Entah harus senang atau sedih, saat Abdi membuka amplop yang diberikan Rasya, sebuah sertifikat apartemen yang ia tempati, sahabatnya itu benar-benar mengabulkan permintaannya, melunasi apartemen yang dulu dijanjikannya, karena telah lama berlalu, Abdi pikir Rasya tidak menepati ucapannya.
Saat itu Abdi memang menunggak pembayaran apartemennya, karena uang yang ia miliki habis oleh sang Mama, tak pernah mendapat surat cinta dari pihak apartemen, membuat Abdi sedikit tenang, nyatanya semua ada campur tangan dari sang sahabat.
Abdi mengambil kertas lagi, sebuah surat pernyataan, bahwa Rasya menyerahkan semua hak atas cafe yang selama ini dikelolanya, padahal itu adalah cafe impian Rasya, kenapa dia malah menyerahkannya padanya.
"Selama 8 tahun cafe itu berdiri, semua yang menghandle pekerjaan kamu, aku malah kadang aku nggak tahu apa-apa soal cafe itu, yang aku tahu hanya tiap bulan, keuntungan cafe semakin meningkat" ucap Rasya, kala mereka berlibur ke Sulawesi Tengah,
Mereka hanya berdua, duduk ditepi pantai, ditemani semilir ombak malam, angin yang berhembus membawa aroma laut, suasana menjadi hening, keduanya saling terdiam, sebelum akhirnya Rasya berdehem, untuk memulai pembicaraan, mereka seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar.
"Aku serahin itu semua kekamu, karena aku yakin, kamu mampu membuat cafe lebih maju lagi, jika kamu hanya fokus pada cafe" ucap Rasya lagi.
"Apa maksudnya Sya?" Abdi melihat keseriusan pada Rasya kala itu, dan jarang sekali mereka berbicara seserius ini, kecuali saat dikantor. "Lo mecat gue?, apa gue ada buat kesalahan?, Lo udah nggak butuh gue lagi?" amarah Abdi memuncak, tatkala Rasya ingin dia keluar dari kantornya.
"Sabar Di, bukan aku nggak butuh kamu lagi, aku ingin kamu lebih maju lagi, dan kamu tahu kan, sekarang aku sudah menjadi seorang Ayah, aku akan menghabiskan waktu ku dikantor, aku ingin kerja keras untuk anak-anak dan istri ku, aku nggak mau, kamu menghabiskan masa muda kamu hanya dengan bekerja, aku tahu potensi kamu, dan aku tahu keinginan kamu, kamu ingin memiliki cafe sendiri, dan sebagai tanda terima kasih ku atas kerja keras mu selama ini, aku mau kamu menerima semua yang aku beri, semua tak sebanding dengan apa yang kamu lakukan sama perusahaan selama ini" nada bicara Rasya kini lebih santai, setelah menjadi seorang Ayah, temannya itu kini jauh lebih dewasa dalam bersikap dan berbicara.
"Lo nggak usah bicara formal gitu deh Sya, gue nggak masalah ngabisin waktu gue sama Lo, gue nggak masalah waktu gue habis buat perusahaan Lo, tapi gue nggak bisa terima, Lo pecat gue, apa ada yang lebih pintar dari gue? apa Lo udah nggak percaya lagi sama gue?" urat leher Abdi sampai terlihat semua, ia bahkan berdiri dan menunjuk-nunjuk Rasya saat berbicara, nafasnya terasa memburu.
Abdi benar-benar kesal, dia tak habis pikir dengan keputusan Rasya, padahal diluar sana, banyak orang yang menggunakan asisten pribadinya sampai mereka tua, bahkan terkadang diwariskan kepada anaknya. Apa kinerja Abdi kurang bagus? apa dia pernah melakukan kesalahan? Abdi berjalan menjauhi Rasya, lalu ia berhenti, dan kembali berbalik pada temannya yang masih duduk ditempatnya.
"Apa kesalahan gue Sya? apa kinerja gue selama ini kurang bagus? Lo bilang deh, tapi gue nggak bisa keluar dari perusahaan, gue udah nyaman, Lo tinggal bilang deh, gue harus apa?" Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulut Abdi, dia paling tidak bisa memendam rasa keingintahuan. Abdi memijit pelipisnya, selama kerja bersama Rasya, Abdi tidak pernah sepusing ini, tapi keputusan Rasya membuat kepalanya serasa mau pecah.
"Nggak ada, Lo nggak ngelakuin kesalahan, kinerja Lo juga sangat bagus, aku bahkan nggak yakin, bisa menjalani perusahaan tanpa kamu, tapi_ Papa minta, untuk aku bersama asisten Papa, Papa nggak lama lagi akan pensiun, dan aku harus menggantikan posisi Papa, bersama David" ucap Rasya lirih, ia menundukkan kepalanya, setitik cairan bening pun jatuh tergerus ombak yang menerpa kakinya, berpisah dengan Abdi, sama halnya dengan kehilangan separuh jiwanya.
Rasya telah memikirkan ini matang-matang, Rasya juga sempat menentang keputusan Reyhan, namun setelah Reyhan memberi tahu alasannya, mau tak mau ia harus menyetujuinya, bahwa Abdi tidak bisa selamanya bersamanya, Abdi anak tunggal, dan dia pasti akan kembali pada keluarganya suatu saat nanti.
"Okeh, gue tau gue bukan bagian dari keluarga kalian, gue bakal ajuin resign, Lo nggak perlu kasih apa-apa, gue juga bakal balikin uang apartemen kalo gue udah ada uangnya" Abdi meninggalkan Rasya dengan perasaan kecewa, ini merupakan pertengkaran terhebat mereka selama belasan tahun bersama, bahkan terbilang mereka tak pernah bertengkar.
Malam itu juga Abdi melakukan check in hotel yang jauh dari keluarga Rasya, dan dia telah memesan penerbangan terlebih dahulu, ia akan pulang sendiri, dia tak menyangka, bahwa liburannya kali ini, merupakan liburan terakhirnya bersama sahabatnya.
Kini Abdi merasa sendiri lagi, hidupnya terasa hampa dan kosong, 12 tahun ia bersama Rasya, kuliah bersama, kemana-mana selalu berdua, kegilaan mana yang belum mereka lewati bersama, hanya saja Rasya laki-laki lurus yang tak kenal dunia malam, terkadang dimana ada Rasya disitu ada dia, benar kata orang, mereka bagai kipas dan baling-baling, saling melengkapi satu sama lain, dan benar seorang sahabat akan berubah setelah mereka berumah tangga, semua akan ada berbeda pada masanya. Walau Abdi seorang laki-laki, tapi dia tetaplah manusia, cairan yang sedari tadi bertumpuk dimatanya akhirnya jatuh tanpa tertahan.
Bukan kali ini Abdi merasa kekecewaan dalam hidupnya, tapi baru kali ini, dia benar-benar merasa sesak, padahal ia masih bisa bertemu dengan Rasya, tapi dalam situasi dan keadaan yang berbeda. Bukan lagi masalah pemenangan tender atau menarik sponsor agar mau bekerja sama, tapi dalam cerita yang berbeda.
...****...
Sebulan sudah saat pertengkarannya dengan Rasya, Abdi masih mengurung dirinya diapartemen, Ia mengabaikan panggilan dan pesan dari sahabatnya, bahkan terkadang Rasya datang, namun ia tak mau menemui sahabatnya itu. Ternyata Rasya lebih licik darinya, ia memboyong semua keluarganya keapartemennya, anak, istri serta anaknya, mau tak mau ia harus menyambut kedatangan mereka, Abdi sangat sungkan pada orang tu Rasya.
Lagi, mereka memaksa Abdi untuk menerima pemberian Rasya waktu itu, cafe yang selama ini mereka dirikan, dan sebuah gerai untuk Abdi membuka bisnis baru ,dengan berat hati Abdi menerima itu. Mereka duduk berseberangan, dengan Abdi sendiri, bak seorang terdakwa.
"Oke kalau kalian maksa, aku nggak ada pilihan lain" semua tertawa lega mendengar jawaban Abdi.
"Abdi, tolong jangan begini lagi, aku seperti menghadapi laki-laki putus cinta" ucap Mawar kesal menghadapi suaminya yang uring-uringan karena tidak bisa merayu Abdi, dia bahkan sering dicuekin oleh suaminya. Wanita itu berdiri sambil bergoyang, menggendong anaknya yang tak mau diam.
"Aku sebenarnya malas merayu orang, kecuali istriku, tapi aku tidak mau, uang yang sudah kugunakan untuk membeli gerai terbuang percuma" Rasya menyilangkan kakinya, menyandarkan tubuhnya pada kepala sofa, menatap Abdi tajam.
"Suatu saat kamu mengerti alasan kami Abdi, bukan kami tak membutuhkanmu, tapi Om mempersiapkan ini jauh hari, agar Rasya terbiasa tanpa kamu"
Abdi menaikkan satu alisnya, "Maksud Om apa?"
"Suatu saat, kamu akan tahu jawabannya" ucap Reyhan, laki-laki setengah baya itu mencondongkan tubuhnya, agar dapat menjangkau pundak Abdi dan menepuknya.
Setelah saat itu, Abdi kembali aktif pada cafe yang ia dirikan bersama Rasya selama ini. Tak ada yang berubah dari cafe tersebut, tetap buka dari pagi dan menyediakan menu sarapan, semakin hari, cafe pun semakin ramai, Abdi bangga pada dirinya sendiri, bisa memegang kepercayaan yang telah diberikan padanya.
Untuk gerai pemberian Rasya, sesuai impiannya selama ini, Abdi akan membuka warung pecel lele 24 jam, makanan kesukaannya selama ini, jadi, dia akan mewujudkan keinginan orang-orang pecinta lele, tanpa harus menunggu malam, lele milik Abdi bisa dinikmati kapanpun, dan jika ini sukses, ia akan membuka cabang ditempat lain.
"Dasar gila, kamu nggak takut didemo para pedagang kaki lima?" Rasya merangkul pundak Abdi, mereka berdiri didepan gerai yang akan siap dibuka, dua hari kedepan.
"Aku nggak perduli, mereka harus bisa bersaing secara sehat, jika ingin maju, mereka harus membuka peluang yang sama, atau membuat terobosan sendiri" Abdi juga merangkul pundak Rasya, menatap kagum pada bangunan didepan mereka, yang didesain hampir sama dengan gerai makanan cepat saji, bangunan yang dikelilingi tembok kaca, dan tertampang disana, tulisan berlogo hitam tebal "Icp: yaitu Indonesian catfish pecel (pecel lele Indonesia)"
.
.
.
.
.
.
*Hayo disini siapa pecinta lele, dikasih nama tuh sama Abdi, 🤭😍
Maaf part ini banyak masukin cast Mawar Tak Berduri, yang belom tau sama kisahnya, boleh dibaca pada karya ku yang pertama itu 😍😍*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
jhon teyeng
bagus juga nama nya apalgi dibuat cepat saji ide menarik tuh, biar gak monoton bgtu2 aja👻👻👻👍👍👍👍
2023-05-22
0
Almiraaa Nasution
Aku suka banget sama lele 😋
2022-04-19
0
winter taevee
sayang aku udh gak lagi doyan sama lele coba doyan kyk dulu udh mampir deh ke tempat Abdi
2022-02-11
1