Takdir Cinta Indah
Bugh
Bugh
Bugh
Suara itu terdengar sangat keras, itu bukan suara pukulan, melainkan suara dari karung sayur yang dijatuhkan seorang pengantar sayur diwarung ibu Masnah.
"Sudah semua ya Pak?" tanya wanita berusia 49 tahun itu, namun masih terlihat cantik, walau bukan dari keluarga kaya, dan tak berkulit putih, sebuah bonus dalam hidupnya.
"Sudah Bu" jawab laki-laki yang memiliki usia sama dengannya, tapi laki-laki itu terlihat lebih tua, karena termakan beban pikiran dan lelah, serta kerja keras membanting tulang demi keluarga.
"Ini ongkosnya, terima kasih Pak"
"Sama-sama Bu" Ujar laki-laki itu seraya menunduk, melajukan kembali kendaraan roda tiga yang kini mulai banyak ditinggalkan masyarakat.
Waktu masih menunjukkan pukul 03.30, langit bahkan masih terlihat sangat gelap.
Ayam-ayam jantan tetangga yang berkokok pun kembali pada dunia mimpinya, walau masih ada yang berkokok membangunkan umat manusia, entah mimpi apa ayam itu, mungkin saja dia mimpi menjadi Rembo, seekor ayam lucknut, namun memiliki nasib yang sangat beruntung, selain memiliki seorang majikan yang sayang dan perhatian, ayam itu juga memiliki umur yang panjang, melebihi umur kecoak, cicak dan semut yang berada dirumah Indah, yang entah mengapa selalu ada dirumahnya?, bahkan semakin berkembang biak, padahal Indah tak pernah memberinya makan sama sekali. Sangat beruntung, walau tinggal ditengah kota, Indah masih bisa mendengar suara ayam dipagi hari.
Berbeda dengan nasib Indah, ia sibuk menyusun sayur-sayuran dan cabe beserta teman sebayanya dalam wadahnya, ia tak iri dengan ayam-ayam yang kembali terlelap setelah membuat keributan, ia justru sangat senang bahkan berdendang membantu sang Ibu, yang setelah melaksanakan kewajibannya Ibu akan membuka warung sayurnya.
"Woiiii kismin, bisa nggak sih nggak usah berisik, hobi banget ya Lo, ganggu tidur orang" teriak gadis seusia Indah, ia menyembulkan kepalanya melalui jendela kamarnya yang bersebelahan dengan warung Bu Masnah.
"Apa sih Kunti, makanya kalo emang kaya, pasang peredam dong biar nggak keganggu" balas Indah dengan berteriak, tanpa melihat arah suara itu berasal, sebab dia sudah begitu hapal dengan suara itu, suara dari Selly, sepupunya.
Tak menjawab Indah, jendela itu ditutup dengan sangat kuat, membuat Indah dan Ibunya sedikit terlonjak karena terkejut, jika siang hari mungkin suara itu tidak terlalu keras, ini masih sangat malam, bahkan jika orang kentut pun akan sangat terdengar.
"Wuss udah sih, kan ibu sudah bilang jangan diladeni, malu didengar tetangga" Ibu Masnah memperingati Indah dengan menyenggol lengan anaknya.
"Nggak bisa gitu Bu, biar dia saudara, tapi hobinya bikin kesel"
"Udah, ibu bilang udah" Ibu Masnah coba mengademkan hati Indah yang mudah terbakar.
"Indah heran deh sama Ibu, betah gitu tinggal disini, udah tau Uwak nggak ada baiknya sama kita" lanjut Indah dengan mulut yang sudah maju mengalahkan bibir angsa.
"Rumah ini tuh peninggalan almarhum ayah kamu, jadi ibu nggak bisa pindah dari sini" entah untuk yang keberapa kali Ibu mengatakan ini, jika Indah merasa sangat kesal dengan perilaku sepupunya.
"Uudah jangan ngedumel terus, sebentar lagi azan subuh, cepet selesain kerjaannya"
Itulah aktivitas Indah dan Ibunya setiap hari, bangun lebih dulu disaat semua orang masih berkelana pada dunia mimpinya, untuk menjemput rejeki.
Ibu Masnah adalah seorang janda, suaminya meninggal ketika Indah masih berusia 6 tahun, dia tidak ingin menikah lagi, karena rasa cintanya terhadap suami, dan sudah cukup hidup bahagia bersama Indah, salah satu harta berharga peninggalan suaminya. Serta tak ingin menambah beban hidup, belum tentu suaminya nanti bisa merubah hidupnya jadi lebih baik, walau tak dapat dipungkiri, ada saja yang datang ingin meminangnya, namun Masnah menolaknya secara halus.
Penolakan Masnah pada laki-laki membuatnya menjadi cercaan dan cibiran saudaranya, karena tak ingin kehilangan rumah dan pensiunan yang ditinggali suaminya. Astaghfirullah, Masnah hanya mengelus dada saat ucapan itu keluar dari mulut Kakak iparnya. Percuma dia membela diri, semua tak dapat menutup mulut mereka, yang Masnah lakukan cukup menutup telinga.
Keluarga Masnah berada di Sukabumi, padahal dia bisa tinggal bersama keluarganya, tapi dia tidak bisa meninggalkan amanah almarhum suaminya untuk tetap menempati rumah itu.
Ayah Indah merupakan seorang tentara, beliau meninggal karena sakit lambung yang dideritanya, sebenarnya sakitnya tidak lama, dan tidak terlalu parah, namun takdir tak dapat dihindari, setelah mengeluh sakit perut, dan dibawa kerumah sakit, ayah Indah akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Kematian suaminya membuat Masnah disalah- salahkan oleh Kakak ipar dan mertuanya, katanya, dia menjadi istri tidak becus mengurus suami, padahal memang mereka tidak menyukainya sejak dulu, karena Masnah dari keluarga biasa.
Masnah yang hanya lulusan sekolah menengah atas, tak dapat mencari pekerjaan lain, selain berjualan sayur. Terlebih saat itu usianya yang sudah memasuki usia 30 tahun, dan ia tak bisa meninggalkan Indah yang baru memasuki sekolah pendidikan usia dini. Uang pensiunan sang suami hanya dapat memenuhi kebutuhan makan saja, hingga dia harus mencari pencarian lain, untuk tabungan sekolah Indah, agar Indah dapat menempuh pendidikan yang baik, tanpa harus mencari pinjaman kesana-kemari.
Rumah mereka berdekatan dengan Kakak perempuan dari ayah Indah, biasa, tanah warisan dari orang tua, dan dibuat rumah untuk anak-anak mereka. Mereka tidak rukun seperti saudara-saudara pada umumnya, sering kali Indah dan sepupunya itu berselisih paham, ada saja kata-kata sepupunya yang membuat Indah tak bisa hanya berdiam diri, apalagi Uwaknya itu suka mengeluarkan kata-kata yang tak enak didengar, status janda sang Ibu, membuat Ibunya menjadi bahan omongan tetangga.
Indah Lararenjana, seorang gadis berusia 25 tahun, kulitnya hitam manis, memiliki tingkat kepercayaan diri diatas rata-rata, tinggi badan ideal, 160 cm kurang segaris, berprofesi sebagai guru SD.
Padahal dulu Masnah ingin Indah menjadi dokter, namun Indah sangat menyadari kelebihan otaknya, selain biaya yang tak murah, Indah juga tidak lulus seleksi beasiswa, benar-benar otak standar. Masnah tak mempermasalahkan biaya, tapi Indah tak ingin membuat Ibunya kelelahan karena terus bekerja demi mencari biaya untuknya, dia mengambil kuliah biasa, yang tidak memakan biaya yang tinggi.
Lulus kuliah Indah tak berminat masuk kerja kantoran yang memiliki gaji tinggi, dia justru menjadi guru, yang harus menempuh pendidikan ulang, dan terkadang gajinya kaluar pada tanggal 35 atau 40, itu hanya ada pada kalender Indah, luar biasa.
"Hai orang-orang diatas, ingatlah, kalian bisa berada disana seperti sekarang karena jasa seorang guru, maka sejahterakanlah guru, kenapa kalian lupa?"
Teriak Indah pada poster besar jajaran orang-orang memakai dasi, dia hanya berani pada benda itu, yang matanya suka Indah colok pakai telunjuknya.
Diusia yang sudah terbilang matang untuk seorang wanita, Indah belum memiliki pendamping hidup, yang bisa diajaknya pergi ke kondangan atau kumpul bersama temanya, untuk sekedar sombong, kalau dia bukan seorang jomblowati.
Indah, yang kata orang sangat manis, memiliki standar untuk pasangan hidupnya kelak, selain memiliki paras yang tampan, putih, tinggi, kaya, tapi dia ingin memiliki pasangan hidup yang baik, mau menerima dia apa adanya. Itu doa Indah, yang untungnya didoakan juga oleh Ibunya.
Pukul 7.00 Indah sudah rapi dengan seragam dinasnya, ia memakai helm kuning bergambar kartun Spongebob, menyalakan starter, memanaskan motornya terlebih dahulu selama sepuluh menit, lalu siap bergegas menuju tempat dimana banyak anak menimba ilmu,
"Hei kismin, cepet kawin, biar nggak jadi beban hidup orang tua" teriak Selly yang juga akan berangkat kekantornya, dia sedang menunggu tunangannya yang seorang pengusaha, duduk dibangku diteras depan rumahnya.
Indah menghembuskan nafasnya "Kalo berani tanya sama Tuhan, jangan sama gue" jawab Indah, dia melajukan motornya yang tak berbunyi dit dit lagi, karena sudah lunas.
Indah menghentikan motornya sejenak dan menoleh kebelakang "Oh ya satu lagi, jangan lupa sekalian Lo tanya, kapan lo dipanggil Tuhan, biar insaf tu bibir, dineraka nggak dikaretin"
.
.
.
.
.
.
Assalamualaikum, ketemu lagi dikarya aku yang kedua, semoga kalian suka, jangan lupa dipaporit ya, like dan juga komen
Selamat tahun baru All 😘, semoga semuanya dalam keadaan sehat ya, Aamiin 🤲
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
jhon teyeng
bntr baca dl apa kyk mawar😎😋
2023-05-22
1
Almiraaa Nasution
Love Indah 😍😍
2022-04-19
0
winter taevee
baru sempet baca.. cerita awalan yg seru.. semangat thor
2022-02-10
1