1 tahun kemudian.....
Sudah sekian lama Dinda pergi dari kota Jakarta namun, kini ia kembali lagi. Bukan Dinda telah melupakan semuanya. Tapi, ini adalah waktunya untuk bangkit lagi. Lagipula, kedua orang tuanya terus mensupport dirinya.
Dan hari ini adalah hari pertama ia bekerja di sebuah perusahaan yang cukup ternama di kota tersebut. Sebenarnya ini juga bantuan dari sahabat ayahnya yang telah lama mengabdi di perusahaan itu. Tapi, om Rama berkata jika Dinda benar-benar layak bekerja di perusahaan itu. Melihat dari latar belakang pendidikannya dan pengalamannya.
Klek
"Selamat pagi semuanya", Rama menyapa rekannya di bagian keuangan. " Perkenalkan ini Dinda karyawan baru di sini. Dinda itu meja kamu, selamat bekerja ya. Nanti, ibu Wita yang akan mengajari kamu."
"Baik Pak, Terimakasih", jawab Dinda.
" Oke, kalau begitu saya permisi dulu ya, mari semua."
Di ruangan tersebut ada 9 orang termasuk Dinda. Ia segera duduk dan mulai menyiapkan peralatannya. Ibu Wita pun menghampiri Dinda. Ia memberikan tugas pertama untuk Dinda dan juga mengajarkan beberapa hal agar Dinda tidak merasa bingung. Dinda dengan cepat mengerti apa yang telah di jelaskan oleh Bu Wita dan segera memulai pekerjaannya.
"Bu Wit, makan-makan dong. Biasa orang baru", ucap Ana di sela-sela pekerjaannya.
" Terus siapa yang bayarin? Lagi bokek juga!" jawab Bu Wita jutek.
"Makanya ngajak ibu, kan biasa ibu yang teraktir", ucap Ana manja.
Bu Wita adalah GM keuangan. Tapi, ia sudah seperti seorang ibu bagi bawahannya.
" Gak ada! Kalau mau bayar masing-masing!"
"An, lo ga tau? Bu Wita abis di porotin sama si Denada", Lucy unjuk suara.
" Enak aja, gue tuh ngutang ya. Bukan porotin!" Denada gak terima.
"Alaaah... ujung-ujungnya lo baik-baikin bu Wita kan biar utang lo lunas. Ha.. ha.. ha..", Lucy tidak mau kalah.
" Makanya saya itu males ngasih pinjaman ke kalian. Rugi !!!", jawab Bu Wita sambil pegang dahinya.
Semuanya pun tertawa terbahak-bahak termasuk Dinda walaupun masih malu-malu.
"Ya udah, Nanti jam makan siang kita ke cafe yang di ujung jalan itu aja ya. Tempatnya bagus, makanannya juga enak-enak. Sekarang selesaikan pekerjaan kalian. Siapa tau kita baliknya telat kan semuanya udah beres", Bu Wita menjelaskan.
" Ibu yang traktirkan? ", tanya Ana.
" Kagak! Bayar masing-masing!"
"Yah... ", keluh semua.
" Miskin banget!" bentak bu Wita.
Tapi, semua malah tertawa terbahak-bahak.
"Gimana Din? Kamu mau kan?" tanya Ana.
Dinda mengangguk sambil tersenyum kepada Ana.
Dinda merasa sangat nyaman dengan kantornya. Walaupun ini adalah hari pertamanya bekerja. Dari pembicaraan tandi Dinda menyimpulkan jika mereka penuh dengan kehangatan. Rasa kekeluargaan begitu kuat. Dinda merasa beruntung bekerja di perusahaan itu.
***
Makanan telah di sediakan satu demi satu oleh pelayan Cafe. Mereka begitu tidak sabar untuk melahapnya.
"Eh kita blom pada kenalan loh sama Dinda", ucap Lucy.
" Kita? lo aja kali! Secara gue duduk di sebelah Dinda, " jawab Ana mengejek. "Din coba lo sebutin nama Kita satu-satu yang kamu kenal."
"Emm, okey..", Dinda tersenyum. " Yang aku tau, Bu Wita.... "
"Ya eelaaaa.. udah pastilah", Ana tepuk jidad.
Dinda tersenyum karena merasa lucu.
" Terus, Diana atau Ana.. "
"Tuh kan, dia udah tau nama gue", ucap Ana.
" Berisik banget sih lo!" Lucy kesal.
Dinda lagi-lagi tersenyum.
"Denada, Lucy, Fitri..."
"Eh, lu kok bisa tau Fitri?" tanya Ana penasaran.
"Kan gue tadi yang ngasih Dinda cemilan. Emang elu! Punya cemilan gak bagi-bagi!" sahut Fitri sambil menjulurkan lidahnya.
"Eh.. asal lo tau ya! Wafer gue abis di makan sama Blender tuh!" jawab Ana kesal.
"Eh, nama gue Beno ya bukan Blender! Lagian lo kalau gue minta gak pernah ngasih!" Blender... Eh, Beno unjuk suara. (hehehe)
"Abisnya lo kalo minta g bisa satu atau dua! Mintanya langsung sekotak! Dasar lu Blender apa aja doyan, apa aja di kunyah. Ini nih, kaki meja kli lembek aja pasti dah lo kunyah juga!" ledek Ana kesal.
Semua pada tertawa mendengar ucapan Ana. Dan Beno hanya bisa manyun sendiri.
"Aku lanjuti ya, Beno, terus em ... Laura kan? Yang tadi bantui aku fotocopy?" ucap Dinda.
"Hehe... iya Din", jawab Laura.
" Satu lagi aku gak tau", kata Dinda.
"Hahaha.. makanya Vio jangan cupu-cupu amat. Cuma lo yang g di kenal Dinda!" Ana terkekeh.
"Apaan sih An! Lagi baca doa makan juga! Ganggu aja!" jawab Vio jengkel.
"Alhamdulillah..." Bu Wita abis bersendawa.
Dan semua matapun tertuju padanya.
"Lah, Bu kapan makannya?" Ana kaget melihat pesanan Bu Wita sudah ludes semua.
"Kalian sih asik ngobrol... aja! Makanan enak begini pada di anggurin! Dah ah, sama mau permisi duluan. Mau ketemuan sama suami saya", ucap bu Wita sambil beranjak dari duduknya. " Oh iya An, bayarin punya saya ya."
"Hah? kok saya bu?" Ana kaget.
"Abisnya kamu berisik banget dari tadi! Pusing telinga saya dengarnya!"
"Ha? telinga bisa pusing? Eh, tapi kan bu peraturannya...." Ana ingin membela dirinya.
"Daaaa.... ", Bu Wita pun pergi dengan riang gembira.
Tinggallah Ana yang manyun-manyun sendiri. Semua rekannya pada menertawakannya.
" A.. a... Bu Wita Jahat... ", Ana merengek.
" Ya udah An, biar aku aja yang..." belum lagi Dinda selesai bicara.
"Pucuk dicinta ulam pun tiba!" tiba-tiba Ana teriak sangat bersemangat.
Ana pun langsung berlari ke arah seorang pria. Semua rekannya melihat Ana yang tiba-tiba berlari.
"Eh, ada pak Agra. Sendirian aja pak? Mending gabung sama kita", ucap Ana sambil merangkul tangan Agra.
" Apaan sih An? lepasin gak!" ucap Agra kesal.
Dinda heran melihat rekannya yang lain tenang-tenang aja sambil menikmati makanan mereka. Sedangkan Dinda merasa bingung dan ingin tahu Ana berbicara pada siapa. Mau nanya ntar di sangka kepo.
"Enggak! ayooo...Duduk di sini!" Ana menyeret Agra dan menyuruhnya duduk di tempat bu Wita tadi tepat di hadapan Dinda.
Dan akhirnya mata mereka pun saling bertemu. Deg! Jantung Agra tiba-tiba berdegup kencang. Agra langsung meremas dadanya yang terasa agak sakit. Dalam hati Dinda ada sedikit kecemasan melihat orang di hadapannya merasakan kesakitan. Tapi, dia tidak berani untuk berkata-kata. Dan anehnya lagi, walaupun ini pertama kali Dinda berjumpa dengan pria itu. Dinda merasa sedikit ada ketertarikan. Tapi Dinda mencoba membuangnya jauh-jauh. Mengingat belum lama ia berpisah dengan suami yang sangat ia cintai. Lagi pula, tidak seperti biasanya ia suka dengan pria pada pandangan pertama kecuali, Suaminya. Ya.. hanya dengan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
@Kristin
Jantung yang sama pria yang berbeda.
2022-09-16
1
R.F
4like sdh aku vavorit semuq
2022-09-03
1
Rini Antika
Semangat terus kak up ny, jgn males kayak aku..🤭
2022-08-03
2