Chapter 3

Sunny berjalan mengendap-endap memasuki rumahnya, setelah dilihat aman, langsung berjalan menuju pintu kamarnya, berharap tidak bertemu Chintya -Ibunya- , bisa heboh nanti melihat badannya berlumuran ice cream.

"Aman," ucap Sunny saat berhasil memasuki kamarnya.

Dengan cepat, Sunny melepas tasnya, meletakkan diatas meja belajarnya lalu melepas sepatu dan kaos kakinya dirapikan di rak sepatu, kemudian bergegas memasuki kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

Sunny melepas kemeja putih sekolahnya, kemudian membilas noda ice cream dengan air, lalu menggantungnya dengan hanger baju di pojok kamar mandi.

Karena badan terasa lengket akibat ice cream tadi, Sunny pun memutuskan untuk mandi.

"Segarnya," ucap Sunny keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Kau mandi?" kaget Chintya karena tidak biasanya pulang dari sekolah Sunny mandi.

"I... Iya, Bu, diluar panas, hehehe...." Sunny berusaha bersikap wajar pada Ibunya. Sunny tidak mau menceritakan hal yang baru saja terjadi pada Chintya, karena tidak ingin membuat khawatir kedua orang tuanya. Dan memang kebetulan juga cuaca hari ini sangat terik.

"Cepatlah pakai gaun ini, kau akan diajak Tuan Rudolf memilih gaun pengantin," Chintya mengangkat gaun yang sedang dipegangnya saat ini, kemudian menutup pintu lemari pakaian dihadapannya.

Sunny melihat gaun berwarna cream polos, dengan ikat pinggang bergerigi kecil menjadi padanannya.

"Ibu tunggu di bawah, sayang," ucap Chintya sambil meletakkan gaun berwarna cream itu diatas tempat tidur, dan berjalan menuju pintu kamar untuk keluar.

"Tapi mengapa mendadak sekali?" tanya Sunny bingung.

"Entahlah, Ibu juga baru dihubungi oleh Ayahmu tadi, Ibu menelponmu tapi tidak ada jawaban, saat Ibu masuk ke kamarmu, ternyata kau sudah pulang dan sedang mandi," jelas Chintya.

Chintya menghampiri Sunny yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Kau akan pergi bersama calon mertuamu, Ibu harap kau bersikap sopan padanya, apalagi Tuan Rudolf orang terpandang di kota ini, Ibu harap kau mengerti sayang, jangan kecewakan Ayah dan Ibumu ini," Chintya mengusap lembut rambut Sunny yang masih basah sambil tersenyum.

Sunny hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Kemudian Chintya bergegas turun untuk menemui Frans dan Tuan Rudolf di bawah.

Saat tadi di tempat kerja, Tuan Rudolf tiba-tiba datang menemui Frans dengan maksud untuk mengajak Sunny ke butik langganan keluarga Rudolf untuk memilih dan mencoba beberapa gaun pengantin yang sudah disiapkan oleh Nyonya Rebeca -istri Tuan Rudolf-.

Frans pulang bersama Tuan Rudolf ke rumah Frans, sedangkan mobil Frans akan di bawa sopir nanti. Dan Nyonya Rebeca sudah menunggu di butik.

Sunny menuruni anak tangga secara perlahan. Sunny memakai gaun yang dipilihkan Ibunya tadi, dipadukan dengan flatshoes berwarna senada dengan gaun yang dipakai yaitu warna cream. Dan rambut yang dibiarkan terurai karena rambutnya masih sedikit basah.

Sunny merasa gugup setelah berhadapan dengan Tuan Rudolf.

"Tu... Tuan Rudolf. Sa... Saya siap,"

****

Sunny duduk bersebelahan dengan Tuan Rudolf di dalam mobil.

Tuan Rudolf memperhatikan Sunny yang masih menundukkan kepalanya karena gugup.

"Kau tidak usah gugup seperti itu. Bersikap biasalah seperti kau bersikap dengan kedua orang tuamu," pinta Tuan Rudolf kepada Sunny.

"Ta... Tapi Tuan...."

"Panggil aku papa, karena sebentar lagi kau akan menikah dengan putraku,"

"Ba... Baik Tu... Papa," ucap Sunny tergagap dan langsung membenarkan ucapannya.

Sunny ingat pesan Ibunya, untuk menuruti semua permintaan dan perkataan Tuan Rudolf dan Nyonya Rebeca. Jangan sekalipun membantahnya, karena takut kalau Tuan Rudolf dan Nyonya Rebeca akan sakit hati dan membatalkan pernikahannya lalu Ayah dan Ibunya akan masuk penjara nanti. Apalagi Tuan Rudolf orang yang terpandang dan disegani di kota ini.

"Anakku tidak bisa ikut menemanimu untuk memilih gaun pengantin karena satu dan lain hal, apa kau tidak apa-apa hanya ditemani oleh papa dan mamamu?" ucap Tuan Rudolf sambil memandang kearah Sunny.

"Ti... Tidak apa-apa papa," Sunny berusaha tenang menjawabnya.

Tuan Rudolf tertawa senang mendengar jawaban Sunny.

****

Sesampainya di butik, Sunny disambut ceria oleh Nyonya Rebeca. Dan langsung diajak masuk ke dalam butik untuk memilih gaun pengantin yang sudah disiapkan olehnya sejak tadi.

Sunny sedari tadi bingung untuk memilihnya, karena ada sepuluh gaun pengantin dihadapannya yang sangat indah, tapi entah kenapa Sunny merasa kurang tertarik untuk memilih salah satu diantaranya apalagi untuk mencobanya.

Tiba-tiba Sunny melihat gaun pengantin yang bercorak keemasan dan sedikit bersinar di dalam lemari kaca.

Sunny berjalan mendekatinya kemudian teringat sesuatu, tapi apa ya?

"Ah... Kalung itu, ya warnanya senada seperti kalung itu," gumam Sunny karena telah mengingatnya.

Tetapi Sunny ragu untuk mengatakan hal ini kepada Tuan Rudolf dan Nyonya Rebeca. Sunny takut, pilihan gaunnya ini tidak diterima oleh mereka.

Sunny perlahan berjalan mendekati Tuan Rudolf dan Nyonya Rebeca, bermaksud untuk mengutarakan ketertarikannya dan memilih gaun pengantin bercorak keemasan itu.

"Maaf... Pa... Ma... Bolehkah aku memilih gaun yang berwarna keemasan itu?" tanya Sunny sedikit ragu. Dan takut bila tidak disetujui.

Tuan Rudolf dan Nyonya Rebeca bersamaan melihat ke arah gaun yang dimaksud Sunny.

"Cobalah," ucap Nyonya Rebeca sambil tersenyum lembut ke arah Sunny.

Nyonya Rebeca memerintahkan pegawai butik untuk menurunkan gaun dan membantu Sunny untuk memakainya.

Sunny memasuki ruang ganti di butik tersebut, menanggalkan gaun berwarna creamnya dan kemudian dibantu dua orang pegawai butik untuk memakai gaun pengantin bercorak keemasan itu.

Setelah beberapa saat kemudian, kedua pegawai butik itu membuka gorden sebagai pembatas antara ruang ganti pakaian dan ruang tunggu.

Alangkah terkejutnya Tuan Rudolf dan Nyonya Rebeca yang melihat Sunny memakai gaun pengantin bercorak emas, sedikit bergelombang di bagian bawahnya, bermotif bunga dengan corak keemasan lebih tua dari warna gaun, serta ada sentuhan berlian dibagian dada.

"Wow... Kau sangat-sangat cantik dan menawan sekali sayang, kau memang sangat pintar dalam memilih, benarkan suamiku?" Nyonya Rebeca memandang Tuan Rudolf tersenyum senang.

"Benar," setuju Tuan Rudolf.

"Apa mama dan papa tidak marah, atas pilihanku ini?" tanya Sunny penasaran.

"Bagaimana kami bisa marah, sayang, pilihan gaunmu ini sangat-sangat cantik," jawab Nyonya Rebeca sambil menggenggam erat kedua tangan Sunny.

"Kalau begitu, kita akan buat pesta pernikahan bertema gold, bagaimana menurutmu, kau suka?" tanya Nyonya Rebeca antusias kepada Sunny.

"A... Aku menurut saja ma,"

Tawa bahagia mereka bertiga terdengar di dalam butik yang oleh pemilik butik sengaja dikosongkan untuk privasi Tuan Rudolf.

Memang "Butik Matilda" -nama butiknya- sudah menjadi langganan dari keluarga Tuan Rudolf. Ibu dari Tuan Rudolf yang selalu cocok dengan gaun atau busana apa saja dari Butik Matilda, karena menurutnya jahitannya rapi, sesuai dengan selera, desainnya selalu unik berbeda dari butik manapun dan selalu pas dibadan, sehingga menjadikannya sebagai butik andalan keluarga Tuan Rudolf.

****

Sunny sudah membersihkan tubuhnya kembali dan bersiap untuk tidur, setelah tadi di wawancara dengan banyak pertanyaan oleh kedua orangtuanya, dan di jawab oleh Sunny dengan antusias.

Kedua orangtuanya sangat terkejut dan tak menyangka saat Tuan Rudolf dan Nyonya Rebeca menyuruhnya memanggil papa dan mama. Ternyata Tuan Rudolf tak seburuk yang Frans dan Chintya bayangkan selama ini serta dengar dari orang-orang sekitar.

Orang-orang sekitar banyak mengatakan bahwa Tuan Rudolf adalah pria yang sangat kejam dan tak mengenal belas kasihan, mungkin orang-orang itu berpikiran seperti itu karena belum mengenal Tuan Rudolf secara baik.

Saat Sunny bersiap akan memejamkan matanya. Ia melihat bayangan seseorang berdiri di balkon jendela kamarnya, dengan perlahan Sunny turun dari tempat tidur dan berjalan menuju balkon.

Sunny membuka gorden dan nampaklah seseorang dengan memakai jubah dan penutup wajah serba hitam, serta menampakkan manik merahnya yang menatap Sunny dengan penuh kelembutan.

Jarak Sunny dan seseorang itu hanya terhalang oleh jendela kaca. Sehingga Sunny sangat amat jelas melihatnya.

"Si... Siapa kamu?"

Terpopuler

Comments

Erriz M'Prima

Erriz M'Prima

no coment...lnjutkn

2022-04-01

0

Ulfa Zahra

Ulfa Zahra

Kenapa sih kamu ngga jujur sunny.
Pasti gugup benget kamu sunny.
Sepertinya Papa Rudolf sama istrinya itu baik deh, tapi ngga tau sama anaknya.
Wa bagus sunny, kamu yang terbaik deh.
Siapa

2022-03-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!