Seorang cowok tengah melempar tatapan membunuh pada segerombolan anak laki-laki berseragam sekolah di depannya. Rahangnya mengeras, tatapannya mengunci seorang cowok yang tengah tersenyum sinis padanya. Tangannya terkepal kuat mencetak beberapa tonjolan garis otot yang cukup jelas, ketika melihat sepupunya terluka akibat jatuh dari motor. Bukan dengan sendirinya ia terjatuh, melainkan sengaja di tabrak oleh mereka, geng Gorized.
Geng itu memang selalu memancing kemarahan lebih dulu padanya, selaku ketua dari geng Clopster, Heaven Arsenio Galvander. Sejak dulu mereka memang tidak pernah akur, ada saja kelakuan mereka yang membuat geng Clopster naik pitam. Contohnya seperti yang terjadi saat ini, mereka sengaja menabrak salah satu anggota inti Clopster. Sepertinya akan ada yang kurang jika mereka tidak menggangu gengnya, meski mereka selalu kalah adu kekuatan juga nantinya.
"Sorry, gue nggak sengaja!" Bohong, raut wajahnya tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali. Si ketua Gorized -Regha justru malah tertawa dengan puasnya.
"Bangsat, nggak usah banyak bacot lo!" Heaven melangkah mendekat dengan tangan yang terkepal kuat.
Bugh
Satu bogeman mentah Heaven layangkan pada Regha, terang saja cowok itu langsung tersungkur kebelakang. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Lalu dengan gerakan cepat Heaven mencengkram kerah baju Regha yang masih terduduk di aspal jalan.
Bugh
Bugh
Bugh
Lagi dan lagi, Heaven memukul wajah cowok itu secara membabi buta. Anggota Gorized yang lainnya malah hanya diam saja, mereka baru bergerak saat Heaven sudah membuat wajah Regha dipenuhi luka lebam. Memang bodoh mereka itu.
Bugh
Sebuah bogeman baru saja mendarat di pipi Heaven. Meski tubuhnya masih berada di tempat, namun darah segar terlihat mengalir di sudut bibirnya. Cowok itu menyeringai sinis sembari menunjukkan tatapan membunuh, salah satu anggota Gorized yang telah memukulnya tadi langsung kicep.
"Hebat juga lo!" Heaven menatap dengan penuh kemarahan.
Tentu saja cowok tadi langsung mendapat serangan mendadak dari Heaven. Tidak perlu menunggu lama, cowok itu sudah terkapar tak berdaya.
"Maju lo semua!" pekik Heaven. Menantang sambil mundur ke belakang mencari tempat yang lebih luas untuk membantai semua anak sialan itu.
Tidak tanggung-tanggung, semua anggota Gorized langsung menyerang Heaven. Sekitar sepuluh orang lelaki kini tengah mengepung cowok itu. Tidak ada yang namanya takut, satu kata itu tidak pernah tercantum dalam kamus besar kehidupan Heaven. Baku hantam sudah teramat biasa ia lakukan, kini semua terlihat menyerang dengan tangan kosong.
Gala, cowok yang terluka tadi langsung mengambil ponsel dan mendial nomor anggota Clopster yang lainnya untuk segera datang membantu. Bukan Gala tidak percaya pada Heaven, tapi lebih baik anggota lainnya ikut membantu agar masalah cepat selesai. Apalagi waktu sudah semakin siang, mereka harus datang ke sekolah sebelum terlambat.
Tanpa menunggu lama, beberapa anggota Clopster datang. Sebagian ada yang langsung membantu Heaven yang sedang berkelahi, sementara sebagian hanya menyimak dari belakang. Tidak perlu semua ikut maju juga musuhnya yang satu itu sudah dipastikan akan kalah.
"Yang lainnya bawa Gala ke rumah sakit!" teriak Heaven di sela perkelahiannya.
"Nggak perlu, kita langsung ke sekolah aja, gue nggak mau bolos." Untuk apa Gala ke rumah sakit, lagipula menurutnya itu hanya sebuah luka kecil.
"Tapi tangan lo gimana?" tanya anak Clopster lain. Gala melihat ke arah siku di mana jaket kebanggaannya terlihat robek akibat beradu dengan aspal.
"Udah nggak papa, lo bawain motor gue!" Gala melempar kunci motornya pada salah satu temannya, lalu naik ke motor teman lainnya. Mereka langsung menuju sekolah meninggalkan Heaven bersama teman cowok lainnya. Bukannya tidak setia kawan, mereka hanya menurut apa kata Heaven.
Sedangkan Heaven masih sibuk berjibaku dengan lawan, bersama beberapa orang sahabatnya. Tidak perlu menunggu lama mereka sudah mengalahkan semua anak Gorized, hingga mereka semua terkapar di tengah jalanan sepi itu.
"Pergi lo semua sebelum gue bunuh lo satu persatu!" Semua anggota Gorized langsung kabur dengan tertatih menuju motor mereka masing-masing, mereka paham ancaman Heaven tadi bukanlah main-main.
"Gue bakal dateng lagi dan kalahkan lo beserta anggota Clopster lainnya!" Regha berteriak sebelum melajukan motornya, bukan Gorized namanya kalau menyerah begitu saja.
"Banyak bacot lo! Udah kalah juga!" Nanda berteriak geram, menatap remeh semua anak Gorized yang mulai pergi meninggalkan tempat.
"Emang nggak tahu malu lo semua! Putri aja masih punya urat malu!" sahut Agam ikut geram sambil menendang batu kerikil di depan kakinya.
"Hah Putri apaan?" Nanda melongo tidak mengerti dengan ucapan sahabatnya yang satu itu.
"Putri malu noh!" Agam menunjuk tumbuhan putri malu yang daunnya sudah menutup di pinggir jalan, akibat terinjak saat perkelahian tadi.
"Apaan sih Gam, random banget lo ngomong!" ucap Nanda menggeleng mendengar ucapan absurd sahabatnya.
Heaven hanya melihat kepergian musuhnya dengan dada yang masih bergemuruh. Kalau boleh di katakan sebenarnya ia ingin melenyapkan mereka semua agar tidak ada lagi keributan, pasti hidupnya akan damai. Tapi hati dan pikirannya masih waras untuk tidak melakukan hal itu.
"Cabut!" Satu kata yang keluar dari mulut Heaven langsung menginterupsi semua temannya.
Mereka langsung menuju sekolah menggunakan motor masing-masing, masih ada beberapa menit lagi sebelum gerbang sekolah ditutup. Mereka sampai setelah lima menit, jarak mereka berkelahi tadi memang tidak terlalu jauh dari sekolah. Tapi sesuai dugaan, gerbang sekolah sudah tertutup dengan sempurna beberapa menit yang lalu.
"Kita lewat tempat biasa!" titah Heaven.
"Oke!" seru Nanda setuju, diikuti yang lainnya.
Seperti biasa, jika ada yang telat mereka pasti memilih untuk memanjat tembok yang cukup tinggi pembatas area sekolah. Bukan hanya mereka saja, sebagian siswa juga melakukan hal yang sama, jika mereka bisa memanjat tentunya. Mereka menitipkan motor di warung tempat biasa anak Clopster nongkrong, setelah itu langsung menuju area samping sekolah.
Urusan panjat memanjat bukan hal yang sulit bagi Heaven dan teman-temannya, mereka sudah biasa melakukan tanpa perlu menggunakan tangga. Padahal di sana juga tersedia tangga, tapi setidaknya tangga itu untuk beberapa siswa yang tidak pandai memanjat. Entah siapa yang menyediakan nya di sana.
Heaven dan teman-temannya sudah berhasil melewati tembok tinggi itu dengan selamat. Heaven langsung berlari menuju UKS setelah mendapat pesan singkat dari Gala. Mereka memang sepupu, karena itu Heaven lebih akrab dengan cowok pendiam itu.
Lebih tepatnya mereka berdua adalah dua cowok yang sama sama irit bicara di sekolah. Mereka terkenal dengan kedinginan luar biasa jika sedang bersama, seperti kutub utara dan selatan yang sedang bersatu membuat mental orang yang melihatnya menciut. Selain dengan Gala, Heaven juga dekat dengan Agam dan Nanda. Mereka juga berada di satu kelas yang sama sekarang, yaitu kelas XII IPS 3.
Heaven terus berlari menyusuri koridor, tanpa mendengarkan panggilan kedua sahabatnya. Cowok itu sedang khawatir dengan keadaan sepupunya, Gala Putra Pradipta. Masih dalam posisi berlari Heaven berbelok ke kanan, ruang UKS berada di ujung sana. Heaven terus berlari tanpa melihat dengan benar, tidak sadar jika di depan sana ada seorang gadis yang tengah kebingungan mencari sesuatu. Barulah Heaven sadar ketika gadis itu sudah berada tepat di depannya, sontak ia mengerem.
Brukk
"Aduh...."
Terlambat, gadis itu sudah tertabrak oleh dada bidangnya. Gadis cantik berkuncir satu itu membuatnya terdiam beberapa saat, mengamatinya yang sedang duduk meringis sambil mengelus bokongnya yang baru saja mencium kerasnya lantai berwarna putih itu. Wajahnya tampak tidak asing, Heaven merasa seperti pernah melihat wajah itu sebelumnya.
Cantik!
Baru kali ini seorang Heaven memuji seorang perempuan, biasanya ia tidak pernah sekalipun melirik para gadis yang berlomba-lomba untuk mendapatkan hatinya. Entahlah, mungkin matanya sedang bermasalah akibat perkelahiannya tadi. Heaven hendak pergi, tapi hati kecilnya menyuruh untuk membantu cewek itu.
Tanpa sadar ia sudah mengulurkan tangan untuk membantunya, aneh sekali, biasanya juga ia tidak peduli dengan hal-hal seperti ini. Heaven menepis semua hal aneh yang terlintas dalam pikiran ketika tangan lembut itu menyentuhnya. Mungkin itu hanya perasaan yang muncul ketika membantu orang lain saja, setidaknya ia sudah sadar diri bahwa itu adalah kesalahannya. Meski tidak biasanya ia melakukan hal itu.
"Darah!" Cewek cantik itu terkejut.
Heaven mengernyit heran lalu melirik tangannya yang mengeluarkan darah. Ayolah inikan hanya hanya luka kecil, bagi Heaven luka sekecil itu tidak ada rasanya.
"Maaf gue nggak sengaja!" Heaven masih sibuk menatap raut wajah cewek itu, menurutnya sedikit lucu saat bibir mungil itu mengucapkan kata maaf.
Heaven sempat tersentak saat tangannya kembali dipegang oleh cewek itu, untung saja dia bisa mengendalikan kembali semuanya. Sebuah seringai tipis muncul di bibirnya, ketika mengingat siapa sebenarnya cewek yang belum diketahui namanya itu. Cewek itu tengah membalut lukanya dengan plester, ia hanya diam membiarkannya kerena sibuk mengamati wajah cantik itu.
Hidung mancung, mata bulat, bulu mata lentik dan bibir mungil berwarna pink dan... Ah tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata lagi. Semua terpahat dengan sempurna, sepertinya tuhan sedang sangat bahagia ketika menciptakannya dulu.
Heaven terus menatap tanpa mendengarkan apa yang sedang di katakan cewek itu, bahkan ia tidak peduli dengan pertanyaan dari sahabatnya. Ia bisa melihat cewek itu sedikit ketakutan saat teman-temannya datang. Heaven terus memperhatikannya, sampai pada akhirnya cewek cantik itu pergi meninggalkannya.
Sial, gue lupa cari tahu namanya.
*********
Gala Putra Pradipta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
MirMi B3
mukanya gala lebih cocok jadi heaven sih thor,karena wajah gala ini lebih dingin dan tajam drpd wajah heaven. wajah heaven tuh kalem tp dingin 🙏🙏😅
2022-11-11
0
Susi Achmad
semangat terus thor😁😁😁👍👍
2022-10-06
1
IG: _anipri
Heaven udah luluh kayaknya nih
2022-09-12
0