Kilas balik Abdi (II)

Entah harus senang atau sedih, saat Abdi membuka amplop yang diberikan Rasya, sebuah sertifikat apartemen yang ia tempati, sahabatnya itu benar-benar mengabulkan permintaannya, melunasi apartemen yang dulu dijanjikannya, karena telah lama berlalu, Abdi pikir Rasya tidak menepati ucapannya.

Saat itu Abdi memang menunggak pembayaran apartemennya, karena uang yang ia miliki habis oleh sang Mama, tak pernah mendapat surat cinta dari pihak apartemen, membuat Abdi sedikit tenang, nyatanya semua ada campur tangan dari sang sahabat.

Abdi mengambil kertas lagi, sebuah surat pernyataan, bahwa Rasya menyerahkan semua hak atas cafe yang selama ini dikelolanya, padahal itu adalah cafe impian Rasya, kenapa dia malah menyerahkannya padanya.

"Selama 8 tahun cafe itu berdiri, semua yang menghandle pekerjaan kamu, aku malah kadang aku nggak tahu apa-apa soal cafe itu, yang aku tahu hanya tiap bulan, keuntungan cafe semakin meningkat" ucap Rasya, kala mereka berlibur ke Sulawesi Tengah,

Mereka hanya berdua, duduk ditepi pantai, ditemani semilir ombak malam, angin yang berhembus membawa aroma laut, suasana menjadi hening, keduanya saling terdiam, sebelum akhirnya Rasya berdehem, untuk memulai pembicaraan, mereka seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

"Aku serahin itu semua kekamu, karena aku yakin, kamu mampu membuat cafe lebih maju lagi, jika kamu hanya fokus pada cafe" ucap Rasya lagi.

"Apa maksudnya Sya?" Abdi melihat keseriusan pada Rasya kala itu, dan jarang sekali mereka berbicara seserius ini, kecuali saat dikantor. "Lo mecat gue?, apa gue ada buat kesalahan?, Lo udah nggak butuh gue lagi?" amarah Abdi memuncak, tatkala Rasya ingin dia keluar dari kantornya.

"Sabar Di, bukan aku nggak butuh kamu lagi, aku ingin kamu lebih maju lagi, dan kamu tahu kan, sekarang aku sudah menjadi seorang Ayah, aku akan menghabiskan waktu ku dikantor, aku ingin kerja keras untuk anak-anak dan istri ku, aku nggak mau, kamu menghabiskan masa muda kamu hanya dengan bekerja, aku tahu potensi kamu, dan aku tahu keinginan kamu, kamu ingin memiliki cafe sendiri, dan sebagai tanda terima kasih ku atas kerja keras mu selama ini, aku mau kamu menerima semua yang aku beri, semua tak sebanding dengan apa yang kamu lakukan sama perusahaan selama ini" nada bicara Rasya kini lebih santai, setelah menjadi seorang Ayah, temannya itu kini jauh lebih dewasa dalam bersikap dan berbicara.

"Lo nggak usah bicara formal gitu deh Sya, gue nggak masalah ngabisin waktu gue sama Lo, gue nggak masalah waktu gue habis buat perusahaan Lo, tapi gue nggak bisa terima, Lo pecat gue, apa ada yang lebih pintar dari gue? apa Lo udah nggak percaya lagi sama gue?" urat leher Abdi sampai terlihat semua, ia bahkan berdiri dan menunjuk-nunjuk Rasya saat berbicara, nafasnya terasa memburu.

Abdi benar-benar kesal, dia tak habis pikir dengan keputusan Rasya, padahal diluar sana, banyak orang yang menggunakan asisten pribadinya sampai mereka tua, bahkan terkadang diwariskan kepada anaknya. Apa kinerja Abdi kurang bagus? apa dia pernah melakukan kesalahan? Abdi berjalan menjauhi Rasya, lalu ia berhenti, dan kembali berbalik pada temannya yang masih duduk ditempatnya.

"Apa kesalahan gue Sya? apa kinerja gue selama ini kurang bagus? Lo bilang deh, tapi gue nggak bisa keluar dari perusahaan, gue udah nyaman, Lo tinggal bilang deh, gue harus apa?" Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulut Abdi, dia paling tidak bisa memendam rasa keingintahuan. Abdi memijit pelipisnya, selama kerja bersama Rasya, Abdi tidak pernah sepusing ini, tapi keputusan Rasya membuat kepalanya serasa mau pecah.

"Nggak ada, Lo nggak ngelakuin kesalahan, kinerja Lo juga sangat bagus, aku bahkan nggak yakin, bisa menjalani perusahaan tanpa kamu, tapi_ Papa minta, untuk aku bersama asisten Papa, Papa nggak lama lagi akan pensiun, dan aku harus menggantikan posisi Papa, bersama David" ucap Rasya lirih, ia menundukkan kepalanya, setitik cairan bening pun jatuh tergerus ombak yang menerpa kakinya, berpisah dengan Abdi, sama halnya dengan kehilangan separuh jiwanya.

Rasya telah memikirkan ini matang-matang, Rasya juga sempat menentang keputusan Reyhan, namun setelah Reyhan memberi tahu alasannya, mau tak mau ia harus menyetujuinya, bahwa Abdi tidak bisa selamanya bersamanya, Abdi anak tunggal, dan dia pasti akan kembali pada keluarganya suatu saat nanti.

"Okeh, gue tau gue bukan bagian dari keluarga kalian, gue bakal ajuin resign, Lo nggak perlu kasih apa-apa, gue juga bakal balikin uang apartemen kalo gue udah ada uangnya" Abdi meninggalkan Rasya dengan perasaan kecewa, ini merupakan pertengkaran terhebat mereka selama belasan tahun bersama, bahkan terbilang mereka tak pernah bertengkar.

Malam itu juga Abdi melakukan check in hotel yang jauh dari keluarga Rasya, dan dia telah memesan penerbangan terlebih dahulu, ia akan pulang sendiri, dia tak menyangka, bahwa liburannya kali ini, merupakan liburan terakhirnya bersama sahabatnya.

Kini Abdi merasa sendiri lagi, hidupnya terasa hampa dan kosong, 12 tahun ia bersama Rasya, kuliah bersama, kemana-mana selalu berdua, kegilaan mana yang belum mereka lewati bersama, hanya saja Rasya laki-laki lurus yang tak kenal dunia malam, terkadang dimana ada Rasya disitu ada dia, benar kata orang, mereka bagai kipas dan baling-baling, saling melengkapi satu sama lain, dan benar seorang sahabat akan berubah setelah mereka berumah tangga, semua akan ada berbeda pada masanya. Walau Abdi seorang laki-laki, tapi dia tetaplah manusia, cairan yang sedari tadi bertumpuk dimatanya akhirnya jatuh tanpa tertahan.

Bukan kali ini Abdi merasa kekecewaan dalam hidupnya, tapi baru kali ini, dia benar-benar merasa sesak, padahal ia masih bisa bertemu dengan Rasya, tapi dalam situasi dan keadaan yang berbeda. Bukan lagi masalah pemenangan tender atau menarik sponsor agar mau bekerja sama, tapi dalam cerita yang berbeda.

...****...

Sebulan sudah saat pertengkarannya dengan Rasya, Abdi masih mengurung dirinya diapartemen, Ia mengabaikan panggilan dan pesan dari sahabatnya, bahkan terkadang Rasya datang, namun ia tak mau menemui sahabatnya itu. Ternyata Rasya lebih licik darinya, ia memboyong semua keluarganya keapartemennya, anak, istri serta anaknya, mau tak mau ia harus menyambut kedatangan mereka, Abdi sangat sungkan pada orang tu Rasya.

Lagi, mereka memaksa Abdi untuk menerima pemberian Rasya waktu itu, cafe yang selama ini mereka dirikan, dan sebuah gerai untuk Abdi membuka bisnis baru ,dengan berat hati Abdi menerima itu. Mereka duduk berseberangan, dengan Abdi sendiri, bak seorang terdakwa.

"Oke kalau kalian maksa, aku nggak ada pilihan lain" semua tertawa lega mendengar jawaban Abdi.

"Abdi, tolong jangan begini lagi, aku seperti menghadapi laki-laki putus cinta" ucap Mawar kesal menghadapi suaminya yang uring-uringan karena tidak bisa merayu Abdi, dia bahkan sering dicuekin oleh suaminya. Wanita itu berdiri sambil bergoyang, menggendong anaknya yang tak mau diam.

"Aku sebenarnya malas merayu orang, kecuali istriku, tapi aku tidak mau, uang yang sudah kugunakan untuk membeli gerai terbuang percuma" Rasya menyilangkan kakinya, menyandarkan tubuhnya pada kepala sofa, menatap Abdi tajam.

"Suatu saat kamu mengerti alasan kami Abdi, bukan kami tak membutuhkanmu, tapi Om mempersiapkan ini jauh hari, agar Rasya terbiasa tanpa kamu"

Abdi menaikkan satu alisnya, "Maksud Om apa?"

"Suatu saat, kamu akan tahu jawabannya" ucap Reyhan, laki-laki setengah baya itu mencondongkan tubuhnya, agar dapat menjangkau pundak Abdi dan menepuknya.

Setelah saat itu, Abdi kembali aktif pada cafe yang ia dirikan bersama Rasya selama ini. Tak ada yang berubah dari cafe tersebut, tetap buka dari pagi dan menyediakan menu sarapan, semakin hari, cafe pun semakin ramai, Abdi bangga pada dirinya sendiri, bisa memegang kepercayaan yang telah diberikan padanya.

Untuk gerai pemberian Rasya, sesuai impiannya selama ini, Abdi akan membuka warung pecel lele 24 jam, makanan kesukaannya selama ini, jadi, dia akan mewujudkan keinginan orang-orang pecinta lele, tanpa harus menunggu malam, lele milik Abdi bisa dinikmati kapanpun, dan jika ini sukses, ia akan membuka cabang ditempat lain.

"Dasar gila, kamu nggak takut didemo para pedagang kaki lima?" Rasya merangkul pundak Abdi, mereka berdiri didepan gerai yang akan siap dibuka, dua hari kedepan.

"Aku nggak perduli, mereka harus bisa bersaing secara sehat, jika ingin maju, mereka harus membuka peluang yang sama, atau membuat terobosan sendiri" Abdi juga merangkul pundak Rasya, menatap kagum pada bangunan didepan mereka, yang didesain hampir sama dengan gerai makanan cepat saji, bangunan yang dikelilingi tembok kaca, dan tertampang disana, tulisan berlogo hitam tebal "Icp: yaitu Indonesian catfish pecel (pecel lele Indonesia)"

.

.

.

.

.

.

*Hayo disini siapa pecinta lele, dikasih nama tuh sama Abdi, 🤭😍

Maaf part ini banyak masukin cast Mawar Tak Berduri, yang belom tau sama kisahnya, boleh dibaca pada karya ku yang pertama itu 😍😍*

Terpopuler

Comments

jhon teyeng

jhon teyeng

bagus juga nama nya apalgi dibuat cepat saji ide menarik tuh, biar gak monoton bgtu2 aja👻👻👻👍👍👍👍

2023-05-22

0

Almiraaa Nasution

Almiraaa Nasution

Aku suka banget sama lele 😋

2022-04-19

0

winter taevee

winter taevee

sayang aku udh gak lagi doyan sama lele coba doyan kyk dulu udh mampir deh ke tempat Abdi

2022-02-11

1

lihat semua
Episodes
1 Indah Lararenjana
2 Tamu istimewa
3 Kilas Balik Abdi (I)
4 Kilas balik Abdi (II)
5 CEO Pecel Lele
6 Selly Hamil?
7 Perang Doa
8 Thomas
9 Sinyal jodoh
10 Pura-pura
11 Perhatian
12 Pagi yang sempurna
13 I'ts my Dream
14 Kesepakatan
15 Pinjam cincin kamu
16 Malam Pertama
17 Bahasa Enggres
18 Perkara Lele
19 Tetangga
20 Keputusan
21 Orang ketiga
22 Mengibarkan Bendera Perang
23 Es teri (Isteri)
24 Keluarga Bahagia
25 Abdi dan Thomas
26 Memulai Hidup Baru
27 Jujur
28 Penguntit
29 Semakin Nyaman
30 Membuat Cemburu
31 Pacaran setelah menikah
32 TCI 32
33 TCI 33
34 TCI 34
35 TCI 35
36 TCI 36
37 TCI 37
38 TCI 38
39 TCI 39
40 TCI 40
41 TCI 41
42 TCI 42
43 TCI 43
44 TCI 44
45 TCI 45
46 TCI 46
47 TCI 47
48 TCI 48
49 TCI 49
50 TCI 50
51 TCI 51
52 TCI 52
53 TCI 53
54 TCI 54
55 TCI 55
56 TCI 56
57 TCI 57
58 TCI 58
59 TCI 59
60 TCI 60
61 TCI 61
62 TCI 62
63 TCI 63
64 TCI 64
65 TCI 65
66 Hanya Visual
67 TCI 66
68 TCI 67
69 TCI 68
70 TCI 69
71 TCI 70
72 TCI 71
73 TCI 72
74 TCI 73
75 TCI 74
76 TCI 75
77 TCI 76
78 TCI 77
79 TCI 78
80 TCI 79
81 TCI 80
82 TCI 81
83 TCI 82
84 TCI 83
85 TCI 84
86 TCI 85
87 TCI 86
88 TCI 87
89 TCI 88
90 TCI 89
91 TCI 90
92 Pengumuman karya baru
93 Extra Part
94 Extra part 2
95 Ekstra Part Tiga
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Indah Lararenjana
2
Tamu istimewa
3
Kilas Balik Abdi (I)
4
Kilas balik Abdi (II)
5
CEO Pecel Lele
6
Selly Hamil?
7
Perang Doa
8
Thomas
9
Sinyal jodoh
10
Pura-pura
11
Perhatian
12
Pagi yang sempurna
13
I'ts my Dream
14
Kesepakatan
15
Pinjam cincin kamu
16
Malam Pertama
17
Bahasa Enggres
18
Perkara Lele
19
Tetangga
20
Keputusan
21
Orang ketiga
22
Mengibarkan Bendera Perang
23
Es teri (Isteri)
24
Keluarga Bahagia
25
Abdi dan Thomas
26
Memulai Hidup Baru
27
Jujur
28
Penguntit
29
Semakin Nyaman
30
Membuat Cemburu
31
Pacaran setelah menikah
32
TCI 32
33
TCI 33
34
TCI 34
35
TCI 35
36
TCI 36
37
TCI 37
38
TCI 38
39
TCI 39
40
TCI 40
41
TCI 41
42
TCI 42
43
TCI 43
44
TCI 44
45
TCI 45
46
TCI 46
47
TCI 47
48
TCI 48
49
TCI 49
50
TCI 50
51
TCI 51
52
TCI 52
53
TCI 53
54
TCI 54
55
TCI 55
56
TCI 56
57
TCI 57
58
TCI 58
59
TCI 59
60
TCI 60
61
TCI 61
62
TCI 62
63
TCI 63
64
TCI 64
65
TCI 65
66
Hanya Visual
67
TCI 66
68
TCI 67
69
TCI 68
70
TCI 69
71
TCI 70
72
TCI 71
73
TCI 72
74
TCI 73
75
TCI 74
76
TCI 75
77
TCI 76
78
TCI 77
79
TCI 78
80
TCI 79
81
TCI 80
82
TCI 81
83
TCI 82
84
TCI 83
85
TCI 84
86
TCI 85
87
TCI 86
88
TCI 87
89
TCI 88
90
TCI 89
91
TCI 90
92
Pengumuman karya baru
93
Extra Part
94
Extra part 2
95
Ekstra Part Tiga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!