Fitri dengan terpaksa menghadle pekerjaan hari ini. Langkah awal adalah menghubungi Lika untuk menanyakan keberadaan Reynand.
"Pak Boss gila, coba bukan Saudara sudah saya pecat dari Direktur Hotel Ardiaz. Ini juga kenapa Ayang Abangku pake disandera segala. Merepotkan dan menyebalkan." Fitri mengomeli kepergian Bosnya itu. Dia segera melangkah ke arah Meja kerja. Mengambil Tumbler miliknya lalu meneguk air yang tersimpan di dalamnya.
glek glek glek
Air itu mengalir dengan cepat melewati kerongkongan lalu mendarat di Perut. Air itu cukup menjernihkan pikiran Wanita hamil itu.
"Tuhkan saya lupa menghubungi Lika. Sabar Fitri, lagi hamil ini. Kalau kamu marah-marah sama Pak Boss yang setengah normal itu, bisa-bisa anakku bakalan ketularan sifat si Keynand. Oh no, oh tidak. Amit-amit jabang bayi. Yang anteng ya nak, jangan mirip sama Amaq Rari Keynand. Cukup mirip sama Amaq kamu yang super baik itu. Okay sayang, dengar Inaq. Jangan denger orang lain terutama orang yang bernama Keynand Putra Ardiaz itu, mengerti?"
Fitri bermonolog, dia mengelus perutnya yang membucit. Senyumnya merekah karena mendapatkan hati seorang Adly. Adly yang lembut dan terkadang bertingkah konyol. Dia selalu diperhatikan dan dihargai. Tak jarang dia diperlakukan dengan manja. Sangat bersyukur dirinya dipersunting Lelaki baik seperti Adly Pradipta.
"Astaghfirullah, lupa lagi. Tadi katanya mau hubungi Lika."
Fitri meraih handphone dan melihat Jam yang menempel di dinding. Apa memungkinkan Abang Reynand bisa hadir pada jadwal Meeting hari ini? pikir Fitri.
Dia memperkirakan waktu kehadiran Reynand. Mungkin akan terlambat tapi itu lebih baik daripada tidak ada yang memimpin. Keynand, Sang Direktur tidak bisa diharapkan lagi. Duda berkarat itu sedang kumat gilanya. Semua itu tidak luput dari pikiran Sang Sekretaris.
Setelah menimbang sejenak. Pada akhirnya Fitri menghubungi Lika. Di awali salam dan selanjutnya berbasa basi, Fitri mengutarakan maksud dia menghubungi Wanita itu.
("Gini dek, apa Abang Boss ada disisi kamu saat ini?")
("Ada, mau berbicara dengan Mas Reynand?")
("Iya Dek, urgent.")
"Mas, Mbak Fitri mau bicara sama Mas Reynand, katanya urgent." Terdengar suara Lika yang berhasil didengar oleh Fitri yang ada di seberang.
("Assalamualaikum, Fitri. Ada apa?")
(Waalaikumussalam. Abang, gawat. Pak Boss Keynand melarikan diri. Padahal saat ini ada Meeting dengan para Pemegang saham. Abang Reynand bisa hadir menggantikan Pak Boss, kan?")
("Melarikan diri? seperti tahanan saja? kamu itu ya!")
("Hahahaha. Memang, anggap saja Pak Boss tahanan kota.")
("Kamu tuh, kok tumben tidak bisa mencegah. Biasanya Sekretaris Hotel Ardiaz itu terkenal tegas dan juga tidak mau dibantah. Powernya kok tiba-tiba lenyap, sih?")
("Abang Boss kok ngeledekin Ibu hamil. Awas Isterinya hamil entar.")
(Hahahaha. Itu yang saya harapkan. Nah sekarang, jelaskan!")
("Gini Bang, Pak Boss menyandera Abang Adly untuk dibawa pergi Midang. Nah itu, Duda kita itu sedang kumat gilanya. Main nyandera orang terus pergi gitu saja. Bingung, kan sayanya.")
(Baiklah, biar Abang yang gantiin Keynand.")
Reynand memutuskan dan mengakhiri panggilan dengan mengucapkan salam. Dia sempat memperdengarkan tawanya saat mendengar apa yang disampaikan oleh Fitri. Saat normal kembali Reynand melirik arloginya dan dia berpikir sebentar untuk melakukan sesuatu.
"Mas apa yang diketawain tadi? sepertinya ada info lucu yang disampaikan mbak Fitri?" tanya Lika mendengarkan suara tawa Suaminya sesaat obrolannya berakhir.
Bukannya menjawab, Reynand memeluk tubuh Lika dan bermanja-manja disana.
"Iyah, kok jawabannya seperti ini?" Lika menggelengkan kepala melihat tingkah Suaminya.
"Keynand melarikan diri dan menyandera Adly untuk di ajak pergi Midang. Padahal ada Meeting, sebab itulah Fitri menghubungi kamu. Anak itu enggak pernah berubah, semaunya dia." Reynand menjawab sembari asyik memainkan sesuatu. Setelah puas baru melepaskannya.
Lika, Wanita itu tertawa mendengarkan apa yang terjadi dengan adik iparnya itu. Dia merasa kasian dengan hidup Keynand yang tak beraturan sejak ditinggal Mendiang Isterinya. Kebahagiaan seakan dibawa pergi bersama perginya pujaan hati. Kini hidup Keynand seakan tak berwarna apalagi bersemangat. Mungkin saja dengan adanya cinta yang baru, warna itu kembali membias memberikan kebahagiaan untuknya. Lantas siapa Gadis yang mampu itu?
"Mas akan menggantikan Anak tak bertanggung jawab itu. Nanti setelah selesai Mas akan langsung menjemput Kakak Renia. Kamu tunggu disini saja."
Reynand berucap. Ucapan itu menyadarkan Lika dari lamunannya. Dia tersenyum mendapati Reynand memandang dengan heran.
"Apa kamu melamun tadi?" tanya Reynand. Dia menyadari Lika tadi sempat memikirkan sesuatu.
"Sedikit, mungkin kekonyolan Abang Keynand akan teralihkan jika dia bertemu seorang Gadis yang tepat." Ega pada akhirnya mengutarakan apa yang dipikirnya tadi.
"Kamu benar sayang tapi lebih baik kita biarkan Keynand yang mencarinya sendiri. Kita cukup memantau dan memberikan pendapat jika meminta. Mungkin saat ini Keynand belum menemukan Seorang Wanita yang cocok dengan Dadek Raski. Dia sekarang tidak hanya memikirkan hatinya tapi juga memikirkan perasaan Dadek Raski juga."
Lika mengangguk tanda menyetujui apa yang diutarakan oleh Suaminya itu. Suaminya selalu benar dan dia sangat mendengarkannya.
"Tapi Mas, apa boleh aku melakukan misi cinta lagi untuk Abang Keynand jika menemukan Gadis yang kita anggap baik dan cocok itu Raski," ucap Lika kemudian.
Reynand tersenyum, dia mencubit hidung mungil yang sedikit mancung itu dengan gemas dan lalu berkata "Kamu sepertinya sangat perhatian sama Keynand. Apa karena kamu lebih lama bersama Keynand daripada aku menyebabkan perhatian itu terkesan berlebihan."
"Apa Mas cemburu? jika cemburu aku tak akan melakukannya?" sahut Lika menatap netra Suaminya penuh rasa.
"Lakukan saja. Aku hanya berpikir, tidak mungkin Keynand tidak memiliki perasaan kepada kamu. Selama Lima tahun kalian bersama-sama dan sangat akrab. Selama kebersamaan itu tidak mungkin rasa itu tidak tumbuh." Reynand menjawab keinginan Isterinya itu. Dia juga mengutarakan apa yang menjanggal dalam pikirannya.
"Kesannya Mas enggak percaya sama Isteri sendiri. Aku hanya mencintai satu Pria dan Pria itu Suamiku. Mas cinta pertamaku dan selamanya mencintai Mas kecuali kalau Mas tidak menginginkan aku lagi," ucap Lika sendu.
"Maafkan Mas, sayang. Aku selalu mempercayai cinta yang ada di hati kamu hanya untuk Mas. Namun hati Keynand, tanpa teraba dia pernah mencintaimu dalam diam. Hanya saja kamu tidak menyadari dan Keynand tidak mau mengakui. Ketika aku kembali tentu rasa itu berusaha dilepaskannya." Reynand berkata, menjelaskan apa yang diketahui agar Isterinya itu tidak beranggapan bahwa dia meragukannya.
"Aku hanya mencintai Suamiku, sejelek dan seburuk apapun rupanya. Wajah buruk itu takkan mampu melunturkan rasa yang terlanjur tersemat di hati ini." Lika mengelus lembut Pipi Reynand yang cacat. Wanita itu memperelat pelukan sehingga tak ada jarak sedikitpun.
"Hem, lembut sekali. Bisa-bisa aku tertahan disini. Jangan menggodaku sayang. Nanti Sekretaris kesayangan Adly bisa mengamuk. Bagaimana kalau aku mengambil bekalku dulu," ucap Reynand terdengar begitu macho. Selesai berucap dia mengakhiri dengan kecupan panjang pada bibir ranum Isterinya. Beberapa menit berbagi ciuman, Reynand melepaskan Isterinya. Ada rasa takut jika tak mengakhiri. Dia bisa khilaf lalu membawa Isterinya itu ke dalam sentuhan. Jika itu terjadi, Fitri akan melemparkan kalimat pedasnya.
"Aku ke Hotel," pamitnya. Dia mengecup bibir ranum seperti biasa sebagai tanda pisah sementara. Sedangkan Lika senantiasa mencium pungung tangan Suami dan mengiringi langkah Suaminya dengan doa.
Sebelum benar-benar menghilang, Reynand sempat mengedipkan mata. Kedipan itu membuat Lika tertawa lebar sembari menggelengkan kepala melihat tingkah itu.
***
Reynand dan Fitri melangkah bersisian menuju Ruang Meeting Utama. Setelah sampai, mereka berdua mengucapkan salam. Dan dibalas salam oleh semua orang yang ada di dalam ruangan.
Reynand duduk di kursi utama sedangkan Fitri duduk di sampingnya.
"Sebelumnya saya meminta maaf atas keterlambatan saya. Saya akan menggantikan Pak Keynand yang berhalangan hadir." Reynand mengawali Meeting kali ini dengan meminta maat dengan rendah hati dan tulus.
"Mari kita memulai meeting kita hari ini." Reynand melanjutkan dengan membuka Dokumen yang diberikan Fitri. Tentu saja semua Laporan perusahaan selalu mampir di Meja kerja dan Reynand sudah mengecek semua laporan itu.
Para Pemegang saham saat ini sedang bingung dan memperhatikan orang yang ada di hadapannya. Kenapa ada orang asing dan berwajah buruk rupa yang memimpin Meeting. Dimana Direktur Hotel Ardiaz? Siapa orang ini yang menggantikannya. Pertanyaan itu bermunculan dibenak masing-masing.
Reynand tersenyum melihat raut wajah mereka. Raut yang penuh tanya dan juga meminta Keynand Ardiaz yang harus hadir memimpin Meeting penting mereka.
"Anda siapa? kemana Direktur Hotel Ardiaz? apa kapasitas anda sehingga memberanikan diri hadir di tengah kita. Apa Direktur Keynand sudah digantikan oleh anda?" tanya seorang Bapak yang terdengar sangat vokal untuk menyampaikan keberatannya.
Reynand tahu tentang Bapak yang kini sedang bertanya. Semenjak dia kembali, Reynand sudah mempelajari hal apa saja yang terjadi di Perusahaan termasuk Pemegang saham. Ada beberapa Pemegang Saham yang baru bergabung dengan perusahaannya.
"Terima kasih dengan Pak Budi yang sudah mengingatkan," ucap Reynand. Kini pandangannya terpusat pada lawan bicaranya. Reynand mendapati raut keheranan dibalik sikap yang tenang. Mengapa dia mengetahui namaku? pertanyaan bodoh itu tercetak dibenak orang yang bernama Budi itu. Jelas terbaca disana.
"Maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya pikir Bapak dan Ibu mengenali saya. Saya Reynand Putra Ardiaz, saya harap Bapak dan Ibu masih mengingat saya. Saya pernah mengalami kecelakaan Pesawat dan dinyatakan meninggal. Alhamdulillah saya selamat setelah melewati lima tahun rasa sakit dan perjuangan untuk kembali. Kembali untuk keluarga, terpenting untuk Isteri tercinta saya Baiq Mandalika dan Putri saya Renia Azzahra Hasan." Reynand memperkenalkan diri kembali dan menceritakan kecelakaan pesawat yang pernah dialami serta perjuangannya untuk kembali. Reynand menjeda cerita untuk melegakan pernafasannya. Terlihat dia menarik nafas panjang dan menghebuskan secara perlahan. Dia sedang berusaha berdamai dengan kejadian yang membuat terpisah cukup lama dengan orang-orang tersayangnya.
Lega, dia tersenyum melihat pendengarnya yang fokus menyimak tanpa satupun menyela. Bahkan sebagian dari mereka menampilkan keharuan, terutama dari kaum hawa. Bukankah kaum hawa lembut hatinya dan sangat mudah tersentuh. Namun dari balik lembutnya hati tersimpan kekuatan yang bisa menghancurkan dunia.
"Saat ini memang Perusahaan dipegang oleh Adik kandung saya Keynand Putra Ardiaz. Saya memberikan tanggung jawab kepemimpinan Hotel Ardiaz kepadanya. Akan tetapi saya tetap membantu dan pengawasinya. Sebagai Pemegang saham terbesar di Hotel ini, tentu saja saya boleh memimpin Meeting ini untuk menggantikan Pak Keynand yang berhalangan hadir." Reynand melanjutkan penjelasan.
Sebagian dari mereka yang mengenal Reynand tentu saja menyambut baik kehadiran Reynand. Mereka berucap syukur karena ternyata Pemilik Hotel Ardiaz selamat dari kecelakaan dan kembali di tengah-tengah mereka.
"Terima kasih atas sambutan kalian. Alhamdulillah, semoga kita selalu dalam perlindungan Tuhan," ucap Reynand menanggapi.
"Kita lanjutkan, Alhamdulillah. Berdasarkan laporan keuangan, Hotel kita dalam kondisi stabil ketika menghadapi Pandemi. Selama ini Hotel kita dijadikan tempat karantina. Dan dari sanalah Hotel mendapatkan income. Alhamdulillah saat ini kondisi sudah normal kembali apalagi diawali dengan pergelaran bergensi kelas Dunia World Superbike di Pertamina Mandalika International Street Circuit. Tercatat, Income kita melonjak naik. Dan selanjutkan kami akan mempersiapkan diri untuk menyambut Pergelaran MotoGp tahun depan. Kita akan mengambil bagian untuk itu. Mulai dari Transportasi hingga Cindera mata." Reynand menyampaikan kesiapan untuk meningkatkan kemajuan Hotel dengan langkah-langkah strategis lainnya.
Saat dia melanjutkan penjelasan, ada seorang Bapak-bapak menyelanya.
"Pak Reynand, dalam laporan keuangan ada akun Modal cadangan. Apa Modal cadangan itu adalah modal mengendap? itu artinya modal tersebut tidak dipergunakan oleh perusahaan. Bukankah dana mengendap terlalu banyak pada perusahaan dan tidak diputar untuk kemajuan perusahaan itu artinya perusahaan itu tidak sehat. Kedua, Modal cadangan itu diambil dari Laba yang dihasilkan perusahaan apa itu artinya mengurangi Deviden yang kami terima. Ini namanya mengambil hak kami. Saya tidak setuju untuk itu." Bapak tersebut menyampaikan keberatan mengenai kebijakan Reynand memotong beberapa persen dengan prosentasi kecil untuk disimpan sebagai dana cadangan atau tabungan Perusahaan.
Reynand tersenyum. Dia memandang wajah Bapak itu dengan wajah teduh. Tergambar jelas kecerdasan yang dimiliki Reynand.
"Bapak Lucky Lesmana, apakah saya tidak salah menyebut nama?" tanya Reynand. Kini keseriusan yang tergambar pada wajah buruk rupa itu.
Nama yang disebutkan mengangguk membenarkan. Dia menunggu dengan pandangan meremehkan atas jawaban yang akan diberikan oleh Lelaki buruk rupa di hadapannya.
"Ingat Kisah Nabi Yusuf AS? Apakah Bapak pernah membaca kisah Para Nabi dan Rasul? Bukannya itu bagian dari iman kita. Beriman kepada Nabi dan Rasul. Maaf saya hanya mengingatkan diri saya sendiri. Nabi Yusuf AS, Seorang Nabi yang berhasil membangun Ketahanan Pangan. Nabi Yusuf AS membangun cadangan pangan dengan cara membangun Lumbung-lumbung pangan di semua wilayah kerajaan. Rakyat diwajibkan untuk menyimpan setengah hasil produksi pertanian mereka pada Lumbung-lumbung pangan yang langsung dalam Pengawasan dan koordinasi Sang Menteri. Konsep pembangunan ketahanan pangan yang di gagas dan diterapkan oleh Nabi Yusuf AS. Terbukti mampu mengatasi masalah pangan yang dihadapi seluruh rakyat mesir pada saat kondisi alam tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan usaha tani. Karena kondisi tanah yang sangat kering dan tidak adanya ketersediaan air yang dibutuhkan oleh tanaman." ( Sumber : InfoPublik ).
Reynand menceritakan kisah Nabi Yusuf AS sebagai jawaban atas kebijakan yang diterapkan pada perusahaannya.
"Tidakkah kita belajar dari kisah itu. Dalam dunia bisnis pasti ada saatnya kita terperosok. Tidak selamanya selalu menghasilkan Laba besar. Contoh kecil saja, gempa yang pernah melanda Daerah ini. Bukankah itu berefek luar biasa pada sektor Pariwisata dan Perhotelan di Daerah kita dan terhangat, pandemi. Kejadian itu membuat perekonomian kita lumpuh bahkan kita berada dalam Depresi ekonomi. Nah, saat terjadi hal itu modal cadangan bisa dimanfaatkan. Dengan adanya itu, Perusahaan kita masih tetap berdiri meskipun tidak semakmur sebelum bencana itu terjadi. Setidaknya kita bisa menekan beban. Dimana beban itu tidak bisa terbayar saat income yang dihasilkan minim. Dari modal cadangan itu kita berusaha bertahan dan mampu membayar Gaji Karyawan kita meskipun tak sebesar dulu. Setidaknya tidak ada yang di rumahkan. Reynand melanjutkan penjelasan.
"Saya menghargai pendapat anda? sekarang saya serahkan keputusannya kepada Bapak dan Ibu Pemegang saham yang terhormat. Jika kalian sependapat dengan Bapak Lucky maka Akun Modal cadangan saya hapus dan yang tersisa saya bagikan sebagai Deviden, Bagaimana?"
Mendengarkan penjelasan dari Reynand. Tak ada satupun yang bersuara. Mereka sangat setuju dengan kebijakan itu. Sekarang dia rasakan manfaat dari dana tersebut. Saat semua merasakan kesulitan, Hotel Ardiaz masih bisa bertahan dengan memanfaatkan dana tersebut untuk kelangsungan hidup Hotel Ardiaz itu sendiri.
"Alhamdulillah jika semuanya sepaham. Begini, saya memikirkan keberlangsungan Hotel kita karena ribuan keluarga menggantungkan rezeki yang Tuhan titipkan pada Hotel Ardiaz. Jika saya tidak menabung sebagian laba untuk perusahaan maka Deviden hanya bisa kita nikmati hari ini saja, esok, lusa dan selanjutnya bagaimana? Kita memikirkan bh itu harus dipersiapkan dengan baik mulai dari hari ini." Reynand melanjutkan.
Setelah beberapa jam Meeting dan tidak ada yang dibahas lagi, Meeting di akhiri dengan pengucapan Alhamdulillah.
Reynand dan Fitri berjalan menuju ruang kerja. Saat mereka berdua melangkah terlihat Keynand berjalan dengan rasa tak bersalah. Sebuah senyum jenaka tercetak pada wajah Keynand yang Tampan. Dia menggaruk tengkuknya untuk mengelabui ketegangan.
"Pak Keynand Putra Ardiaz, menghadap kepada saya untuk menerima hukuman," ucap Reynand dingin dan tegas tanpa mau dibantah.
jleb
"Mati saya."
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments