Ketika Pratama selesai mengantar Jacelyn dia pun bergegas pulang menuju rumahnya.
Sesampainya Pratama di sebuah rumah sederhana yang berada di pinggiran kota, rumah itu terlihat sangat sederhana dan kecil, seperti bukan rumah orang kaya yang mempunyai aset terbesar.
Sebenarnya tujuan Pratama pergi ke perusahaan milik Jacelyn adalah untuk membalas kebaikan Jacelyn dan keluarganya, karena telah membantu Pratama sewaktu Pratama masih kecil, mulai dari situ Pratama mencoba untuk mencari tahu tentang keluarga Jacelyn, ketika sudah mendapatkan informasi Pratama langsung menuju ke perusahaan yang saat ini bekerja, dan tanpa di sengaja dia malah bertemu dengan Jacelyn itu sendiri seperti di cerita awal.
Pratama menghela nafas, akhirnya Pratama menemukan keluarga yang membantunya dulu, dan ternyata sekarang sudah lebih cantik, dan sikap sifatnya tetap rendah hati seperti dulu, tidak memandang latar belakang Pratama.
" Tidak sia-sia ternyata usahaku selama ini, sikapnya tetap seperti dulu dan tidak pernah berubah, justru malah semakin cantik ketika sudah besar." ungkapan dalam hati Pratama.
Di lain sisi di tempat Jacelyn berada sekarang, dia tengah bertengkar dengan orangtuanya.
" Tadi kamu pulang sama siapa?" Bentak ibunya.
" Aku pulang sama siapa aja terserah aku, kenapa aku harus menuruti semua keinginanmu?" tegas Jacelyn yang membuat ibunya semakin marah.
" Kenapa? kamu masih tanya kenapa, kamu itu anak satu-satunya yang kami punya, kamu harus ingat kita itu adalah keluarga yang terpandang di kota ini, jika pembisnis lain melihat kamu pulang sama pria miskin itu bisa rusak reputasi keluarga kita." jawab ibunya yang membentak Jacelyn.
" Capek aku Bu, harus mengikuti aturanmu setiap hari, aku pulang dengan karyawan aku, aku tadi sempat menelpon supir dan ternyata terjebak macet, dari pada aku nunggu lama Karena ada karyawan tadi, aku yang memberhentikannya untuk menyuruhnya mengantar aku pulang," jawaban Jacelyn yang membentak ibunya dan tanpa di sadari ibunya Jacelyn tidak sadar bahwa Jacelyn tengah menangis.
Setelah jawaban itu Jacelyn langsung menuju kamarnya, tanpa mendengar perkataan ibunya.
" Setiap hari begini terus." umpatnya dalam hati Jacelyn.
Bagi Jacelyn rumah adalah neraka, hampir setiap hari dia di marahi karena tidak menurut dengan ibunya.
Berbeda dengan ayahnya, kalau ayahnya selalu mendukung keputusan Jacelyn tidak terlalu memikirkan bagaimana pendapat ibunya itu.
Jacelyn yang bernafas lega walaupun tengah sakit hati dengan perkataan ibunya, sekarang dia tengah bersiap-siap kabur dari rumah, mempersiapkan baju dan barang-barangnya secara cepat.
" Semua sudah siap, selamat tinggal rumah neraka." umpatnya pelan dengan senyum yang mengembang.
Sampai beberapa saat kemudian Jacelyn berhasil keluar rumah, waktu itu sekitar jam enam sore keadaan di sekitar rumah itu masih ramai dan sekarang Jacelyn sudah berada di pinggir jalan untuk menunggu taxi yang lewat.
Pikiran Jacelyn saat itu sedikit was-was karena belum ada satu taksi yang lewat, bagaimana jika dia ketahuan?
Sampai beberapa saat ketika Jacelyn sudah putus asa dan hendak kembali lagi ke rumah, tiba-tiba ada seseorang yang berhenti di dekatnya, ketika Jacelyn melihat siapa orang yang berhenti itu, ternyata itu adalah Pratama seorang cleaning servis di perusahaannya.
" Bu, mau kemana? kok bawa banyak barang." tanya Pratama.
" Untung ada kamu, sekarang antar aku ke suatu tempat, nanti aku jelasin, sekarang aku tengah buru-buru, tidak bisa menjelaskan sekarang."
Pratama yang melihat raut muka Jacelyn seperti orang yang ketakutan akhirnya mengiyakan perkataan Jacelyn.
Jacelyn buru-buru menaiki motor itu dan di bantu Pratama mengangkut barang-barangnya, motor Pratama melaju cukup kencang.
Ketika sudah merasa sedikit jauh dari rumah Jacelyn menyarankan Pratama untuk sedikit pelan membawa motornya.
" Pratama, sudah lumayan jauh, bisa sedikit pelan bawa motornya?" Ucapnya sedikit teriak melawan suara angin.
" Iya Bu."
Pratama mengendarai motornya dengan pelan.
" Bu mau kemana ini.?" lanjutnya.
" Kamu mau kemana,?" Berbalik menanyakan Pratama.
" Saya mau pulang Bu," jawab Pratama.
" Ya sudah, saya ikut pulang bersama kamu." jawaban Jacelyn yang membuat Pratama kaget.
" Hah?"
Pratama langsung memberhentikan motornya pinggir jalan.
" Serius Bu?" lanjutnya.
" Iya serius, bawa saya pulang ke rumah kamu sekarang." Jawab Jacelyn dengan tegas.
" Tapi..??"
" Sudah gak usah banyak tapi-tapi, pokoknya bawa saja dulu aku ke rumah kamu." kata Jacelyn yang memotong pembicaraan Pratama.
" Baiklah Bu.?" jawab Pratama dengan pasrah, " Memang wanita sedikit gila." umpatnya dalam hati.
Pratama melanjutkan perjalanan lagi dengan sedikit cepat sekarang.
Sampai mereka berdua di rumah kecil yang sederhana namun bersih itu, mereka masuk kedalam rumah itu dan di ikuti Jacelyn di belakangnya.
" Silahkan masuk Bu, ini rumah saya sederhana kecil dan maaf jika terlihat berantakan." ucap Pratama yang mempersilahkan Jacelyn masuk.
" Hah? berantakan? yang benar saja, serapi ini dia bilang berantakan." umpatnya dalam hati.
Jacelyn hanya menjawab dengan senyum setelah mendengar perkataan Pratama yang mempersilahkan Jacelyn masuk.
Pratama pun langsung menuju dapur untuk membuatkan minuman dan membawakan cemilan kecil.
" Ada apa ya dengan Jacelyn, kenapa dia seperti orang yang ingin pergi dari rumah, apakah ada masalah yang sedang di hadapi Jacelyn.?" kata dari hati Pratama.
Setelah Pratama selesai membuatkan Jacelyn Teh dan membawakan cemilan.
" Bu, di minum tehnya." kata Pratama yang tengah memberikan teh hijau.
" Iya.. makasih ya, ngomong-ngomong kamu tinggal sendirian,?" tanya Jacelyn.
" Iya Bu. saya tinggal sendirian, orang tua juga sudah tidak ada." Jawab Pratama memelas.
" Maaf ya, saya turut berdukacita," jawab Jacelyn yang sedikit tidak enak hati setelah menanyakan itu.
" Iya Bu, tidak apa-apa, saya di tinggal orang tua saya sejak kecil, hehehe." jawab Pratama diikuti tertawa kecil.
" Saya boleh minta izin untuk tinggal di sini sebentar, saya tidak membawa apa-apa, saya juga kabur dari rumah, saya sedang ada masalah keluarga, jadi saya memutuskan untuk pergi dari rumah." kata Jacelyn.
Pratama yang mendengar penjelasan itu dari Jacelyn sedikit menyentuh hatinya.
" Saya sih nggak masalah, tapi apakah ibu tidak keberatan dengan rumah saya yang seperti ini, nanti takutnya ibu risih dengan keadaan rumah saya yang seperti ini." Pratama mencoba untu menjelaskan kepada Jacelyn.
Sebenarnya Pratama bisa saja membeli apartemen mewah, tetapi hal itu tidak bisa di lakukan karena niat Pratama adalah menyembunyikan identitasnya.
" Tidak apa-apa, yang terpenting sekarang saya bisa mengistirahatkan tubuh saya." jawab Jacelyn.
Pada akhirnya Jacelyn tetap tidur di rumah Pratama.
Pratama yang melihat Jacelyn tidur tidak nyenyak karena ada banyak nyamuk yang menggigit badan Jacelyn itu, Pratama jadi berfikir untuk mencari alasan ketika Pratama membeli apartemen, supaya Jacelyn bisa tidur nyenyak dan tidak merasa curiga dengan hal itu.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Khasanah Mar Atun
lanjuuut
2022-10-05
0