Indah sama seperti wanita yang lainnya, pernah merasakan sakit hati karena diduakan,. saat semester awal kuliahnya, wanita yang menjadi selingkuhan kekasihnya itu adalah wanita cantik, dan pasti berkulit putih, bukan Indah insecure, tapi dia paling tidak mau diselingkuhi, membuatnya kini selektif memilih pasangan, apalagi yang mau menerima dia, yang sering dijuluki gadis hitam manis.
Hari berganti siang, waktu mengajar pun telah berakhir, Indah melajukan motornya dengan kecepatan sedang, sedari pagi senyumnya tak pernah pudar. Tak pernah ia memikirkan hal-hal yang telah berlalu, yang akan membuatnya semakin pusing dan tak fokus.
Saat sampai didepan rumahnya, Indah melihat ada mobil Fortuner berwarna hitam parkir diluar pagar, didepan warung Masnah.
"Pasti mobil pacar Selly ini ganti lagi" gumamnya
Indah menstandarkan motor disamping warung Ibunya, ditengah-tengah antara warung dan rumah sepupunya. Melepaskan helm Spongebob yang melindungi kepalanya dan meletakkannya pada kaca spion motor.
Haaah, mungkin jika cuaca tidak panas Indah pasti akan menuruti ajakan Anggun, temanya, untuk jalan-jalan ke mall sekedar cuci mata, minggu-minggu ini Anggun suka sekali curhat padanya, temannya itu sedang patah hati, karena gagal menikah.
Sayangnya jarak dari sekolah tempatnya mengajar dengan mall cukup lumayan jauh, sedangkan matahari sedang tepat berada diatasnya.
Indah melihat ada sepatu sneaker putih dengan merek terkenal, ada didepan rumahnya. "Ada tamu?" tanyanya pada diri sendiri
"Assalamualaikum Bu, Indah pu-lang" Indah menatap laki-laki yang sedang duduk disofa single rumahnya yang juga sedang menatapnya.
"Wa'alaikumsalam" jawab Masnah dan laki-laki itu secara bersamaan
"Ibu kedatangan tamu dari mana Bu?, ganteng bener" ucap Indah yang merasa baru ini kedatangan tamu tampan
"Ndah ini Abdi, nak Abdi ini tadi nolongin Ibu, tadi ibu kepasar mau beli sembako, tiba-tiba rematik ibu kambuh, untung ada nak Abdi, nak Abdi ini anak Ibu" ujar Masnah sembari mengelus kakinya yang diselonjorkan, disofa panjang
"Hai mas Abdi, namaku Indah, Indah Lararenjana, putri tunggal Ibu Masnah, makasih ya mas udah mau nolongin Ibu, kirain didunia ini udah nggak ada anak muda yang mau peduli, ternyata masih ada ya" Indah panjang lebar memperkenalkan diri, tanpa canggung mengulurkan tangannya untuk berkenalan, tak lupa Indah memberikan senyum termanisnya
"Saya Abdi" Abdi melihat tangan Indah, sebelum menyambutnya.
"Manis" pikir Abdi, tapi sayang cerewet
"Mas Abdi ini pasti artis ya, kok ganteng?" celetuk Indah
"Hah?" Abdi membeo, baru kali ini dia bertemu wanita yang blak-blakan
"Ndah, buatin air untuk nak Abdi" sela Masnah, yang tau jika anaknya sudah berulah
"Siap Bu" Indah mengacungkan jempol pada Ibunya, lalu menatap Abdi
"Mas Abdi mau dibuatin minum apa? ada teh, kopi, sirup, minuman sachet instan ada, eh mau jus juga ada, atau susu?" tawar Indah dengan menghitung menggunakan jari minuman yang ia sebut
"Nggak usah repot-repot, saya mau pulang kok, yang penting Ibu sekarang udah sehat, dan sudah ada temannya dirumah kan Bu?" tanyanya pada Masnah
"Eh nggak boleh begitu, mas Abdi nggak boleh menolak tawaran tuan rumah, itu namanya nolak rejeki, lagian jarang-jarang loh Indah tuh baik sama tamu, mas Abdi tamu istimewa hari ini" Indah memperhatikan Abdi dari atas hingga bawah "Apalagi mas Abdi ini tipe Indah banget" Indah cekikikan sendiri seraya menutup mulutnya, lalu ia kedapur untuk membuatkan minuman untuk Abdi.
"Maafkan anak saya ya nak Abdi, dia memang seperti itu, sedikit cerewet dan suka blak-blakan"
Abdi mengangguk "Nggak pa-pa Bu" Ia memaksakan senyumnya, bergidik sendiri, mengingat ucapan Indah, bahwa ia tipe wanita tersebut,
"Amit-amit, semoga gue dijauhi sama cewek agresif kayak gitu" doanya dalam hati.
Tak berselang lama, Indah kembali membawa nampan berisi seteko teh, dan beberapa cangkir, ada mangkuk berisi es batu, serta pempek, dan juga setoples kue nastar.
"Silahkan diminum mas Abdi, dan dicobain, ini pempek buatan Indah sendiri loh, dirumah ini tuh selalu ada pempek, ini makanan kesukaan almarhum Bapak, biar kalo seumpama Bapak datang Bapak nggak kelaparan, nastar ini juga buatan Indah, ini kesukaan Ibu, iyakan Bu?" Indah menjelaskan tanpa ditanya, gadis itu duduk bersebelahan dengan ibunya, Indah mendapat pelototan dari Masnah, karena terlalu cerewet pada orang baru.
"Anjriiit, gue dikasih makanan buat jurig, emang gue jurig apa? lagian sejak kapan coba orang yang udah end bisa hidup lagi" ucap Abdi dalam hati, dia menggelengkan kepalanya.
"Iya, terima kasih, jadi merepotkan" lagi-lagi Abdi memaksakan senyumnya, ingin rasanya dia cepat pergi dari sini, tadinya dia nggak masalah menemani Masnah, namun semenjak anak gadisnya pulang, Abdi menjadi risih
"Nggak repot kok nak Abdi, malah Ibu seharusnya berterima kasih, nak Abdi sudah mau mengantarkan Ibu sampai rumah" Masnah yang merasa tak enak hati, melihat Abdi yang merasa tak nyaman.
"Mas Abdi nggak usah malu-malu, sini Indah ambilkan" Indah beringsut dari duduknya, menuangkan teh dalam gelas "Mas Abdi mau pake es batu?" Indah yang sudah akan mengambil es batu ia urungkan
"Hah?" Abdi terkejut mendapat sedikit perhatian
Indah mengulum senyum "Mas Abdi lucu ya, nggak usah terpana sama Indah"
"Apa?"
"Indah" tegur Masnah
"Gimana mas Abdi mau pake es batu nggak? apa es cinta dari Indah?, tenang hati Indah nggak beku kok kayak es batu" Indah mengedip-ngedipkan matanya
"Astaghfirullah" ucap Abdi spontan, seumur hidupnya baru kali ini mendapat gombalan dan rayuan dari seorang wanita.
"Eh ada apa mas?" tanya Indah panik, melihat keterkejutan Abdi
"Eh nggak pa-pa" Abdi menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Biar saya ambil sendiri minumnya" tolaknya
"Nggak pa-pa mas, jangan sungkan loh, anggap ini latihan"
"Latihan?" tanya Abdi yang merasa janggal dengan kata latihan
"Ahh nggak usah dibahas, doakan saja, kita ada pertemuan tak terduga lagi setelah ini" Indah memasukkan es batu pada teh yang telah dituangnya tadi, tanpa menunggu jawaban Abdi.
"Astaga, gue harap ini pertemuan terakhir dengan cewek purba kayak dia"
"Ohh tamu kamu Ndah, tumben ada tamu bawa mobil kerumah kamu" Disa, dia ibunya Selly, tiba-tiba saja sudah dipintu rumah Indah.
"Wak ... nggak sopan loh, ucap salam dulu kek, dia calon suami Indah" jawab Indah enteng
Uhuk uhuk
Abdi yang sedang minum es teh buatan Indah langsung tersedak, mendengar ucapan gadis yang dikenalnya baru hitungan menit itu.
Mata Disa menyipit mendengar ucapan Indah "Wak nggak yakin ada yang mau sama kamu, lagian kalo pun ada yang mau, mana mungkin yang bermobil, pasti juga mobil sewaan"
Mendengar ucapan wanita yang dipanggil Wak oleh indah, membuat telinga Abdi panas, ingin rasanya dia mencengkram mulut wanita itu, namun dia tetap diam, dia hanya tamu yang tak tahu permasalahan keluarga ini.
"Wak ada masalah apa sih sama Indah?, Wak kan udah punya calon mantu bermobil, pengusaha, masih aja sirik sama rejeki Indah" sungut Indah tak kalah pedas, ia sudah berdiri, ingin melawan Wak nya itu, namun tangannya ditahan oleh Masnah
Indah menoleh kearah Ibunya "Malu ada tamu" ucap Masnah tanpa mengeluarkan suara.
Indah menarik nafas, inhale, exhale, gumam Indah mencoba meredam emosinya, ia tak ada rasa malu biarpun ada Abdi disana.
"Mending Wak pulang gih, jangan ngurusin Indah, tar keriputnya makin keliatan, tuh liat, kantung mata Wak juga udah mulai bagus, jangan sampe nanti kayak mata panda lagi, gara-gara mikirin calon suami Indah lebih ganteng dari calon suami Selly" Indah sampai memperagakan tanganya, menunjuk pada kelopak mata
"Makin nggak sopan ya kamu sama Wak, didik tuh Masnah anak kamu, biar sopan sama orang yang lebih tua" Disa sampai menunjuk-nunjuk Indah, dan langsung pergi setelah mengucapkan itu.
Indah gemas sekali dengan Waknya itu, tak tahu ada tamu atau tidak, ditempat ramai atau tidak, selalu saja mengucapkan hal-hal yang tak pantas padanya, jika saja tidak mendengar nasihat Ibunya, Indah pasti sudah mengajak duel si nenek lampir itu, tak peduli usianya yang sudah rentan, tapi mulutnya tak mencerminkan usianya, yang seharusnya bisa mengayomi Indah dan Ibunya, yang merupakan ipar dan keponakannya sendiri, harta berharga yang ditinggalkan adiknya.
"Bu sepertinya saya harus pamit, masih banyak yang harus saya kerjakan" Abdi berdiri, kepalanya mendadak pusing mendengar keributan keluarga aneh ini.
"Terima kasih ya nak Abdi, maaf saya tidak bisa mengantar kedepan"
"Tidak apa-apa Bu"
"Kan ada Indah Bu, biar Indah antar mas Abdi sampai depan, sampai mobilnya nggak keliatan" Indah mengekori Abdi
"Nggak usah diantar, saya bisa sendiri nggak akan mungkin nyasar" tolak Abdi halus, dia enggan berduaan dengan Indah, itu membuatnya bergidik ngeri
"Iya saya tahu, mas Abdi nggak akan nyasar, tapi Indah takut, hati mas Abdi yang nyasar,. nyasar di hati Indah" gadis itu menggoyang-goyangkan badannya, dengan kedua tangannya diletakkan dibelakang.
"Astaga" Abdi seperti mati kutu dihadapan Indah.
"Mas Abdi aminkan ya, soal yang tadi"
Abdi mengernyit "Yang mana?"
"Mas Abdi calon suami Indah"
Sungguh ucapan itu benar-benar membuat Abdi merinding "Ogah"
Tanpa melihat Indah lagi, Abdi melajukan mobilnya.
.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
indah kocak
2024-05-23
0
kalea rizuky
/Facepalm//Facepalm/indah-indah aduh ngakak saya
2024-05-20
0
jhon teyeng
jjiiaaahhhhh abdi bisa mati kutu bgni ya
2023-05-22
0