Paginya, suasana di Meja makan riuh dengan celotehan dari Renia. Setelah semalam dia berhasil menggagalkan fantasi liar kedua orang tuanya. Kini Gadis kecil itu tanpa sengaja membuat Ibunya tersipu dan Ayahnya menahan geli.
"Ninik Selaki, semalam Ayah lagi push up di lantai sedangkan Ibu push up di kasur. Push up itu apa, sih?" tanya Renia terlihat serius. Mata indahnya berkedip menunggu jawaban dari Mamiq Ali Hasan.
Reynand menggelengkan kepala. Dia tidak menyangka Putrinya itu meminta penjelasan dengan jawaban asalnya semalam.
Lika, Wanita itu menepuk dahinya. Dia tak percaya dengan apa yang ditanyakan Putrinya itu. Ternyata Renia penasaran dan mengungkit apa yang dilihatnya semalam.
"Push Up itu maksudnya menggerakkan badan atau disebut juga olahraga. Jadi, saat itu Ayah dan Ibu sedang berolahraga." Mamiq Ali Hasan menjelaskan sesederhana mungkin.
Renia mengangguk tanda mengerti. Gadis kecil itu tidak bertanya lagi. Dia melahap makanannya.
"Kakak Renia, Ayah dan Ibu sebenarnya berbohong. Mereka berdua tidak Push Up, karena kepepet itu merupakan langkah akhir biar enggak ketahuan." Keynand ikut melibatkan diri dalam pembicaraan antara Kakek dan Cucunya itu.
Keynand tersenyum melihat netra Elang Reynand yang mempelototinya. Pun begitu juga pandangan Lika yang memintanya untuk tidak melanjutkan ucapannya.
Renia memandang wajah Keynand dengan pandangan tertarik.
"Berbohong? Enggak boleh berbohong. Nanti Daddy di Gunting Lidahnya oleh Malaikat." ucap Renia menanggapi.
"Malaikat? Malaikat siapa yang tugasnya mengunting Lidah orang yang suka berbohong?" tanya Keynand meladeni jawaban Renia.
"Pokoknya Malaikat, itukan namanya Malaikat," sahut Renia dengan polosnya.
"Hahahahaha."
Mereka tertawa mendengarkan jawaban polos dari Renia. Memang benar, itu cara ampuh emak-emak untuk menakuti anak-anaknya jika ketahuan berbohong dan bertutur kata tidak baik. "Nanti dipotong Lidahnya oleh Malaikat."
"Ibu dan Ayah berbohong apa?" tanya Renia melanjutkan pembicaraan. Rupanya Gadis kecil itu masih ingat dengan ucapan Keynand.
"Sebenarnya Ayah dan Ibu malam tadi di kamar. ...!"
". ... Keynand!" panggil Reynand menghentikan pembicaraan itu. Dia tidak ingin pembicaraan semakin melebar dan panjang. Nantinya Mereka harus menjelaskan sedetail mungkin. Tidak mungkin Renia akan diam saja. Dia pasti bertanya dan menuntut jawaban.
Lika mempelototi Keynand yang terlihat santai menikmati sarapannya.
". ... Sebenarnya Ayah dan Ibu sedang bercocok tanam," lanjut Keynand tanpa menghiraukan pandangan Suami Isteri. Keynand terkekeh melihatnya. Sebaliknya Renia berpikir sebentar. Gadis kecil itu berusaha untuk mengerti apa yang diucapkan Daddynya.
"Daddy bohong, enggak boleh bohong Daddy. Ayah dan Ibu di kamar terus, enggak pernah ke kebun. Di kamar enggak ada tanah, dimana tempat nanemnya," sahut Renia membatah jika kedua orang tuanya membohonginya.
"Dy bo'on, tak leh bo'on Dy," celoteh Raski ikut menirukan apa yang diucapkan Renia. Dia belum lancar berbicara sehingga apa yang diucapkan tidak jelas terdengar.
"Anak pinter, Dadek Raski bilangin sama Daddy agar tidak boleh berbohong," sahut Lika senang. Dia merasa terbantu dengan kedua anaknya.
"Sepertinya Daddy di serang oleh anak Daddy yang cantik dan ganteng ini. Daddy sedih padahal Daddy enggak bohong," ucap Keynand menampakkan wajah sedihnya. Dia berakting sesedih dan semenderita mungkin untuk menarik simpati dua bocah itu.
"Dy gak le sedi, nangi Dade," ucap Raski menenangkan Daddynya.
"Daddy enggak boleh bohong dong?" sahut Renia. Dia cengengesan khas anak kecil yang terlihat seperti mengejek.
"Hahahahaha." Mereka kembali tertawa melihat kelucuan yang diperlihatkan oleh Renia dan juga Raski.
"Makanya jangan iseng. Mau mengerjain kita berdua eh terpental dengan jawaban Renia," ucap Lika mengejek Iparnya itu.
"Daddy enggak bohong kok! lahannya milik Ibu itu ukurannya kecil dan disembunyikan dengan baik. Terus tongkatnya Ayah yang punya. Jadi Ayah menggunakan tongkatnya untuk di tancapkan pada lahan milik Ibu. Nah baru benihnya di tanam, nanti kalau sudah berumur sembilan bulan baru di panen." Keynand tidak mau kalah. Dia membela dirinya dengan sebaik mungkin.
"Mana? Renia pingin lihat," ucap Renia. Dia memandang Keynand seakan ingin mempercayainya. Setelah puas baru memandang Ayah dan Ibunya secara bergiliran untuk mencari pembenaran.
"Keynand! sekarang kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang kamu ucapkan. Renia masih kecil, eh malah di ajak berbicara dengan hal yang Ibunya saja masih menganggapnya tabu dan malu-malu. Jangan jadikan anakku masak sebelum waktunya." Reynand tidak tahan lagi, dia mengomeli Adik Kandungnya itu.
"Masak? Sayang kok gitu sih? padahal lahap banget menikmati Pelemengnya Abang Reynand. Nikmat katanya, bikin nagih terus." Keynand menangkis serangan Abangnya itu dengan godaan terhadap Lika.
Terjadilah perang kata di antara mereka. Sedangkan Lika berusaha untuk menengahi agar salah satu di antara mereka mau menyudahi.
"Selesaikan sarapan kalian dulu baru lanjutkan perdebatan kalian. Ini seperti anak kecil saja. Apa pantas di tunjukkan kepada Kakak Renia dan Dadek Raski. Mungkin maksud kalian hanya becanda tapi lihat bahan candaan kalian dan dengan siapa kalian becanda." Ibu Fatimah yang sedari tadi hanya diam saja, pada akhirnya ikut menengahi.
"Nggih Inaq," sahut Reynand dan Keynand dalam waktu bersamaan. Mereka seperti anak kecil yang sangat patuh dengan Ibunya.
"Saya sudah selesai makan. Saya ingin lihat tanah Ibu dan tongkat Ayah," ucap Renia polos. Dia melangkah ke arah kamar Ayah dan Ibunya.
"Mati saya, rupanya Kakak Renia serius menanggapi," ucap Keynand tepuk jidat.
Keynand dan Lika sepakat mempelototi Keynand dan meminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.
"Ya ampun, serius amat. Amat saja kalah dengan keseriusan kalian." Keynand berucap sembari memperdengar tawanya.
"Keynand, Renia itu anak yang cerdas. Rasa ingin tahunya itu besar. Dia tidak akan puas jika belum melihat bukti dari apa yang kalian sampaikan kepadanya. Jadi, sebagai orang tua bijaklah untuk bertutur kata." Mamiq Ali Hasan menasehati anak dan Menantunya.
"Nggih Miq," jawab anak dan Menantunya kompak.
"Jangan nggih dalam Bibir saja. Masuk Kuping kanan terus keluar Kuping kiri. Itu sama artinya bohong, harus diperhatikan itu." Ibu Fatimah menambahkan. Setiap apa yang diucapkan dia memperagakan dengan gerakan tangan meraba telinga kanan dan kiri. Seperti Aktris Pantomin
"Nggih Inaq! kita akan denger, inget dan berusaha menjalankan semampu mungkin. Insyaa Allah," jawab Lika serius. Dia akan berusaha menjadi Ibu yang baik untuk Renia dan Raski. Kesiapan itu dianggukkan oleh Reynand yang senantiasa berusaha menjadi Ayah yang baik dan benar untuk kedua anak-anaknya.
"Apa bunga ini maksud Daddy?" Renia datang dengan membawa pertanyaan dan juga sebuah Pot Bunga Euphorbia.
Renia berdiri dengan senyum merekah sembari menunjuk Pot Bunga Euophorbia yang di pegangnya.
Kini pandangan mereka terpusat pada Sosok Gadis cantik, duplikat Reynand Putra Ardiaz Sang Ayah.
"Benar sayang, duh pinter banget," jawab Keynand. Dia menghampiri Renia kemudian memeluknya.
Lika dan Reynand bernafas lega. Pun begitu dengan Mamiq Ali Hasan dan Ibu Fatimah. Mereka tersenyum dengan kecerdasan yang terlihat pada kedua cucunya.
Bunga Euphorbia itu merupakan hadiah dari Reynand. Lika menempatkan Bunga itu di kamar mereka. Agar kamar terlihat segar, ada beberapa bunga di tempatkan disana dalam Pot yang berukuran kecil. Nah, Bunga tersebut yang ditemukan oleh Renia dan Renia beranggapan Bunga itu yang dibicarakan oleh Keynand.
"Daddy enggak bohong dong? ini bunga yang Ibu dan Ayah tanem semalam?" tanya Renia mencari kebenaran.
Lika dan Reynand saling pandang kemudian menjuruskan pandangan ke arah Renia. Mereka berdua kompak mengangguk.
"Ibu dan Ayah juga enggak bohong, iya kan?" Lanjut Renia membentuk senyum jenakanya.
"Iya sayang, enggak boleh bohong dan enggak ada yang bohong," jawab Lika. Sejurus kemudian Renia mendapatkan ciuman pada kedua Pipinya oleh Ayah dan Ibunya. Lalu bersama-sama memeluk Gadis kecil itu.
"Alhamdulillah. Engkau berikan aku kesempatan untuk bernafas setelah mengalami kecelakaan. Dan selama lima tahun saya terpisah dari Isteri dan anak. Kini Engkau anugerahkan kebersamaan itu. Insha Allah kita akan senantiasa bersama-sama. Semoga saya maupun Lika, menjadi orang tua yang mampu menjadi suri tauladan yang baik untuk anak-anak. Semoga Anak-anak tumbuh menjadi anak-anak yang Soleh dan Soleha. Senantiasa berpegang teguh pada agama dan menjalankan tugas untuk beribadah hanya kepada-Mu." Reynand mengucapkan untaian doa yang panjang dalam hati berupa harapan akan masa depan di dunia dan akherat.
***
Selesai sarapan bersama. Ibu Fatimah dan Lika bersama-sama membersihkan peralatan yang dipergunakan sarapan tadi.
Keynand terlebih dahulu meninggalkan Rumah keluarga Mamiq Ali Hasan dan Ibu Fatimah. Selama ini, Lika dan Reynand masih tinggal di Rumah Mertuanya.
Selama lima tahun ini Lika tinggal bersama orang tuanya. Itu merupakan keinginan dari Suaminya selama dia tidak ada di rumah. Saat itu dia sedang mengandung dan Reynand harus pulang ke Jakarta untuk menyelesaikan permasalahan yang di hadapi Perusahaan Daddy.
Namun ternyata di perjalanan Reynand mengalami kecelakaan Pesawat. Jasadnya tidak ditemukan dan keluarga menganggapnya telah meninggal.
Kini setelah lima tahun berlalu, Reynand kembali dengan Sosok Umar berwajah buruk rupa.
Awalnya mereka bertemu dalam kesalah fahaman dan kini kembali menenun kembali kebersamaan mereka.
Reynand pada hari ini akan memboyong Isteri dan kedua anaknya menempati kembali rumah mereka di Desa Sada.
***
Keynand sudah sampai di Hotel Ardiaz. Dia segera memarkirkan Mobilnya lalu berjalan menuju Loby. Tidak ada perbedaan disini. Mereka menggunakan Lift yang sama. Keynand selalu menyapa para Pegawai yang berpapasan dengannya dengan melantunkan salam. Sedangkan untuk Non muslim dia menyapa dengan sapaan pada umumnya diucapkan.
Keramahan Direktur Hotel Ardiaz tidak di ragukan lagi. Mulai dari Direktur sebelumnya Reynand Putra Ardiaz dan Sang Isteri Baiq Mandalika hingga Keynand Putra Ardiaz. Sosok mereka sangat dihormati oleh para karyawan yang menggantungkan harapan akan Rezeki yang telah Tuhan titipkan kepada mereka.
Hotel Ardiaz merupakan mimpi dari seorang Reynand dan mimpi itu berhasil diwujudkan. Dan sekarang Reynand telah mempercayakan sepenuhnya perusahaan miliknya itubuntuk di pimpin oleh Adik Kandungnya Keynand.
Sementara ia dan Sang Isteri akan memimpin Yayasan Sekolah Putri Mandalika yang dulu dipersembahkan untuk Isteri tercintanya yaitu Baiq Mandalika.
Tok Tok Tok
Keynand mengetuk daun Pintu Sekretarisnya. Dia berdiri menunggu di balik Pintu. Setelah mendengar suara langkah kaki, Keynand bergegas untuk bersembunyi.
Ceklek
Pintu terbuka, muncullah Sosok berhijab dengan membawa perut yang kian hari kian membesar.
Fitri, Sekretaris Keynand memendarkan penglihatannya. Tidak ada siapapun dibalik pintu. Dia mengkerutkan dahinya berpikir.
"Aneh, tadi jelas-jelas ada suara ketukan tapi kok orangnya enggak ada. Saya belum budeg hamil, kan? pendengaran masih tajam, sepertinya?" guman Fitri terlihat bingung. Dia kembali memendarkan pandangannya namun Sosok yang mengetuk Pintu tak terlihat batang hidungnya.
Fitri memutuskan untuk kembali ke kursi kerja dan menutup Pintu.
Sementara itu Keynand, Lelaki itu berusaha menahan tawanya. Direktur usil itu selalu saja menganggu Sekretarisnya. Mengganggu Fitri merupakan hiburan baginya. Bukan hanya Fitri saja melainkan Lika dan orang-orang terdekatnya kerap kali mendapatkan keusilannya.
Keynand kembali mengetuk pintu. Ketika Fitri menghampiri maka dia akan bersembunyi. Terus seperti itu hingga Fitri menyadari bahwa ada Mutiara di dalam Kerang.
"Ini pasti ulah Pak Bos," ucap Fitri menduga. Kali ini dia tidak mau membiarkan keusilan Reynand berlanjut. Dia akan mempergokinya dan membuatnya penasaran.
Fitri kembali masuk dengan berpura-pura bingung. Keynand kembali melancarkan keusilannya. Tanpa disadari olehnya. Adly sudah berdiri dengan mensedekapkan tangannya mengawasi kelakuan Pak Bosnya itu. Dia siap menangkap Pak Bos usil itu kapanpun yang dia mau.
Tok Tok Tok
Tidak ada tanggapan dari dalam. Suara langkahpun tak terdengar. Dia seakan diabaikan membuat Pak Bos usil mengkerutkan dahinya.
"Ayok, ketangkap basah! ngapain Pak Bos dari tadi bolak balik mengetuk Pintu terus bersembunyi. Mau ngerjain bini saya ya? makanya cari Ibu Sambung untuk Raski biar ada yang di usilin. Ini malah ngerjain bini orang, iseng banget sih Pak Bos." Adly mengomeli Direkturnya itu dengan wajah ditekuk.
Hahahahahaha
Keynand tertawa meladeni omelan Adly, Suami dari Sekretarisnya. Dia tidak mengira Adly berani mengomelinya dan mencak-mencak tidak terima Isterinya dijadikan sasaran dari keusilannya.
"Kualat nanti kalau suka mengerjain Ibu Hamil," lanjut Adly.
Tidak ada tanggapan apapun dari Keynand. Yang terdengar hanya suara tawa yang menggema di sekitarnya.
"Pak Boss sudah enggak waras, nih? sudah minum obat belum?" tanya Adly sembari menaruh jari telunjuk di kening sedikit miring lalu menggerakkan. Telunjuk miring itu mengisyaratkan bahwa orang yang dimaksudkan tidak waras.
Hahahahaha
Keynand tidak hentinya tertawa, dia puas menghibur dirinya dengan mengerjain Sekretarisnya itu.
"Pak Bos, apa mungkin kelamaan menduda jadi hilang akal. Mau saya nemenin midang?" ucap Adly menawarkan diri. Midang merupakan acara kunjungan ke rumah seorang Gadis.
"Iya Bang, ajak Pak Boss itu midang biar pikirannya enggak usil. Sudah saatnya dia punya gacoan lalu menikah. Kasian Pelemengnya entar basi," sahut Fitri yang sudah berdiri di ambang Pintu. Entah kapan Ibu hamil itu membuka Pintu sehingga luput dari pendengaran kedua Laki-laki itu.
"Ayok kita midang, Adly!" Keynand tiba-tiba berucap sembari memainkan alisnya dan membentuk senyum jahil.
"Yang bener saja Boss? terus siapa yang masak untuk tamu-tamu dan juga mengurus Kantor." Adly membesarkan mata tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Suruh saja asisten kamu, apa gunanya punya Asisten, harus di berdayakan, dong! Terus kalau mengenai kerjaan, biar Isteri kamu yang handle," ucap Keynand tak bersalah.
"Pak Bos serius?" Adly bertanya dengan keseriusan yang diucapkan Lelaki yang telah lama menduda itu.
"Seriuslah, tadi kamu yang ngajak. Sekarang kita Midang ke Desa mana? asalkan jangan Midang sama Gadis Selak ya? ngeri!" ucap Keynand merangkul bahu Adly. Keynand menyeret Adly menjauh dari hadapan Fitri.
Fitri terbengong dengan apa yang di lihat dan di dengarnya. Dia lantas berteriak saat menyadari sesuatu. Cukup lama dia terbengong menjadikan dirinya pelupa.
"Pak Boss, sebentar lagi kita akan meeting dengan Para Pemegang saham." Fitri berteriak memberitahu.
"Biar Abang Reynand yang memimpin. Hotel ini miliknya, kan? Saya mau Midang jadi saya sandera Suami kamu dulu, Fitri," sahut Keynand santai. Dia melambaikan tangannya berdadah.
Adly tidak bisa berkutik lagi. Dia tadi yang menyarankan dan sekarang dia terjebak dengan ucapannya sendiri.
"Bahlul ini mah!" Andly menggerutu.
"Pak Boss, mana ada Midang pagi bolong. Orang midang itu pada waktu malam. Sekarang kita kerja dulu nanti malam baru kita pergi midangnya." Adly berusaha untuk membujuk Direkturnya itu agar berubah pikiran.
"Enggak ah, kalau malam nanti Gadisnya berubah jadi Selak. Entar saya di buntuti terus di takut-takuti. Bukan sebatas itu juga, Gadis itu berubah menjadi Kucing jadi-jadian. Ih ngeri!"
Keynand menolak. Dia melangkahkan kaki dengan menyeret Adly yang melangkah enggan.
"Mana saya tahu kalau Gadis itu Selak. Nah sekarang itu yang selalu diinget. Alamak nasipku apes banget." Adly membatin sembari mengomeli dirinya.
"Dasar Duda, seenaknya saja," ucap Adly pasrah.
Bersambung.
Selak merupakan Manusia jadi-jadian yang menganut ilmu hitam. Ilmu hitam terkadang didapatkan dari keturunannya dan juga dipelajari dari orang lain
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Welda Arsy❤
mampir thoooorrr,,,
2023-10-16
0