"tidak perlu marah, nanti cepat tua loh." ejek ibu Xia.
"sudah, jangan digoda lagi. Nanti kalau beneran ngambek, aku yang susah." ucap Juna menahan tawa.
"memangnya kenapa, Kak?" ujar Xia dengan polosnya.
Juna menginjak rem tiba-tiba, "takut gak dikasih restu." sembari menoleh kebelakang.
"hoho gadis mana yang menarik kak Juna ku ini?" ujar Xia mengejeknya.
Juna melirik kearah Reina, dan Xia pun paham maksudnya. "aku mengerti." ujarnya sembari tersenyum nakal.
"apa yang kau mengerti?" ucap ibunya menyelidiki. Xia menarik lengan baju ibunya sembari membisikkan sesuatu kepadanya, "aku juga mengerti" ucapnya tersenyum kearah Xia.
"apa ada yang bisa memberitahuku?" ujar ayahnya menoleh kebelakang.
Xia dan ibunya menatap satu sama lain, "tidak!" ucapnya bersamaan.
"tapi, kenapa kau bisa tahu?" tanya ibunya.
"ibu, aku ini sudah besar. Pasti mengerti kode seperti itu." ucap Xia dengan bangga.
"oh… berapa banyak yang kau terima?" ujar ibunya menatap Xia.
"banyak" sahut Xia yang keceplosan.
"eh" batin Xia yang tersadar.
"sepertinya… ayah akan kewalahan memilih calon menantu." ucap Juna menertawakan Xia.
"berhenti mengejekku!" ucapnya yang tersipu malu.
Sesampainya dirumah, Juna langsung mengantar Reina dan Rere kembali ke rumahnya.
Ting… sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Xia.
"message dari Lala? segera ke kampus, ada pengumuman baru. Pengumuman? siang-siang begini?" sembari menutup ponselnya.
Xia berjalan kearah garasi sembari mengeluarkan sepeda gunungnya, "ibu, aku ke kampus dulu." hendak mengayuh sepedanya.
"hati-hati! jangan ngebut!" teriak ibunya. Xia membalas dengan memberikan jempol keatas.
Universitas Yiling
Nampak suasana ramai memadati halaman depan Universitas, para mahasiswa-mahasiswi dikumpulkan disana untuk mendengar sebuah pemberitahuan.
Seorang dosen maju ke atas koridor, "maaf karena mengganggu waktu berlibur kalian, disini saya akan menyampaikan pemberitahuan." sembari mengeluarkan amplop dari sakunya.
"ada dua pemberitahuan, yang pertama adalah… universitas kita akan menyeleksi siswa-siswi yang berbakat untuk mengikuti ajang kompetisi Victor, di Negara B bulan depan. Jadi, siapkan diri kalian semaksimal mungkin jika ingin terpilih." sembari memasukkan amplopnya ke sakunya kembali.
"wah, itu kan ajang kompetisi paling bergengsi." para siswa-siswi yang saling bertukar informasi.
"itu saja?" gumam Xia hendak meninggalkan halaman sekolah.
"pengumuman yang kedua adalah…"
"cepat, dengarkan, jangan berisik!"
"pemilik universitas ini yang akan menjadi mentor pendamping siswa yang mewakili." ucapnya sembari mempersilahkannya maju keatas koridor.
Seorang pria berjas hitam dengan kemeja putih maju keatas koridor, "hallo semuanya, saya Marcus Vivan."
Xia menghentikan langkahnya.
"Saya yang akan menjadi mentor siswa yang terpilih, Semangat!" mengakhirinya dengan senyuman.
"aghh, dia tampan sekali." ucap orang-orang sekitar saling berdesakan untuk melihatnya dari dekat.
"hanya begitu saja?" batin Xia sembari melanjutkan langkahnya tanpa menoleh kebelakang.
"kenapa tidak lewat WeChat saja? membuang waktuku saja." menggerutu sepanjang jalan.
Parkiran Sepeda
"hei, sepeda itu punyaku." ricuh dua gadis yang sedang bertengkar di tempat parkir. Keduanya mengaku sebagai pemilik sepeda tersebut. Yang satu ngotot bilang punya dia, sedang yang satu bilang itu punya kakaknya.
Karena menghambat lalu lintas, membuat petugas penjaga menghampiri mereka, "ada apa ini?" sembari berjalan mendekat.
Salah seorang dari mereka melangkah maju dan mejelaskan, "gadis ini mengaku-ngaku sebagai pemilik sepeda ini, pak." ucapnya dengan tegas. Gadis yang dituduh tentu saja tidak terima akan hal itu, "sembarangan, yang ada kamu itu yang ngaku-ngaku." sembari menudingnya.
Xia berjalan kearah sepeda yang dia parkir, namun disana dipadati oleh kerumunan mahasiswa. "ada apa ini? kok rame banget?" ucapnya menoleh kanan kirinya.
"iniloh, ada dua siswi yang berebut sepeda." sahutnya terus menonton kejadian pertengkaran kedua gadis itu.
Xia menoleh kearahnya, "hanya karena itu?" seolah tak percaya dengan yang terjadi.
Bukannya penasaran dengan rupa mereka, namun Xia ingin mengambil sepedanya yang bersebelahan dengan kedua gadis yang bertengkar itu. Tapi siapa sangka saat keduanya bertengkar malah merusak sepeda disebelah mereka, salah satunya milik Xia.
"eh, sepedaku." ucapnya yang berlari hendak menyelamatkan sepedanya.
Pak penjaga menghadangnya dan berkata, "kau mau apa? bergabung?" menatap tajam Xia.
Xia mendongak kearahnya, "pak, jika kau tidak melerainya, sepedaku jadi taruhannya." ucapnya yang berkaca-kaca.
Pak penjaga menghela nafas panjang, "pergilah"
"terimakasih, pak" berjalan kearah sepedanya.
Salah seorang dari mereka menjulurkan tangannya ke depan, "dasar kau penipu." sembari mendorongnya dengan keras.
"aaa" kehilangan keseimbangan tubuhnya.
Setelah beberapa saat, gadis itu membuka matanya sebelah, "aku tidak apa-apa." sembari mendongak kearah Xia.
"kenapa kau menolongku?" sembari menyeimbangkan tubuhnya. Dengan tegas Xia menjawab, "kau merusak sepedaku." sembari menarik sepedanya yang roboh.
"kalian harus mengganti rugi." ucap Xia sembari membalikkan badannya.
Keduanya sontak menjawab, "aku tidak akan mengganti rugi." ucapnya bersamaan.
Xia berjalan mendekati keduanya, "oh, haruskah aku menghancurkan sepeda kalian sebagai ganti rugi?" sembari menepuk pundak mereka.
Salah seorang dari mereka membantah, "hei, aku ini sedang memperjuangkan hak milikku." ucapnya sembari menepis tangannya.
"aku juga melakukan hal yang sama." ucap Xia memberi senyuman pahit.
PROK…PROK…PROK… terdengar suara tepuk tangan dari luar kerumunan.
"kira-kira bagaimana nona akan menyelesaikan ini?" ujarnya berjalan mendekat.
Xia menjawab, "ganti rugi!" tanpa menoleh kearahnya.
"apa dia tidak tahu, sedang berbicara dengan siapa?" gumam orang-orang sekitarnya.
Orang itu mendekat kearah Xia dan berkata, "bagaimana jika sepeda itu milikku?" ucapnya berdiri dihadapan Xia.
Xia mendongak kearahnya, "maka anda harus ganti rugi." sembari menatapnya dengan tajam.
"jika aku tidak mau ganti rugi?" ucapnya sembari membungkukkan badannya.
Xia spontan menarik kera bajunya, "mudah saja, tinggal melapor ke polisi." bisiknya ke telinga orang itu.
Semua terkejut dengan tindakan yang dilakukan Xia. Bahkan ada yang pingsan ditempat.
"jika aku menolak?" melepaskan cengkeramannya sembari merapikan bajunya.
Xia menuntun sepedanya keluar, "maka bertemu di pengadilan." ucapnya sembari melambaikan tangannya.
"pak, kau tidak apa-apa?" beberapa dosen menghampirinya.
Orang itu tersenyum sambil berkata, "saya tidak apa-apa." sembari meninggalkan tempat parkir.
"kami tidak tahu kenapa, sifat gadis itu berubah dalam beberapa bulan yang lalu." ucapnya yang membuntutinya dari belakang.
"tambahkan dia sebagai kandidat." ucapnya sembari meninggalkan para dosen yang cerewet itu.
"hah? benaran?" para dosen kebingungan dan saling menatap satu sama lain.
"kerjakan tugas kalian dengan baik." ucapnya sembari masuk kedalam mobilnya.
"baik, pak." ucap bersamaan.
Didalam mobil orang itu membuka ponselnya sambil menatap foto Xia yang diunggah di akun sekolah, "menarik" ucapnya menyimpan fotonya sembari bersandar di kursinya.
Berhenti di lampu merah, supirnya bertanya, "pak, sekarang kita akan kemana?" ucapnya melihat bosnya dari kaca spion dalam.
"panti asuhan citra lestari." ucapnya sembari mematikan ponselnya.
"baik, pak." sahutnya sembari melihat lampu hijau dan menginjak gas mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Eka Candra
masih bingung ma jalan ceritanya 🤔🤔🤔
2024-05-24
0
Yan
genre cina tapi nama indo tidak mengasyikan membaca nya 🥴🥱
2022-12-05
0