Bab 3

Ji Li melangkah maju, "berani sekali kau membentak ayah mertuaku!" mencoba menggertaknya.

"oh, anjing mana yang sedang menggonggong?" sahut Xia berjalan menghampirinya.

"yang benar saja, kau pikir bisa menggertak ku dengan mudah? Memang bocah ingusan yang baru lahir." batin Xia

Ji Li mengangkat tangannya karena kesal, "kau ini!"

"jangan gegabah." ujar Presdir Ling menangkap tangannya.

Ia menghadap Xia, "Nona, kami tidak ingin mencari masalah denganmu…"

"lalu, apa arti intimidasi dari kedua putrimu? bercanda? atau mencari sensasi?" ujar Xia menyela dengan nada angkuh.

"dasar tidak tahu malu!" teriak istri Presdir Ling berjalan cepat menghampirinya hendak memukulnya.

Xia dengan spontan menangkap tangan wanita itu, "yang pertama ku anggap kau memukul nyamuk di wajahku…" sambil menggenggam tangannya dengan erat.

Perlahan mendekatkan wajahnya ke telinga wanita itu, "yang kedua ku anggap… kau butuh psikolog!" mendorongnya hingga jatuh tersungkur.

"ibu!" "istriku!" "ibu mertua!" ucap bersamaan.

"dasar ******!" teriak Ling Jia mengangkat tangannya.

Xia tersenyum pahit, "apa disini tidak ada cermin?" batinnya sembari menangkis tangan Ling Jia seraya menamparnya balik.

PLAK…

Bunyi tamparan itu bergeming ke seluruh ruangan. Terlihat wajah Ling Jia memar setelah dipukulnya, "semuanya hajar wanita itu." ucap Ji Li yang geram.

Xia menatapnya dengan datar, "cih, mengandalkan mereka untuk apa?" seraya mengambil ancang-ancang.

"tunggu!" bocah kecil itu menghadang dari depan.

PLAK…

Demi melindungi Xia bocah kecil ini malah terkena imbasnya.

Xia menurunkan pandangannya, "kenapa kau memukul anak kecil?" ucapnya memegang wajah bocah itu yang memar. "apakah sakit?" tanyanya menatap bocah itu dengan khawatir. Anak itu pun tersenyum, "tidak, sama sekali tidak sakit." sambil memegang erat tangannya.

"ternyata kelemahannya ada di anak itu." gumam Ling Jia memperhatikan.

"semuanya, hajar anak itu." teriaknya Ling Jia memerintah anak buah Ji Li dengan tersenyum picik.

Xia berdiri sembari menatap para pria kekar yang ada didepannya, "ku peringatkan, jangan membuatku kesal!" ucapnya melepas genggaman bocah kecil itu.

"tunggu apa lagi! beri pelajaran wanita itu!" teriak Ling Jing dengan penuh kebencian.

Xia terpaksa menarik mereka ketengah aula gedung. Sampai disana dia langsung menaiki meja makan. Dengan menghentakkan kakinya, ia menendang semua piring dan gelas kearah mereka.

"aghhhhhh" teriak orang-orang itu terkena pecahan kacanya.

Xia turun dari meja makan dengan memutarkan tubuhnya seperti ****** beliung, ia mendarat layaknya seorang pendekar yang tidak takut mati.

TAP…TAP…TAP…

"kenapa ribut sekali disini?" ujar Ken melangkah mendekat.

Tiba-tiba semuanya diam membisu, tak seorangpun berani menjawabnya. Seseorang membisikkan sesuatu kepadanya, "tuan, ibu dari anak itu bertengkar dengan anggota keluarga Ling." ucapnya sambil menunjuk kearah bocah itu.

"Nino?" gumam Ken menoleh kearah bocah itu.

"habis sudah mereka, asisten Ken sangat benci ada yang mengacau di pestanya." gumam orang-orang.

Presdir Ling berdiri menghadap Xia, "Nona, aku tidak tahu apa yang membuatmu melakukan ini semua. Tapi, kuharap kita bisa menyelesaikan masalah ini sekarang juga." ucapnya dengan sopan.

"oh, bagaimana cara menyelesaikannya?" Jawab Xia tanpa menatap wajahnya.

Ling Jing berjalan maju, "minta maaflah sambil berlutut." ucapnya dengan lantang.

"tidak! semua ini salahku. Wanita ini tidak ada hubungannya denganku, jika ingin meminta maaf, biar aku yang melakukannya." ujar bocah itu berlari kearahnya sambil meraih tangan Xia.

Ken tertegun dengan jawaban Nino. Tuan muda yang terkenal berdarah dingin, bisa memohon untuk menyelamatkan seorang wanita dihadapannya.

Ling Jia mengangkat pandangannya, "artinya, dia sengaja mencari masalah." batinnya menatap Xia.

Xia menurunkan pandangannya, "ternyata bocah kecil ini bisa diandalkan." batinnya sambil tersenyum.

"tidak perlu memohon untukku." ucap Xia mengelus rambut bocah itu.

"ck, sombong sekali dia?" gumam Ling Jia menatapnya.

Xia membalikkan badannya kearah Ken, "masih diam saja?" ucapnya.

Ken terkejut, "bos!" ucapnya yang mematung.

Tidak hanya Ken yang syok, semua orang yang berada disana juga ikut mematung, "apa?! bos? jangan-jangan dia adalah… LX, bos mafia yang paling misterius?" bisik orang-orang sekitarnya.

"wanita ini adalah… LX?" gumam bocah kecil itu mendongak kearahnya.

Empat orang pria membawakan kursi singgasananya, "silahkan, bos." ucapnya menundukkan kepalanya.

Dia melangkah dengan angkuhnya dengan mengibaskan jubahnya saat hendak duduk disana, "jadi, bagaimana menyelesaikannya?" menyilangkan kakinya sambil memutar belati ditangannya.

BRUK…

Presdir Ling berlutut dihadapannya, "aku yang akan meminta maaf padamu." ucapnya memohon padanya.

"ayah." Ling Jing yang berjalan menghampirinya. "diam! semua ini karena mu." membentaknya dengan dingin.

"apa aku menyuruhmu berlutut?" menatapnya dengan tajam.

Xia membungkukkan badannya, "seharusnya, kau mengerti maksudku, kan." mendongakkan wajah Presdir Ling dengan belatinya.

Dia berjalan mendekati istrinya dan menamparnya dengan keras, PLAK… "suamiku, kau…" ucapnya yang terkejut.

"diam! atau kau akan kehilangan segalanya." gumamnya memberi isyarat.

Keduanya sama-sama berlutut dihadapannya, "mohon maafkan kami." ucapnya bersamaan.

Xia melangkah mendekatinya, "aku akan mengingat penghinaan ini." menghentikan langkahnya disamping mereka berlutut.

"Ken! urus sisanya." ucapnya melambaikan tangannya sambil menggandeng tangan anak itu berjalan keluar dari sana.

"tak kusangka, LX adalah seorang wanita." batin Ji Li yang terus menatapnya.

Rumah Sakit Kota

"bagaimana dokter?"

"Nona, kau tenang saja. Putramu baik-baik saja, memarnya akan hilang dalam seminggu." menjelaskan secara rinci.

"dia bukan putraku." ucapnya dengan tegas.

Nino terdiam, "semua wanita di dunia ingin menjadi ibuku, tapi tidak dengannya. Dan…kenapa saat wanita ini bilang begitu… hatiku terasa sakit." batinnya sambil menyentuh dadanya.

"karena sudah tidak ada urusan lagi, aku akan pergi dulu." berdiri hendak meninggalkannya. Nino meraih tangannya, "bisakah kau tetap disini sampai ayahku datang?" memasang muka berharap.

Xia menghela nafas, "baiklah" duduk kembali.

"apa kau bisa mendongeng?" bersandar di pangkuannya.

"kau mau dengar?" mengelus rambutnya.

"iya"

"dahulu kala, ada…"

Beberapa saat kemudian, Nino sudah tertidur di dalam pangkuannya, "terimakasih sudah membantuku." mencium keningnya seraya memapahnya ke tempat tidur.

Xia menutup wajahnya dengan masker, "sudah waktunya aku kembali." batinnya meninggalkan Nino.

Tepat di lobi rumah sakit, Xia berpapasan dengan seorang pria memakai jas putih saat ia mengibaskan rambutnya ke belakang.

"parfum ini." batin pria itu menoleh kearahnya.

"ah, siapapun bisa memiliki parfum ini." melanjutkan langkahnya.

"kakak! sapu tanganmu ketinggalan!" teriak Nino yang berlari berusaha mengejarnya. Tapi Xia sudah menginjak gas mobilnya dan melaju dengan cepat.

"Nino!" terdengar suara bentakan keluar dari nada berat seorang pria di belakangnya.

Nino membalikkan badannya ke belakang, "aa…ayah." ucapnya tergagap.

Penginapan di Puncak Gunung

"dimana kau Xia?" ibu Xia yang mondar-mandir gelisah.

Semua orang nampak cemas mendengar Xia yang tak kunjung kembali setelah pergi ke pasar.

TOK…TOK…TOK…

"aku pulang." ucap Xia yang mengetuk pintu dari luar.

Mereka berjalan tergesa-gesa menuju pintu, "Xia" semuanya terkejut melihat dirinya dengan baju yang kotor serta luka di tangan dan wajahnya.

"ada apa ini, kenapa tangan dan wajahmu memar?" ibunya langsung memeriksa keadaannya. Salah seorang warga menjawab, "aku tadi menemukannya telungkup di tumpukan dedaunan di pinggir jalan."

"apa?!" teriak Reina dan Rere bersamaan.

"kalian masuklah dulu." ucap Xia mendorong perlahan yang lain kedalam.

Xia memutar badannya, "terimakasih sudah mengantarku kemari." memberikan senyuman manis.

"iya, sama-sama. Lain kali hati-hati." sahutnya berjalan kembali.

"paman, bibi, hati-hati dijalan" ucap Xia sambil melambaikan tangannya.

Setelah kedua orang yang mengantarkannya kembali pergi, Xia baru merasakan sesuatu di belakangnya.

"tunggu! kenapa hawa di belakangku sangat dingin?" gumamnya membalikkan badannya perlahan.

Semua sorot mata mengarah padanya, "katakan, apa yang terjadi?" ucap ayahnya dengan tegas.

Terpopuler

Comments

Khoerun Nisa

Khoerun Nisa

kyanya ini novel trjemah sulit di cerna dn di mengerti dri awal aku nyimak kukira akan keren trnyata SM aja kebanyakan mikir jagoan mya

2024-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!