Ahirnya Bayu bisa menyusul Laras, dan mereka berdua bersepeda dengan beriringan.
Suasana hening menyelimuti mereka.
Bayu menengok ke arah Laras "Ras Laras, diem aja dari tadi.?"
Laras tidak mampu berkata kata, dia masih fokus di jalanan dengan wajahnya yang merona diiringi senyum yang tertahan.
"Woe, Laras Permatasari binti Haryono dengan mas kawin rasa cintaku setulusnya dibayar tunai SAHHH." Bayu menggoda Laras yang terlihat salting.
"Ngomong sekali lagi tak pecel kamu Yu." Laras tiba tiba cemberut dan berkata dengan jengkel.
"Lagian diem aja dari tadi"
"Biar to orang mulut mulutku" Laras menjawab ketus.
Begitulah Bayu dan Laras. Terkadang seperti kucing dan tikus yang tak pernah akur, matahari dan embun yang tak pernah menyatu, tapi terkadang mereka seperti merah dan jingga di dalam pelangi yang tak mampu terpisah jauh.
Tak berapa lama Laras tiba di depan rumahnya.
"Aku duluan Yu, mau siap siap buat berangkat nanti agak sorean" Laras menggowes sepedanya menuju pekarangan rumahnya.
Bayu hanya tersenyum.
Laras sampai di rumahnya. Setelah menurunkan dongkrak dari kejauhan Laras memperhatikan Bayu. Bayu seakan mempunyai firasat ada sepasang mata indah memperhatikannya, dia menoleh dan tersenyum pada Laras. Kemudian semua berlalu.
Jelas itu bukan perpisahan yang pantas untuk dua sejoli yang bersiap melawan ruang dan waktu, bersiap melawan pedihnya rindu, dan sedang melawan takdir yang tak menentu.
Tak berapa lama Bayu sampai di rumahnya.
"Assalamualaikum. Buk ?" Bayu salam sembari memasuki rumah.
"Waalaikumsalam." Ibu menjawab, dari suaranya sepertinya Ibu ada di belakang rumah sedang memberi makan ayam.
Baru beberapa langkah Bayu masuk rumah, suara motor Bapak terdengar memasuki halaman.
Setelah memarkirkan motornya, Bapak memberi salam "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Bayu menjawab.
"Dari mana Pak, bukanya tadi ke Pak Kades, tak liat motornya Bapak gak ada di sana" imbuh Bayu
"Dari rumah Darman, tapi Darman ngak ada e. Mau minta tolong besok bagi bagi bibit ke warga yang sudah pesen sama Pak Kades, Soalnya Pak Kades mau nganter Laras mungkin 2 atau 3 hari dia baru bisa pulang." Bapak menjelaskan sambil berjalan ke dapur menaruh rantangan kosong dan mengambil air minum.
"Owalah. Darman kayaknya mau ke Desa Mekar, tadi aku bertemu d jalan" Bayu menjelaskan sambil ikut berjalan ke dapur.
Suasana yang harmonis dari keluarga Bayu, kesederhanaan yang begitu tentram.
...Kemudian....
Bayu membuka tudung saji. Terlihat nasi, telur goreng, ikan asin, tahu dan sambel pete. Jelas itu makanan terenak se jagat raya karena Ibu yang memasaknya.
Setelah mengambil berbagai jenis sumber tenaga itu di piring, Bayu beranjak, Ia menikmati makanan itu di teras depan rumah.
Walau itu makanan terenak se jagat raya. Rasanya tenggorokan Bayu engan menelanya. Dia masih kepikiran Laras, Bayu ingin melihat Laras paling tidak untuk sekali lagi saja sebelum gadis idamannya itu jauh dari Bayu untuk waktu yang lama.
Mendadak Bayu terburu buru menghabiskan makananya. Setelah menghabiskan makananya dan menaruh piring kotor ke tempat cuci piring dia terburu buru juga membasuh tanganya.
"Mau kemana Le. Kok buru buru.?" Ibu bertanya dengan heran.
"Keluar bentar buk. Assalamualaikum." Bayu segera kehalaman rumah.
"Waalaikumsalam. Oiya le jemput adikmu sekalian ya" Ibu berkata sambil sedikit berteriak.
Sedangkan bapak haya terheran heran melihat tingkah Bayu.
"Iya Bu..." Bayu menjawab sambil siap menggowes sepeda kumbangnya.
Terdapat ide gila di pikiranya. Ia akan ke rumah Laras, entah nanti beralasan apa ke Pak Kades dia akan pikirkan sambil terus menggowes sepedanya.
Pedal terus dia injak bergantian tapi bertenaga. Pandanganya fokus di jalanan yang sedikit kasar dengan tanah yang kurang rata.
"semoga masih sempat, semoga masih sempat" bayu dalam hati terus bergumam.
Terlihat rumah Laras, tapi tak terlihat mobil yang akan mengantar Laras. Bahkan pintu rumah dan jendela sudah tertutup semua.
" aduh mati aku.." Bayu berkata sendiri
Dia terus menggowes sepedanya. Kali ini tujuanya gapura masuk desa.
Sebenarnya ada jalan pintas bila hanya untuk kendaraan roda 2 atau sepeda. Tapi harus melewati pekarangan belakang rumah warga dan sungai pinggiran desa. dan Bayu mengambil jalan itu.
"krocak krocak krocak."
suara sepeda kumbang Bayu.
Dia terus menggowes sekuat tenaga. Kondisi sepeda tua itupun sudah tak diperdulikannya, dimana sudah mulai kocak di sana sini karena Bayu terlalu memaksa mengendarainya.
Bayu sampai di jalan raya dan 100 meter dari sana adalah gapura desa.
Tapi sial bagi Bayu, mobil Pak Kades sudah terlihat keluar dari gapura.
Ia menggowes dengan kencang pedal sepedanya. Tapi laju mobil Pak Kades semakin cepat setelah keluar dari gapura desa.
Terlambat.
Bayu tidak mampu menyusulnya.
Bayu berhenti, nafasnya terengah engah.
Disandarakan sepeda itu di tembok pos kamling sebelah gapura, dia duduk terlentang di kursi pos yang terbuat dari semen sambil mengatur nafasnya.
Matanya terpejam, kesedihan dan kekecewaan jelas terpancar dari raut mukanya, dan mau tak mau dia harus rela mengikhlaskan kepergian Laras tanpa sempat melihatnya sekali lagi.
setelah beberapa menit Bayu di sana.
Bayu beranjak dari tempat duduknya, mengambil sepedanya tapi kali ini Bayu menuntunnya menuju ke sekolahan Raka.
setelah sampai di sekolah. ternyata murid murid belum bubar.
disandarkan sepedanya di pagar sekolah. dia melihat kondisi sepedanya. ada beberapa mur dan baut yang longgar, ia mengencangkan dengan seadanya saja.
Bayu masih merenung sambil jongkok, ia memegang ban sepedanya, ada sedikit rasa penyesalan dan kebimbangan, karena untuk beberapa bulan ke depan Bayu tak akan melihat senyumnya, bibir tipisnya, mata bulatnya, canda tawanya Laras lagi.
kringgggggggg...
suara bel sekolah berbunyi.
terlihat anak anak berseragam putih merah dengan dasi merah tut wuri handayani keluar dari kelas satu per satu.
Bayu berdiri menunggu Raka sambil menatap ke arah langit.
"ayo Mas" tiba tiba Raka menyapa di belakang Bayu.
Bayu segera menaiki sepedanya, kemudian Raka menyusul naik di boncengannya. tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut Bayu, biasanya ada saja yang di katakan Bayu pada adiknya hanya untuk menjaili adiknya dan membuat Raka kesal.
mungkin Raka tak mengerti apa yang sedang terjadi. tapi ia tau ada yang lain dari kakanya.
"Mas. Ibuk masak apa Mas ?" Raka bertanya.
"aku luaper e. capek mikir matematika di sekolah tadi" imbuhnya.
"tahu" Bayu menjawab singkat.
"gak ada nasinya. gak ada sayur ya gak ada sambelnya..?" Raka bertanya dengan polosnya.
"ya nanti liaten aja sendiri." Bayu menjawab dengan muka datar.
Bayu hanya berfokus menggowes dan melihat jalanan. tapi semesta tau jiwanya tidak di sana.
Bayu yang bisanya periang dan suka mengoda adiknya kini seperti orang yang berbeda. kesedihan yang mendalam sedang merasukinya. kini dia berharap agar waktu cepat berlalu, hari cepat berganti dan bulan segera menemui purnama demi purnama, agar dia dapat menemui Laras kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Albertus Sinaga
perpisahan tanpa sepatah kata
2025-01-02
0
Ufika
semoga bertemu kembali
2022-06-22
4
Maminya Nathania Bortum
bagus ceritenye.
2022-04-19
3