Mimpi Yang Aneh.

620

tahun berlalu.

Hutan pinus dikala senja. Kabut yang menutupi setiap jalan setapak yang seharusnya ku lewati untuk kembali pulang. Cahaya jingga yang menembus sela-sela pohon, seakan menuntun langkah ini untuk terus

meraihnya. Setiap sekelebat tanaman merambat yang ku lewati seketika berubah menjadi hamparan mawar putih

yang menawan. Dalam takjubnya dengan hamparan mawar putih itu, langkah ini meragu untuk terus berjalan kehadapan. Sesosok bayangan berdiri tepat diujung sana. Tubuhnya yang membelakangi cahaya senja membuatku sedikit merinding ketakutan. Kedua tangan itu seakan meminta untuk aku mendekat padanya.

Rasa apa ini? Rasa yang sangat kuat. Perasaan seperti ini? Kenapa aku merasa begitu dekat dengan sosok yang kini berdiri jauh diujung sana? Siapa sosoknya?Aku merasa sosoknya seperti hidup didalam diriku.

Debaran ini semakin membawa langkahku untuk mendekat pada sosok itu. Ku perhatikan setiap langkah yang kuambil. Hamparan mawar putih berduri tiba-tiba menggores jari dan membuatku merasakan perih seketika. Dan, dari satu tetes darah yang jatuh diatas kelopak bunga dibawah tanganku, merubah seluruh hamparan bunga mawar putih itu menjadi berwarna merah sepekat warna darah.

Cengkraman rasa takut menyerang seketika dari semua arah mata angin. Dan sosok misterius itupun menghilang di kegelapan yang perlahan menunjukan dirinya setelah senja datang. Aku gemetar. Aku menggigil. Aku ketakutan. Sendiri ditengah hutan yang kini tengah gelap. Aku terjaga dalam kekakuan.

“ Ralin!! ” panggilan suara itu menyadarkan sosokku yang masih membeku ketakutan.

Ibu. Itu suara ibu. Batinku.

Segera aku sadar dari ketakutan ku. Berlari entah kearah mana. Begitu aku menemukan ujung dari hutan pinus

dan hamparan mawar yang berubah menjadi merah sepekat warna darah ini, aku terperosok jatuh.

“ Oouch! ” pekik Ralin begitu menyadari kalau dirinya baru saja terjatuh dari atas tempat tidurnya. Dia melihat sekeliling. Dengan setengah sadar dia meyakini kalau dia tengah berada didalam kamarnya sendiri. Dimana saat ini dia tengah terduduk disamping kasurnya karena terjatuh tadi.

Ya. Ini kamarku. Barusan cuma mimpi. Semua hal yang gue alami tadi itu cuma mimpi. Mimpi yang benar-benar aneh. Tapi juga seperti nyata.

Ralin melihat lagi sekelilingnya. Meyakinkan diri kalau apa yang barusan dialaminya hanyalah sebuah bunga tidur saja.

“ Ya, Tuhan, anak ini! ” sambut sosok seorang ibu dari balik pintu. Sang ibu baru membuka sedikit pintu itu dan mendapati anak perempuannya bangun dengan posisi yang tidak biasa. “ Terjatuh lagi dari tempat tidur, dek? ” sang ibu masuk kedalam kamar dan membuka gorden yang berada tepat di arah timur tempat tidur putrinya.

Jendela itu berukuran cukup besar untuk ruangan dengan ukuran 3x4m yang menjadi kamar dari sang gadis. Dengan berhiaskan kain putih tipis berlapis ungu muda sebagai gordennya, membuat kamar itu terlihat sangat lembut dengan perpaduan cat dinding berwarna pastel. Di satu sudut kanan jendela itu menghadap ke sisi kirinya, terdapat sebuah almari dengan nuansa warna peach yang membuatnya terlihat menyatu dengan warna tembok dibelakangnya. Disisi yang berlawanan terdapat satu meja belajar kayu jati berwarna coklat tua dengan motif kuno tapi tidak mengurangi sedikitpun kemewahan yang ditawarkannya. Sementara berhadapan dengan jendela kamar itu terdapat satu bed single dengan nuansa purple dan disamping bed single itu terdapat satu meja rias kecil dengan cermin berukuran 60x90 cm yang berhiaskan bingkai berbagai foto koleksi dari sang gadis.

Cahaya yang masuk dari celah gorden yang dibuka sang ibu nampak sangat menyilaukan mata dan membuat Ralin sejenak kembali memejamkan matanya. Bayangan mimpi itu melintas lagi dalam benaknya. Hutan pinus, cahaya senja, hamparan mawar putih, dan sosok misterius yang seakan memintanya untuk datang. Ralin tertegun begitu membuka matanya. Ada perasaan yang tiba-tiba mengusik hati dan pikirannya. Rasa yang tidak pernah bisa ia mengerti kemunculannya.

Ditengah-tengah lamunan yang ada, sang ibu mulai mengoceh lagi dengan kebiasaan Ralin selama liburan pra sekolahnya. Belakangan sang ibu selalu melihat Ralin menghabiskan waktunya dengan menonton film ataupun drama korea selama liburan sekolahnya. Walau kadang Ralin juga menyempatkan diri mengurus untuk surat-surat

masuk SMA-nya, kebanyakan isi laptop sang anak adalah berbagai macam drama-drama korea yang ditontonnya hampir sepanjang malam. Dan menurut sang ibu, harusnya Ralin mengingat akan satu hal penting hari ini.

“ Mimpi ketemu siapa lagi sih dek? ” ujar sang ibu yang menaruh seragam SMA sang putri diatas ranjang sang anak. “ Cowok-cowok pecicilan yang ada di laptopmu itu. ”

“Bukan bu.. Ralin bermimpi hal yang aneh tadi. ” kembali menghela nafas Ralin melanjutkan kalimatnya. “ ..dan sekarang Ralin malah merasa hilang semangat… ”

Ditatapnya sang ibu dengan mata berbinar selayaknya anak kecil yang berharap mendapat begitu banyak perhatian dari orang tuanya.

“ Kamu yang aneh.  Ini hari pertamamu di SMA, bukanya siap-siap, malah masih bengong aja. ” celetuk sang ibu disela-sela ocehannya.

Ralin terdiam. Dirinya memang masih terduduk bengong  disamping kasur tempat ia terjatuh karena mimpinya itu. Masih dengan memeluk bantal guling dan selimut kesayangannya yang bermotif sama, Ralin terperanjat. Sempat melirik sang ibu saat berkata “Hari pertamamu di SMA”. Diliriknya jam weker yang ada diatas meja disampingnya.

“ KYAAAAAA... ” Ralin berteriak histeris.

Saking kencangnya teriakan Ralin tersebut, sampai-sampai seisi rumah menjadi gaduh seakan telah terjadi gempa. Kopi sang ayah tumpah setengah dari cangkir keramik kesayangannya yang hendak diminumnya di kursi santai teras depan. Sang kakak terluka karena tergores pisau cukurnya, dan moko, anjing kecil kesayangan Ralin, gemetar ketakutan dan memilih masuk lagi kedalam kandang yang menjadi rumahnya semenjak dipungut dan dipelihara oleh Ralin dan sang kakak.

“ Ibu, kenapa banguninnya jam segitu sih? Aku kan bisa telat. Mana ini hari pertama lagi. ” oceh Ralin sambil menikmati sarapan yang disugukan dimeja makan.

“ Makannya pelan-pelan ikh! ” ujar sang Ibu sembari mengambilkan lauk untuk sang ayah. “ Abang mu saja masih santai gitu. ” tambah sang ibu seakan tidak peduli dengan kecemasan putrinya itu.

Sang kakak melihat Ralin dengan senyum penuh kesenangan. –mati-kau-hari-ini-Lin! Kurang lebih,

itulah yang ada dipikiran sang kakak.

“ Jelas abang santai. Dia kan ketua Osis-nya. ” rengek Ralin dengan kesalnya. “ Alin jam tujuh sudah harus disekolah. Sudah harus baris juga biar nggak kena sterap si abang tuh!”  Ralin semakin bertambah kesal sambil menuding sang kakak yang sedang menikmati sesuatu diseberang mejanya, entah itu makanannya atau pikiran jahilnya yang akan memberikan hukuman apa pada Ralin kalau adiknya itu sampai terlambat dihari pertamanya pagi ini.

“ Sudah, sudah. ” sang ayah menengahi. “ Ralin ikut ayah saja.” tambah sang ayah yang sudah menyelesaikan sarapannya. “ Kalau sudah selesai sarapan, ayah tunggu di mobil. Biar abang bawa motor aja kesekolah. ”

Terperanjat saking senangnya, Ralin bergegas menyusul sang ayah dengan terlebih dulu menjahili kakaknya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!