Bab 4. Pertemuan Dinda dan Agra

1 tahun kemudian.....

Sudah sekian lama Dinda pergi dari kota Jakarta namun, kini ia kembali lagi. Bukan Dinda telah melupakan semuanya. Tapi, ini adalah waktunya untuk bangkit lagi. Lagipula, kedua orang tuanya terus mensupport dirinya.

Dan hari ini adalah hari pertama ia bekerja di sebuah perusahaan yang cukup ternama di kota tersebut. Sebenarnya ini juga bantuan dari sahabat ayahnya yang telah lama mengabdi di perusahaan itu. Tapi, om Rama berkata jika Dinda benar-benar layak bekerja di perusahaan itu. Melihat dari latar belakang pendidikannya dan pengalamannya.

Klek

"Selamat pagi semuanya", Rama menyapa rekannya di bagian keuangan. " Perkenalkan ini Dinda karyawan baru di sini. Dinda itu meja kamu, selamat bekerja ya. Nanti, ibu Wita yang akan mengajari kamu."

"Baik Pak, Terimakasih", jawab Dinda.

" Oke, kalau begitu saya permisi dulu ya, mari semua."

Di ruangan tersebut ada 9 orang termasuk Dinda. Ia segera duduk dan mulai menyiapkan peralatannya. Ibu Wita pun menghampiri Dinda. Ia memberikan tugas pertama untuk Dinda dan juga mengajarkan beberapa hal agar Dinda tidak merasa bingung. Dinda dengan cepat mengerti apa yang telah di jelaskan oleh Bu Wita dan segera memulai pekerjaannya.

"Bu Wit, makan-makan dong. Biasa orang baru", ucap Ana di sela-sela pekerjaannya.

" Terus siapa yang bayarin? Lagi bokek juga!" jawab Bu Wita jutek.

"Makanya ngajak ibu, kan biasa ibu yang teraktir", ucap Ana manja.

Bu Wita adalah GM keuangan. Tapi, ia sudah seperti seorang ibu bagi bawahannya.

" Gak ada! Kalau mau bayar masing-masing!"

"An, lo ga tau? Bu Wita abis di porotin sama si Denada", Lucy unjuk suara.

" Enak aja, gue tuh ngutang ya. Bukan porotin!" Denada gak terima.

"Alaaah... ujung-ujungnya lo baik-baikin bu Wita kan biar utang lo lunas. Ha.. ha.. ha..", Lucy tidak mau kalah.

" Makanya saya itu males ngasih pinjaman ke kalian. Rugi !!!", jawab Bu Wita sambil pegang dahinya.

Semuanya pun tertawa terbahak-bahak termasuk Dinda walaupun masih malu-malu.

"Ya udah, Nanti jam makan siang kita ke cafe yang di ujung jalan itu aja ya. Tempatnya bagus, makanannya juga enak-enak. Sekarang selesaikan pekerjaan kalian. Siapa tau kita baliknya telat kan semuanya udah beres", Bu Wita menjelaskan.

" Ibu yang traktirkan? ", tanya Ana.

" Kagak! Bayar masing-masing!"

"Yah... ", keluh semua.

" Miskin banget!" bentak bu Wita.

Tapi, semua malah tertawa terbahak-bahak.

"Gimana Din? Kamu mau kan?" tanya Ana.

Dinda mengangguk sambil tersenyum kepada Ana.

Dinda merasa sangat nyaman dengan kantornya. Walaupun ini adalah hari pertamanya bekerja. Dari pembicaraan tandi Dinda menyimpulkan jika mereka penuh dengan kehangatan. Rasa kekeluargaan begitu kuat. Dinda merasa beruntung bekerja di perusahaan itu.

***

Makanan telah di sediakan satu demi satu oleh pelayan Cafe. Mereka begitu tidak sabar untuk melahapnya.

"Eh kita blom pada kenalan loh sama Dinda", ucap Lucy.

" Kita? lo aja kali! Secara gue duduk di sebelah Dinda, " jawab Ana mengejek. "Din coba lo sebutin nama Kita satu-satu yang kamu kenal."

"Emm, okey..", Dinda tersenyum. " Yang aku tau, Bu Wita.... "

"Ya eelaaaa.. udah pastilah", Ana tepuk jidad.

Dinda tersenyum karena merasa lucu.

" Terus, Diana atau Ana.. "

"Tuh kan, dia udah tau nama gue", ucap Ana.

" Berisik banget sih lo!" Lucy kesal.

Dinda lagi-lagi tersenyum.

"Denada, Lucy, Fitri..."

"Eh, lu kok bisa tau Fitri?" tanya Ana penasaran.

"Kan gue tadi yang ngasih Dinda cemilan. Emang elu! Punya cemilan gak bagi-bagi!" sahut Fitri sambil menjulurkan lidahnya.

"Eh.. asal lo tau ya! Wafer gue abis di makan sama Blender tuh!" jawab Ana kesal.

"Eh, nama gue Beno ya bukan Blender! Lagian lo kalau gue minta gak pernah ngasih!" Blender... Eh, Beno unjuk suara. (hehehe)

"Abisnya lo kalo minta g bisa satu atau dua! Mintanya langsung sekotak! Dasar lu Blender apa aja doyan, apa aja di kunyah. Ini nih, kaki meja kli lembek aja pasti dah lo kunyah juga!" ledek Ana kesal.

Semua pada tertawa mendengar ucapan Ana. Dan Beno hanya bisa manyun sendiri.

"Aku lanjuti ya, Beno, terus em ... Laura kan? Yang tadi bantui aku fotocopy?" ucap Dinda.

"Hehe... iya Din", jawab Laura.

" Satu lagi aku gak tau", kata Dinda.

"Hahaha.. makanya Vio jangan cupu-cupu amat. Cuma lo yang g di kenal Dinda!" Ana terkekeh.

"Apaan sih An! Lagi baca doa makan juga! Ganggu aja!" jawab Vio jengkel.

"Alhamdulillah..." Bu Wita abis bersendawa.

Dan semua matapun tertuju padanya.

"Lah, Bu kapan makannya?" Ana kaget melihat pesanan Bu Wita sudah ludes semua.

"Kalian sih asik ngobrol... aja! Makanan enak begini pada di anggurin! Dah ah, sama mau permisi duluan. Mau ketemuan sama suami saya", ucap bu Wita sambil beranjak dari duduknya. " Oh iya An, bayarin punya saya ya."

"Hah? kok saya bu?" Ana kaget.

"Abisnya kamu berisik banget dari tadi! Pusing telinga saya dengarnya!"

"Ha? telinga bisa pusing? Eh, tapi kan bu peraturannya...." Ana ingin membela dirinya.

"Daaaa.... ", Bu Wita pun pergi dengan riang gembira.

Tinggallah Ana yang manyun-manyun sendiri. Semua rekannya pada menertawakannya.

" A.. a... Bu Wita Jahat... ", Ana merengek.

" Ya udah An, biar aku aja yang..." belum lagi Dinda selesai bicara.

"Pucuk dicinta ulam pun tiba!" tiba-tiba Ana teriak sangat bersemangat.

Ana pun langsung berlari ke arah seorang pria. Semua rekannya melihat Ana yang tiba-tiba berlari.

"Eh, ada pak Agra. Sendirian aja pak? Mending gabung sama kita", ucap Ana sambil merangkul tangan Agra.

" Apaan sih An? lepasin gak!" ucap Agra kesal.

Dinda heran melihat rekannya yang lain tenang-tenang aja sambil menikmati makanan mereka. Sedangkan Dinda merasa bingung dan ingin tahu Ana berbicara pada siapa. Mau nanya ntar di sangka kepo.

"Enggak! ayooo...Duduk di sini!" Ana menyeret Agra dan menyuruhnya duduk di tempat bu Wita tadi tepat di hadapan Dinda.

Dan akhirnya mata mereka pun saling bertemu. Deg! Jantung Agra tiba-tiba berdegup kencang. Agra langsung meremas dadanya yang terasa agak sakit. Dalam hati Dinda ada sedikit kecemasan melihat orang di hadapannya merasakan kesakitan. Tapi, dia tidak berani untuk berkata-kata. Dan anehnya lagi, walaupun ini pertama kali Dinda berjumpa dengan pria itu. Dinda merasa sedikit ada ketertarikan. Tapi Dinda mencoba membuangnya jauh-jauh. Mengingat belum lama ia berpisah dengan suami yang sangat ia cintai. Lagi pula, tidak seperti biasanya ia suka dengan pria pada pandangan pertama kecuali, Suaminya. Ya.. hanya dengan suaminya.

Terpopuler

Comments

@Kristin

@Kristin

Jantung yang sama pria yang berbeda.

2022-09-16

1

R.F

R.F

4like sdh aku vavorit semuq

2022-09-03

1

Rini Antika

Rini Antika

Semangat terus kak up ny, jgn males kayak aku..🤭

2022-08-03

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Rumah Masa Kecil
2 Bab 2. Wasiat
3 Bab 3. Donor Jantung
4 Bab 4. Pertemuan Dinda dan Agra
5 Bab 5. Sahabat Agra
6 Bab 6. Jantung Agra
7 Bab 7. Terungkap
8 Bab 8. Buku Undangan
9 Bab 9. Fatimah dan Ali
10 Bab 10. Aku Benci Kamu (Agra)
11 Bab 11. Agra Memimpikan Dimas?
12 Bab 12. Membeli Sebidang Tanah
13 Bab 13. Orang Tua Dinda
14 Bab 14. Ya Sudah Kita Menikah
15 Bab 15. Gaun Pernikahan
16 Bab 16. Kedatangan Orang Tua Agra
17 Bab 17. Dinda Kecewa
18 Bab 18. Ana Cemburu
19 Bab. 19 Teman Lama
20 Bab 20. Pisah Kamar
21 Bab 21. Kekasih Beno
22 Bab. 22 Salah Sangka
23 Bab 23. Salah Sangka 2
24 Bab 24. Hutang
25 Bab 25. Istri Durhaka
26 Bab 26. Tatapan Cinta
27 Bab 27. Hawa Panas
28 Bab 28. Nonton dan Belanja Bersama
29 Bab 29. Keakraban Agra dan Dinda
30 Bab 30. Kedatangan Tamu
31 Bab 31. Melihat Dia di Dirimu
32 Bab 32. Nasi Sudah Menjadi Bubur
33 Bab 33. Minta Cium
34 Bab 34. Mimpi di Cium
35 Bab 35. Salah Dimas?
36 Bab 36. Klik
37 Bab 37. Menjebak Beno
38 Bab 38. Secangkir Kopi
39 Bab 39. Di Makam Dimas
40 Bab 40. Ancaman Vio
41 Bab 41. Foto Vio dan Beno
42 Bab 42. Cinta Jadi Benci
43 Bab 43. Sayang
44 Bab 44. Serba Salah
45 Bab 45. Saling Mencintai
46 Bab 46. Di Goda Pria Lain
47 Bab 47. Terungkapnya Kejahatan Vio
48 Bab 48. Awal Pagi yang Indah
49 Bab 49. Canggung
50 Bab 50. Di Kamar Mandi
51 Bab 51. Vio di Larang Masuk
52 Bab 52. Sakit Pinggang
53 Bab 53. Kedatangan Ana
54 Bab 54. Ketemu Oppa Korea
55 Bab 55. Testpack
56 Bab 56. Menjebak Agra
57 Bab 57. Hasanah (End)
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1. Rumah Masa Kecil
2
Bab 2. Wasiat
3
Bab 3. Donor Jantung
4
Bab 4. Pertemuan Dinda dan Agra
5
Bab 5. Sahabat Agra
6
Bab 6. Jantung Agra
7
Bab 7. Terungkap
8
Bab 8. Buku Undangan
9
Bab 9. Fatimah dan Ali
10
Bab 10. Aku Benci Kamu (Agra)
11
Bab 11. Agra Memimpikan Dimas?
12
Bab 12. Membeli Sebidang Tanah
13
Bab 13. Orang Tua Dinda
14
Bab 14. Ya Sudah Kita Menikah
15
Bab 15. Gaun Pernikahan
16
Bab 16. Kedatangan Orang Tua Agra
17
Bab 17. Dinda Kecewa
18
Bab 18. Ana Cemburu
19
Bab. 19 Teman Lama
20
Bab 20. Pisah Kamar
21
Bab 21. Kekasih Beno
22
Bab. 22 Salah Sangka
23
Bab 23. Salah Sangka 2
24
Bab 24. Hutang
25
Bab 25. Istri Durhaka
26
Bab 26. Tatapan Cinta
27
Bab 27. Hawa Panas
28
Bab 28. Nonton dan Belanja Bersama
29
Bab 29. Keakraban Agra dan Dinda
30
Bab 30. Kedatangan Tamu
31
Bab 31. Melihat Dia di Dirimu
32
Bab 32. Nasi Sudah Menjadi Bubur
33
Bab 33. Minta Cium
34
Bab 34. Mimpi di Cium
35
Bab 35. Salah Dimas?
36
Bab 36. Klik
37
Bab 37. Menjebak Beno
38
Bab 38. Secangkir Kopi
39
Bab 39. Di Makam Dimas
40
Bab 40. Ancaman Vio
41
Bab 41. Foto Vio dan Beno
42
Bab 42. Cinta Jadi Benci
43
Bab 43. Sayang
44
Bab 44. Serba Salah
45
Bab 45. Saling Mencintai
46
Bab 46. Di Goda Pria Lain
47
Bab 47. Terungkapnya Kejahatan Vio
48
Bab 48. Awal Pagi yang Indah
49
Bab 49. Canggung
50
Bab 50. Di Kamar Mandi
51
Bab 51. Vio di Larang Masuk
52
Bab 52. Sakit Pinggang
53
Bab 53. Kedatangan Ana
54
Bab 54. Ketemu Oppa Korea
55
Bab 55. Testpack
56
Bab 56. Menjebak Agra
57
Bab 57. Hasanah (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!