Siang hari dirumah Reina, suasana menjadi sangat ramai dengan tingkah laku adiknya yang makan dengan lahap.
Reina mengambil tisu dan mengusapkannya pada mulut adiknya itu, "sudah, jangan makan lagi. Nanti kau akan seperti bola." menutup mulutnya menahan tawa. Tapi Rere tidak memperdulikannya dan terus makan dengan lahap, "biarkan saja, kapan lagi aku akan makan masakan, kak Xia." ucapnya dengan mulut yang penuh dengan makanan.
Xia berjalan mendekat sambil membawa masakannya yang lain, "Rei, karena kau tidak bisa makan pedas. Jadi, ku buatkan ini untukmu." meletakkannya di meja sambil menarik kursi disebelah Reina.
Reina menatap masakan itu, “aku jadi merepotkanmu.” menoleh kearahnya. Xia tersenyum, “kau ini. Oh iya, lusa kalian sibuk tidak?” menoleh kearah Rere. Ia langsung menjawab, “tidak, kami selalu di rumah.” membersihkan mulutnya.
“memangnya ada apa?” tanya Reina seraya mengambil nasi. Xia duduk disebelahnya, “kami akan ke puncak. Kalau kalian ada waktu, ikutlah bersama kami.” memasang muka berharap. Keduanya menganggukkan kepalanya dengan serempak.
Setelah puas bermain, Xia berpamitan pulang, “hati-hati di jalan, Kak Xia.” ucap Rere melambaikan tangannya.
Disepanjang jalan Xia terus melamun, “mereka sudah setuju. Dengan begini, aku tidak akan kerepotan melindungi mereka.” batinnya berjalan selangkah demi selangkah.
Tiga hari kemudian, suasana amat ramai di sebuah hotel berbintang. Tempat acara dibagi menjadi dua, satu khusus membahas bisnis dan yang satu untuk sosialita. Semua yang hadir saling bersosialisasi untuk mempererat hubungan bisnis mereka. Akan tetapi anggota keluarga Ling belum ada yang terlihat disana.
Tap…tap…tap… Sang Ratu bersiap memasuki aula gedung seorang diri. Xia menghela nafas panjang, “Ling Xia, pembalasan dendam mu akan dimulai. Lihat, bagaimana caraku mendidik mereka semua!?” batinnya menatap keramaian dari pintu masuk.
Saat melangkah masuk, semua sorot mata mengarah padanya. Terdengar bisikan dari kerumunan orang-orang, "dia cantik sekali, siapa dia?" gumam orang sekitar sambil menatapnya.
Xia melangkah kedalam tanpa menoleh kearah sekitarnya, "memangnya aku secantik itu?" batinnya memasang muka datar.
Tiba-tiba seorang anak kecil melintas dan menumpahkan minuman di gaunnya, "maafkan aku." ucapnya menundukkan kepalanya. Xia membungkukkan badannya, "apa kau terluka?" sambil memegang pundak anak kecil itu. Anak itu menggelengkan kepalanya.
Xia: author kau sengaja?
Author: aku tidak melihat apapun.
Selang beberapa saat, Xia sudah mengganti gaunnya dengan yang baru. "semoga tidak ke tumpahan lagi." ucapnya menatap cermin didepannya. Seseorang datang melapor padanya, "Bos, orang keluarga Ling sudah datang." ucapnya menghadap Xia.
Xia membalikkan badannya, "akhirnya yang ditunggu datang juga." berjalan menuju aula gedung.
Sebelum memulai, mereka sudah membuat kerusuhan terlebih dahulu, "apa kau tidak tahu? bajuku ini sangat mahal!" bentak seorang wanita kearah anak kecil didepannya.
Xia mendekatinya perlahan, "bukankah itu, anak yang tadi? hemm… kelihatannya memang sengaja." batinnya menyentuh keningnya. Melihat Xia, anak itu langsung berlari kearahnya, "mami, mereka menindasku." ucapnya memeluknya dengan erat.
Xia menundukkan kepalanya, "tunggu! kenapa jadi begini?"
"Oh, ternyata kau ibunya." ucap seorang wanita berjalan mendekatinya. Xia melirik kearahnya, "Ling Jing? kebetulan sekali." sambil tersenyum picik.
Anak itu menarik lengan baju Xia, "bekerjalah untukku!" bisiknya dengan angkuh. Xia menoleh kearahnya dan menjawab, "mainkan peranmu dengan baik." memberinya tatapan dingin.
"hei, aku bicara padamu." teriak Ling Jing kearahnya.
Xia berdiri tanpa menatapnya, "apa yang diperbuat olehnya, Nona?" ucapnya sambil mengelus rambut anak itu. Mendengar perkataan Xia, semua orang saling berbisik mengenai Ling Jing, "siapa dia? dia tidak punya etika sedikitpun?!" gumam orang-orang sekitarnya. "dia itu Ling Jing. Dengar-dengar dia sangat sombong, ternyata memang benar." saling menggunjing sambil menatapnya
Ling Jing yang mengamuk berjalan mendekatinya, "dasar wanita ******!" ucapnya dengan mengangkat tangannya. Dengan spontan Xia menangkapnya, "kau mau apa?" meremas tangannya sambil tersenyum pahit.
Ia berteriak kesakitan, "ibu!" menangis histeris. Ibunya langsung datang menghampirinya, "siapa yang melakukannya?" bentak ibu Ling Jing.
Ditengah kegaduhan seperti itu, Xia dengan santainya berdiri di antara kerumunan orang-orang sambil memegang jus jeruk. "jus?" ucapnya menyodorkan gelas berisi jus kearah anak itu.
Anak itu menjawab, "kakak, kau sedang apa? ini belum selesai." sahutnya yang kebingungan. Xia menarik anak itu ke sisinya, "kita tunggu sebentar lagi." ujarnya menghabiskan jusnya.
Tak lama kemudian, datanglah Kakak Ling Jing dengan Ji Li mantan tunangannya. Ia berjalan mendekat, "apa yang terjadi?" memegang tangan sang adik.
Xia langsung meletakkan gelasnya, "akhirnya datang juga." menatapnya seraya duduk menyilangkan kakinya.
Ling Jing mengaduh pada kakaknya, "kakak, wanita itu yang melakukannya." ucapnya menuding Xia. Ling Jia mendekatinya, "apa benar kau yang melakukannya?" ucapnya dengan sopan. Xia memalingkan wajahnya, "habiskan jus mu." ujarnya mengacuhkannya.
Karena merasa diacuhkan, ia menekan pundak Xia dengan keras, "aku bicara denganmu." ucapnya sambil menatap wajahnya. Xia menoleh kearah tangannya yang berada di pundaknya, "singkirkan tanganmu." ujarnya dengan dingin. Ia malah menekannya lebih keras, "jawab dulu pertanyaan ku." sahut Ling Jia dengan tersenyum dingin.
Xia menghela nafas panjang, "apa kau tuli?!" menepis tangannya sampai terpental.
Ji Li menangkapnya dari belakang, "kasar sekali kau!" menatapnya dengan tajam.
Xia menguap, "jam berapa sekarang?" menoleh kearah anak kecil itu. Dia menjawab, "sembilan belas tiga puluh menit." sahutnya menatap jam tangannya.
"sudah waktunya." batin Xia berjalan mendekati mereka.
Kedua kakak beradik tiba-tiba gemetaran, "kau mau apa?" ucapnya bersamaan.
"katanya menyele…"
Plak… Ibu mereka menampar wajah Xia dengan geram, "cukup! sudah cukup!" ucapnya menggetakkan giginya.
Anak itu terkejut, "gawat! aku membuat masalah besar." gumamnya menghubungi seseorang dengan ponselnya.
Xia menundukkan kepalanya sambil menyentuh pipinya, "aduh! wajahku lengket." batinnya yang setengah jengkel dan setengah menahan tawa.
"ada apa ini!" ujar ayah Ling Jing berjalan mendekati kerumunan bersama para investor lainnya.
Xia melirik kearahnya, "pas sekali." gumamnya tersenyum picik.
Ia menatap putrinya, "apa kau bisa menjelaskan?" bertanya untuk kedua kalinya. Ling Jing menjawab, "ayah, wanita ini menyakitiku dan kakak." ucapnya sambil terisak-isak.
Anak itu panik, "sialan, si tua Ling sudah terlanjur datang. Sekarang, bagaimana caraku menyelamatkan wanita itu?" ucapnya mencari akal. "oh iya, aku suruh ayah kemari saja." mengirimkan pesan singkat kepada ayahnya dengan spontan.
"Nona, apa itu benar?" Tanyanya menoleh kearah Xia. Namun, dia tidak menghiraukannya, melainkan sibuk memperbaiki riasan wajahnya.
"apa wanita ini tuli setelah ditampar oleh nyonya Ling? Presdir Ling sedang bicara padanya, tapi dia malah mengacuhkannya." gumam orang-orang di sekitarnya.
Ia yang penasaran, berjalan mendekati Xia, "nona aku bicara padamu?" ujarnya menekan pundak Xia.
Xia mengangkat pandangannya kearahnya, "turunkan wajahmu!" ucapnya memberikan tatapan dingin kearahnya.
Ia ketakutan melihat sorot matanya tapi masih berusaha tegap agar reputasinya tidak jatuh dihadapan orang-orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments