Keynand masih asyik merebahkan diri dengan posisi gagahnya. Sedangkan Gadis bernama Ega itu juga masih berada dalam posisi semula. Berdiri mematung dengan pandangan kesal ke arah Keynand. Lelaki itu menampilkan senyum playboynya. Senyum itu membuat Ega kegerahan. Lantas apa fungsi AC jika Gadis itu merasakan gerah? Ini sebuah ironi atau apa? entahlah!.
"Apa kamu tidak kelelahan? duduklah di Sofa itu? atau apa kamu mau duduk di pangkuan? dengan senang hati saya akan melakukannya," ucap Keynand hangat. Dia bangun dari rebahan lalu duduk bersila.
"Sudah jadi kursi pangkuan milikku, silahkan Nona Ega?" lanjut Keynand terdengar merayu. Sebuah senyuman nakal tersungging pada bibirnya yang sexy.
Ega diam tak bergerak. Satu hurufpun seakan enggan dia perdengarkan. Hanya pelototan yang dia tampilkan sebagai bentuk ketidak sukaan dan ketidak nyamanan yang dirasakan saat ini.
Hahahaha
Alih-alih tersinggung, Keynand malah tertawa. Dia sangat menikmati wajah marah itu. "Suka."
Diam, kembali hening setelah Keynand menghentikan tawanya.
Tok Tok Tok
Sejurus kemudian terdengar Pintu di ketuk. Ega dengan cepat beranjak ke arah Pintu lalu membuka nya. Dibalik Pintu dia mendapati seorang Security.
"Silahkan Pak, Penyusup itu ada di dalam," ucap Ega mempersilahkan.
Security itu mengangguk. Dia berjalan secara berlahan. Saat dia sampai di hadapan Keynand, Security itu kaget sekaligus heran dengan Bosnya itu. Mengapa dia dianggap Penyusup? bukankah dia berhak untuk memasuki kamar manapun. Hotel ini merupakan haknya. Sebenarnya bukan hal ini yang membuat Security merasa surprise, tapi karena adanya seorang Gadis yang membuat kepala dipenuhi oleh gosip asmara dan skandal.
"Pak kenapa diam? segera seret orang ini dari kamar saya," ucap Ega meminta. Dia heran dengan Security ini yang tak tanggap.
"Maaf mbak saya tidak bisa melakukannya," jawab Security itu gugup.
"Kenapa? apa Bapak takut dengan orang ini? kenapa harus takut dengan Penyusup," sahut Ega tegas. Dia heran kenapa Security ini mendadak loyo seperti kerupuk yang disiram air. Dia seakan kehilangan wibawa saat melihat Lelaki Penyusup di hadapannya.
"Maaf mbak saya takut dipecat," ucap Security itu jujur.
"Apa? dipecat? memangnya siapa yang berani memecat Bapak jika sedang bekerja? Bapak sedang memberesi ketidak nyamanan yang dialami tamu Hotel ini," sahut Ega tak percaya dengan apa yang disampaikan oleh Security itu.
"Maaf Mbak, lebih baik saya kembali ke tempat kerja," ucap Security hendak menghilang dari hadapan Keynand. Dia tidak ingin berurusan dengan Direkturnya itu.
"Tunggu dulu Pak? saya menjamin bahwa Bapak tidak akan di pecat. Saya mengenal Isteri dari Pak Reynand Pemilik dari Hotel ini. Saya akan menghubungi Mbak Lika dan meminta mbak Lika untuk tetap mempertahankan posisi Bapak, bagaimana?" Ega masih berusaha menahan Security itu agar mau mendepak Lelaki yang mengaku sebagai Keynand. Bahkan dia memberikan penawaran agar Security itu mau bekerjasama dengannya. Cara ini pasti berhasil untuk mengusir penyusup. Itu yang dipikirkan Ega.
"Memang, Ibu Lika adalah Pemilik dari Hotel ini tapi yang menjadi Direktur adalah Pak Keynand. Apa mbak tidak tahu kalau orang yang ada di hadapan kita adalah Keynand Putra Ardiaz, Direktur Hotel Ardiaz." Security itu menerangkan bahwa yang mereka hadapi adalah Direktur dari Hotel ini.
"Apa?" Ega terkaget. Dia memandang Keynand dengan pandangan menyelidik. Dia mengamati dari atas hingga bawah. Mengapa Keynand yang dikenalnya dulu berbeda dengan Keynand yang ada di hadapannya. Apa ada dua Keynand Putra Ardiaz? Kalau di Lomboq bisa saja itu terjadi. Memiliki satu nama dengan orang yang berbeda. Setiap nama tidak menggunakan nama keluarga atau marga hanya nama Baiq, lalu, Lale, Dende dan Raden. Itupun bukan satu keturunan keluarga yang sama melainkan nama masyarakat umum yang memiliki keturunan menak yang berasal dari Ayahnya. Jika Ayah bernama Lalu maka dia akan memberikan nama Lalu dan Baiq untuk anaknya. Nama itu identitas yang berasal dari Lomboq bukan identitas dari satu keluarga. Dalam pikirannya, Ardiaz yang disandang Keynand merupakan nama sebuah keluarga yang hanya boleh digunakan oleh keturunan dari keluarga itu sendiri.
Keynand hanya tersenyum melihat kebingungan yang ditampilkan oleh Gadis ini. Dia mencoba menebak bahwa ada kerumitan yang terjadi dalam pikiran Ega. Keynand sedari tadi hanya diam menyimak tanpa menyela ataupun menanggapi. Dia menjadikan dirinya sebagai pendengar saja.
"Anda boleh pergi, Pak! ini hanya salah faham yang terjadi," ucap Keynand mempersilahkan Security itu meninggalkan kamar.
"Terima kasih, Pak Keynand. Saya permisi," ucap Security itu mengundurkan diri.
"Anda tahu apa yang harus dilakukan, mengunci perkataan dengan serapat mungkin," ucap Keynand terdengar tegas.
"Baik Pak," jawab Security itu. Dengan langkah cepat dia meninggalkan kamar. Dia tidak ingin berurusan dengan Direkturnya. Jika dia berani, bisa jadi akan mengancam keberlangsungan hidup keluarganya. Orang kecil hanya sanggup diam, tak apa jika itu menguntungkan. Sebaliknya jika merugikan apa salahnya untuk bersuara.
Ega, menggelengkan kepala tak percaya dengan apa yang dialaminya. Dia masih membatah dan menganggap ini sebuah lelucon dan penipuan.
"Penyusup, jangan menipu saya. Jelas-jelas anda bukan Keynand. Apa anda bersengkokol dengan Security tadi?" ucap Ega masih tak percaya.
"Oh ya? untuk apa saya melakukan itu?" tanya Keynand mendekat. Dia mendekati Ega yang kian terpojok di tembok. Hampir tidak ada jarak membuat Gadis itu kian meradang.
"Apa-apaan ini?" tanyanya marah. Dia berusaha mendorong tubuh itu tapi hasilnya nihil. Tubuh itu tidak bergerak sama sekali. "Celaka? apa dia gundukan batu, kenapa tidak bergeser sama sekali?" Ega membatin berusaha mencari cara untuk meloloskan diri. Akan percuma mengandalkan fisiknya. Tentu hanya kelelahan yang berhasil dicapainya.
"Mari kita menikah?"
Netra Gadis itu membola tak percaya dengan apa yang didengar. Tak menampik bahwa pada dasarnya dia senang ada orang mengajaknya menikah bukan mengajaknya pacaran. Masalahnya sekarang bukan dari orang yang diharapkan.
"Apa dia gila?"
Keynand sangat menikmati keterkejutan yang ditampakkan oleh Gadis di hadapannya. Mungkin saja Gadis ini menganggapnya sedang bercanda. Sedangkan dia, entah mengapa bisa mengucapkan begitu saja selancar itu. Seperti jalan baru yang menghubungkan Bandara dengan Sirkuit International Mandalika yang bebas hambatan dan macet.
"Tak waras," ucap Ega.
"Jika hari ini saya menculikmu dan membawamu ke rumah keluarga. Serta saya memberitahu Kepala lingkungan bahwa ada Gadis yang saya bawa, kira-kira apa yang bisa kamu lakukan, Mega Fajrina?" Keynand kembali berkata sembari menatap bola mata indah milik Gadis di hadapannya.
"Saya akan kabur, anda tidak berhak mengintimidasi saya apalagi memaksa saya," sahut Ega tegas, dia mempelototi Keynand. Tidak ada ketakutan tergambar pada wajahnya.
"Saya tidak memaksa, sebaliknya kamu yang datang menyerahkan diri di kamar ini?" sahut Keynand sembari menampakkan senyum menang.
"Tidak ada itu, saya kesini untuk berlibur. Resepsionist yang memberikan cardlock kamar ini." Buru-buru Ega menampik.
Setelah berkata, dia berpikir untuk mengurutkan setiap kejadian dialaminya. Sejurus kemudian dia menatap Keynand dengan pandangan tak suka.
"Apa anda menjebakku?" tanya Ega menatap Keynand dengan pandangan permusuhan sekaligus membenci.
"Tidak!" jawab Keynand singkat dan tegas.
"Saya tidak sejahat itu. Kamu harus percaya, saya adalah Keynand. Saat kita bertemu dulu saya sedang menyamar. Saya tidak heran jika kamu tidak mengenali. Semenjak hari itu bertemu denganmu sepertinya saya merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Saya tidak tahu mengapa hal itu terjadi?" Keynand berucap. Dia berusaha menjelaskan siapa dirinya. Tak ingin Gadis ingin menganggapnya Pasien yang terlepas dari Mutiara Sukma.
Ega tidak mau begitu saja mempercayai Lelaki di hadapannya. Dia menggelengkan kepalanya membantah.
"Apa buktinya kalau anda benar Keynand yang saya kenal dulu?" tanya Ega menantang Lelaki itu.
"Baiklah, akan saya buktikan jika kamu menginginkannya." Keynand menyanggupi.
Dia kemudian berjalan ke arah Lemari lalu mengambil atribut yang digunakan untuk menyamar. Dia menggunakan Brewok palsunya dan kaca mata culunnya. Selanjutnya memberikan sentuhan pada wajahnya yang membuatnya sama seperti Keynand yang dikenal Gadis itu.
"Bagaimana? apa kamu percaya?" tanya Keynand melangkah di hadapan Ega.
Ega, dia terpaku. Dia terkejut dengan perubahan yang dinampakkan oleh Lelaki yang mengaku sebagai Keynand. Dia hampir tidak tahu bagaimana caranya berkedip. Dia menatap wajah yang kini di kenalnya dengan penuh arti yang sulit diterjemahkan.
"Mas Keynand? apa betul dengan yang saya lihat?" tanya Ega. lnilah wajah yang dikenalnya bukan wajah yang terlihat lebih tampan milik Keynand Si Penyusup.
"Jadi kamu percaya, kan?"
Ega mengangguk, dia tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya.
"Kenapa Mas Keynand melakukannya?" tanya Ega penasaran.
"Hem, terjadi komplik di Hotel Ardiaz semenjak Abang Reynand dinyatakan hilang." Keynand menceritakan alasannya mengapa saat itu dia menyamar. Dalam penyamarannya dia bertemu dengan Ega dan memperkenalkan diri dengan nama aslinya.
"Jadi begitu? jadi Mas Keynand adalah adik dari Pak Reynand?" tanya Ega.
"Iya, apa kamu tidak menyadarinya?" sahut Keynand bertanya.
"Saya tidak berpikiran untuk memperhatikan wajah Mas Keynand. Saya terlalu panik untuk menyadari kemiripan Mas Keynand dengan Pak Reynand," sahut Ega merasa malu. Dia malu telah menganggap Keynand Penyusup dan marah-marah kepadanya. Disini dia sebenarnya Penyusup dan kamar ini milik Keynand sendiri.
"Mas Keynand, sebenarnya apa yang terjadi? kenapa saya di kasik Cardlock yang sama dengan Cardlock milik Mas Keynand," ucap Ega heran. Dia berpikir tentang hal ini. Apakah ada tujuannya? siapa yang punya tujuan itu? Ega bertanya dalam pikirannya.
"Itu artinya kita berjodoh. Kamu telah menjadi Penyusup di dalam hatiku. Tidakkah ingin menyeretku juga ke dalam hatimu, Ega?" ucap Keynand bertanya.
Ega, kali ini dia tersipu dan tidak lagi menampilkan amarahnya. Dia sudah tahu kebenaran tentang Lelaki ini. Dia mengenalnya jadi untuk apa membencinya.
"Kenapa? apa kamu tak percaya?" tanya Keynand serius.
"Terlalu dini membicarakan tentang perasaan," ucap Ega memberikan pengertian. Dia tidak ingin tergesa-gesa untuk memutuskan. Apalagi menyangkut masa depan dunia dan akherat.
"Baiklah kita berkenalan dulu," sahut Keynand setuju.
Plash Back end
Keynand kembali pada masa kininya. Dia merebahkan diri untuk menutup mata. Cukup dia mengenang Isterinya malam ini dan nantinya dia akan bercerita kembali agar orang mengetahui kisahnya.
***
Di hati yang berbeda. Lika sedang menatap langit bertaburkan Bintang. Langit yang sangat disukainya. Selama lima tahun, setiap malam dia menatap langit. Dalam harapannya suaminya bisa merasakan rindu yang sama. Kini harapan itu dikabulkan Tuhan. Saat ini dia bisa memandang langit bersama Suaminya. Yang semula terpisah oleh tempat yang berbeda, akan tetapi tujuannya sama yaitu langit.
"Lika, apa kamu rindu?" tanya Reynand lembut. Dia mendekap tubuh itu dengan erat. Merebahkan kepalanya di bahu Isterinya.
"Setiap hari aku rindu, Mas!" jawab Lika tersenyum. Netranya masih memandang ke arah langit.
"Hem, katanya rindu tapi mengapa langit lebih indah dari pada wajahku. Aku sadar, wajahku tak seindah langit bahkan lebih kelam dari gelapnya malam. Aku merasa sedih setelah kehilangan pesona." Reynand berkata dengan mengatur nadanya semiris mungkin.
Lika merasa tersindir dengan perkataan Suaminya. Dia segera membalikkan tubuhnya lalu memandang Reynand penuh cinta.
"Mas tetap yang tertampan," ucap Lika kemudian.
"Fitnah! ternyata Isteriku ini bisa memfitnah Suaminya. Apa kamu tidak khawatir Keynand akan murka?" ucap Reynand bersedih.
"Seburuk apapun wajah Suamiku aku tetap mencintainya. I Love You Pangeran buruk rupaku," ucap Lika tulus. Dia mengelus Pipi Suaminya yang rusak parah.
"I Love You to Isteri cantikku," jawab Reynand tidak kalah tulus.
"Boleh saja rupa Suamiku buruk tapi hatinya sangatlah tampan. Bukankah itu yang aku perlukan. Akan percuma memiliki Laki tampan tapi hatinya buruk, bukankah itu makan hati?" Lika menuturkan pendapatnya sekaligus pujian.
"Bukannya hati Ayam itu enak?" tanya Reynand sok polos.
"Itu istilah Mas Reynand. Ah sudahlah, percuma dijelaskan jika orangnya berpura-pura polos. Rasanya aku ingin makan empedu kalau gini, mah!" sahut Lika gemes.
"Kamu ngidam sayang?"
"Iya ngidamin betis sepertinya sudah membekak," sahut Lika asal. Dia tersenyum geli melihat raut Reynand yang bingung.
"Coba aku lihat," ucap Reynand kemudian. Dia jongkok lalu meraih Betis Isterinya.
"Ah iya, ada isi dan keliatannya sedikit membuncit," ucap Reynand serius.
Sejurus kemudian mereka tertawa menyadari kekonyolan yang diciptakan.
hahahahw
"Sayang, aku ingin memberikan kamu hadiah karena telah memujiku," ucap Reynand setelah mereka berhasil meredakan tawa.
"Serius, aku sangat bahagia mendapatkannya." Lika kegirangan dengan apa yang diucapkan Suaminya.
Cup
"Ini hadiahnya," ucap Reynand tersenyum nakal.
"Kok sedikit, aku maunya berkali-kali dan panjang," sahut Lika menantang.
"Rupanya kamu kemaruk?" Reynand tertawa bahagia mendengarkan Isterinya. Dia lantas mengecup bibir isterinya beberapa kali dan selanjutnya kecupan panjang yang membuat keduanya merasakan sensasi nikmat.
"Hem, apa kamu puas?"
"Belum lega, bukankah kita harus ngerapel. Sudah lima tahun kita tak melakukannya," ucap Lika tampak malu-malu.
"Siap, dengan senang hati. Apakah kamu rindu?"
"Iya."
"Jika rindu mari kita melegakan rindu ini. Bukankah ini malam kedua kita," ucap Reynand manja. Dia meraba leher putih itu dengan bibirnya lalu menggigitnya. Lika menjerit kesakitan sekaligus nikmat.
"Sayang, sudah lima tahun aku tidak merasakannya. Ini malam Pengantin kita? apakah sarang kura-kura tidak sedang banjir?" tanya Reynand terdengar penuh hasrat.
"Sudah kering," sahut Lika lembut.
"Kalau begitu mari kita memulai." Reynand tak sabaran. Dia membopong tubuh mungil itu lalu merebahkan raga Lika di ranjang empuk milik mereka.
Iya, malam ini malam Pengantin mereka berdua. Reynand kembali mengucapkan kabul. Dia tidak ingin ragu untuk menyatukan diri dengan Isterinya karena itulah mereka menikah lagi. Dia memang tidak mengucapkan kata talak. Pun begitu juga dengan Lika. Dia tidak menggugat cerai di Pengadilan Agama saat dia di nyatakan janda mati.
Mereka tidak ingin berjalan dalam kekeliruan. Sehingga mereka memilih kembali mengucapkan janji suci. Jika mengingat begitu lamanya mereka terpisah. Wajar hati mereka meragu untuk melakukan hubungan Suami Isteri. Selama ini dia menekan hasrat itu, hanya ciuman dan pelukan yang bisa mereka lakukan meskipun mereka boleh untuk itu.
Malam ini mereka sedang manikmati rindu yang terlalu lama membelenggu sepasang insan yang saling mencintai itu.
"Ya Habibati, apa kamu siap? kita berdoa dulu," ucap Reynand. Mereka kemudian berdoa sebelum melakukan penyatuan raga.
Reynand dengan lembut memanjakan Isterinya. Membelainya dengan penuh rasa sampai akhirnya berhasil menyatu. Lika merasakan nyeri pada area itu membuatnya sedikit mencengkram rambut Suaminya.
"Aku menikmati perawanmu lagi," lirih Reynand. Dia tersenyum bahagia karena miliknya terjaga dengan baik.
Sudah beberapa menit lamanya mereka hanyut dalam permainan membuat peluh bercucuran namun Reynand tidak mau menyudahi. Dua kata yang terucap dari bibir bahwa dia sedang kemaruk dan rapelan.
"Ayah."
"Ibu."
Saat mereka sedang asyik, Renia memanggil sembari menggedor pintu kamar.
"Mas, cepetan cabut," ucap Lika panik.
"Biarkan saja. Tanggung sedang asyik ini enggak mungkin setengah harus full dong," sahut Reynand tak mengindahkan. Dia melajukan pergerakannya dengan lebih cepat lagi. Sangat cepat, Lika sebenarnya merasakan nikmat itu tapi Renia yang mendekat membuatnya tak tahu seperti apa merasa.
"Mas cepat cabut, aku lupa mengunci pintu," sahut Lika semakin panik.
"Hah?"
Reynand ikutan panik mendengarkan perkataan Isterinya.
"Celaka."
Reynand secepat kilat mengangkat tubuhnya. Sebelumnya dia masih sempat menempatkan calon keturunannya dengan lantunan doa di hatinya. Karena terlalu asyik, Reynand tidak sadar berada di tepi ranjang dan kedubraaaak.
Raga polosnya pada akhirnya menyatu dengan marmer.
"Aduuuuh, apes banget," ucap Reynand mengaduh. Dia merasa tubuhnya sakit karena terbentur lantai.
Lika secepat kilat melempar selimut untuk menutupi tubuh polos suaminya sedangkan dia sudah bersembunyi dibalik selimut.
Ceklek
Pintu terbuka, bersamaan itu pula muncul Gadis kecil dengan membawa bantalnya.
"Ayah, Ibu? kakak Renia enggak bisa tidur. Boleh kakak bobok bersama Ayah dan Ibu?" ucap Renia meminta.
"Ayah kenapa tidur di lantai?" tanya Renia melihat Reynand berada di Lantai dengan selimut menutup seluruh badannya.
"Ayah sedang Push up sayang," ucap Reynand pada akhirnya Push up dibalik selimut.
Kini Renia mengarahkan pandangannya ke arah Ibunya yang juga tertutupi selimut.
"Ibu juga, apa sedang Push Up seperti Ayah?" tanya Renia lagi.
Tepuk jidat berjamaah.
"Astaghfirullah, kenapa Putriku kepo banget. Buyar dah lamunanku menikmati yang enak-enak," batin Reynand merana.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
seruuuu jugaaaa
2022-08-26
2