal itu, sang gadis tersenyum simpul dibalik punggung Andra. Mengerti dan akan selalu mengerti akan penantian panjang sang pria pada sosok yang tiba-tiba menghilang dari tengah kota ini berabad-abad lamanya.
Membuka lebar jendela kaca dihadapannya, Andra membiarkan angin malam menerpa wajahnya yang sedikit pucat dan berkilauan diterangi cahaya bulan. Perempuan tadi terdiam menyaksikan kelakuan Andra yang tidak biasa.
Menyambut dua orang lain yang masuk dari arah jendela yang terbuka dihadapannya, mereka melewati Andra yang masih terpejam membiarkan angin malam tetap menerpa setiap lekuk wajahnya. Merasakan hawa malam yang memberinya kabar yang lebih baik dari waktu ke waktu setelah perjalanan panjang yang dilakukannya hanya untuk bisa bertemu lagi dengan sosok yang sangat ia rindukan.
“ Apakah dia kembali? ” tanya perempuan yang dipanggil Leticia itu. Mencoba menebak berita yang selama ini ditunggunya dari sosok Andra dan teman-teman lainnya.
Tidak mendapatkan jawaban apapun, perempuan itu mengabaikan Andra sejenak.
“ Celine? ” Perempuan bernama Leticia itu menatap sesosok perempuan lain di ruangan itu. Perempuan yang baru saja mendatangi kediamannya. Perempuan yang kini tengah meletakkan sweater pink yang dikenakannya pada kursi panjang disudut ruangan itu.
" Lama tidak bertemu, Leticia.." sapa Celine.
“ Nathan?? ” lagi dan lagi. Perempuan bersama Leticia itu memalingkan tatapannya dari sosok perempuan cuek tadi kearah pemuda yang datang bersama Celine. Dengan rambut belah tengah yang cukup klimis dan kacamata tipisnya, sosok bernama Nathan itupun tidak memberikan jawaban apapun pada dirinya yang penasaran akan sikap yang Andra tunjukan belakangan ini terhadapnya.
"Hai, Leti.." sapa Nathan dengan cukup sopan pada sosok perempuan yang terlihat sedikit lebih muda dari dirinya.
" Apa yang sudah terjadi sebenarnya??? " Leticia nampak geram dengan kediaman ketiga orang dalam rumahnya setelah kedatangan mereka yang dirasa tidak wajar. Dia berpaling menatap Andra lalu memalingkan pandangan dengan cepat kearah Celine dan Nathan.
" Bukan hal yang menyenangkan sepertinya! " jawab suara lain dibalik kegelapan yang ada disudut ruangan itu. Sosok yang berdiri di kegelapan dan bertentangan jauh dengan tempat Andra berdiri. Sosok yang terlihat seperti kembaran Andra yang berdiri pada sisi tergelap ruangan itu.
" Apa mau mu dengan bersembunyi di kegelapan seperti itu? " Andra menatap jengkel.
" Hanya menyapa mereka yang sepertinya ingin membicarakan sesuatu" jawabnya untuk kemudian sosoknya berlalu bersama dengan hembusan angin semilir yang berhasil menembus kokohnya setiap batang pohon pinus yang dilalui oleh sosok pemuda dalam kegelapan tersebut.
"Apa maksud dari ucapannya tadi?"
"Bukan apa-apa." jawab Andra membalikan badannya menghadap pada dua temannya, Celine dan Nathan.
Merasa tidak mendapat jawaban apapun, Leticia meletakkan buku yang dibacanya diatas meja.
"Kalian pikir aku tidak bisa mencari tahu nya sendiri?" ancam Leticia dengan ketenangan yang selalu ditunjukannya pada berbagai kesempatan. "Aku ingin ikut dengan kalian."
"Tidak ada apa-apa, Leticia..." Andra menepuk kepala perempuan itu dan mencoba menenangkan sesuatu yang mulai memuncak pada gejolak perempuan bernama Leticia itu.
"Sebaiknya kau tetap disini dan lakukan perjalananmu dengan baik."
Tidak menjawab apapun apa yang dikatakan Andra pada sosok nya, perempuan bernama Leticia itu memilih berdiri membelakangi Andra, Celine dan Nathan. Dari balik punggung ke tiganya, tersemat senyum yang menyiratkan banyak makna. Matanya menatap jeli ke sosok Celine dan Nathan yang kini yang memilih untuk duduk santai setelah perjalanan mereka yang cukup panjang untuk memastikan beberapa hal yang sudah lama mereka cari.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Win_dha88
banyak misteri...
belum ngerti diriku...
2020-08-28
0