3

"Hari buruk akan terlewati dan akan digantikan dengan harimu yang sungguh indah.".....

.....

Dira hanya menundukkan kepalanya dalam dalam. Ia hanya diam saat berulang kali kepalanya terdorong ke belakang oleh mama tirinya yang terus mencaci makinya.

"Kamu dengar, kamu itu cuma beban di keluarga ini, kamu itu cuma nyusahin aja di sini. Masih untung Ayah kamu itu tidak mengusir kamu tapi kamu malah ngelunjak!" Marah mama tirinya dengan matanya yang melotot.

Dira hanya terdiam. Ia sama sekali tidak menangis. Menjawab pun itu cuma akan membuat mama tirinya ini semakin marah.

"Mana barang yang anak saya minta ke kamu?!" Tanyanya dengan nada yang tinggi.

Dira mengingat lagi barang apa yang salsa minta padanya, setelah mengingatnya Dira menggeleng tegas. "Ga, itu punya aku salsa juga udah punya barang itu, kemarin aku lihat Ayah beliin salsa."

"Apaan si lo! Itu beda! Tas yang lo punya itu lebih kecil, gue mau yang itu. Sedangkan yang kemarin Ayah beliin itu lebih besar." Ngegas salsa..

Dira melihat salsa tidak percaya. Semua barang yang ia miliki salsa ambil sekalipun itu barang milik pribadi Dira. Tapi kali ini Dira akan mempertahankan barang miliknya. Karena, barang itu sangat berharga bagi Dira itu pemberian Ayahnya saat ulang tahun Dira yang ke tujuh tahun. Hadiah tas kecil berwarna biru muda dengan gambar awan yang lucu.

"Yaudah kalau kamu mau tas itu minta beliin aja lagi ke Ayah yang sama kaya aku, jangan punya aku yang kamu ambil."

Tiba tiba telinga Dira di tarik kencang oleh mama tirinya yang bernama Diah itu...

"Awww sakit mah," ringis Dira pada telinganya yang terasa panas dan perih.

"Kamu pikir cari uang itu gampang, kalau anak saya maunya tas yang itu ya kamu kasih!"

"Sa--sakit mah."

"Kamu ambil aja sayang di kamarnya," ucap mamanya pada salsa dengan tangan yang masih menarik telinga Dira.

salsa berjalan kea arah kamar Dira. Dan kembali membawa tas milik Dira.

Diah melepaskan tangannya dari telinga Dira dan pergi bersama salsa ke ruang keluarga dengan salsa yang membawa juga tas miliknya.

Dira memegangi telinganya yang terasa panas itu. Air matanya jatuh mengalir membasahi pipinya tanpa aba aba terlebih dahulu.

"Apa lagi setelah ini yang mau kamu rebut dari aku sa?" Tanya Fira menghapus air matanya kasar.

♡♡♡

Weekand, waktu di mana rumah Dira sepi dan sunyi. Karena penghuni dari rumah itu pergi untuk berlibur, dan ingat mereka lagi lagi pergi dengan tidak mengajak Dira.

"Sabar ya non," ucap bibi mengusap punggung Dira.

Sedangkan Dira hanya tersenyum sendu melihat kepergian mobil Ayahnya dari depan pintu rumahnya.

"Gapapa bi, Dira udah biasa kok di tinggal."

Dira membalikkan badan dan menutup pintunya rumahnya untuk kembali masuk ke kamarnya

"Dira, Dira main yuk." Panggil seseorang dari depan gerbangnya.

"kesya," gumam Dira senang dan berlari kecil ke gerbang untuk membukakan pintu gerbangnya.

Tumben sekali sahabatnya yang satu ini berkunjung ke rumah Dira tanpa memberi kabar terlebih dahulu kepadanya.

"kesya," panggil Dira memeluk kesya dan di balas oleh kesya. "Tumben banget lo ke rumah gue ga kasih kabar dulu."

"Jadi ga boleh ni gue ke sini," ucap kesya cemberut.

"Boleh banget dong, ayo masuk."

Di ruang tamu Dira menjamu kesya dengan makanan ringan dan minuman dingin kesukaan kesya.

kesya melihat wajah senang Dira, tiba tiba matanya terfokus melihat telinga Dira yang memerah dan kebiru biruan.

"Mama tiri lo main tangan lagi ya Ra?" Tanya kesya prihatin dengan keadaan Dira.

"Ah-- engga kok," bohong Dira.

kesya terkekeh. "Masih aja bohong sama gue, telinga lo ga bisa bohong tuh ajarin makanya."

Dira memegang telinganya. Ini pasti jeweran dari mamanya kemarin, pasti memar di sana akibat tarikannya yang kencang. Dira menutupi telinganya dengan rambut panjangnya.

kesya lagi lagi terkekeh dengan kelakuan Dira. "Mana sempet Ra udah keburu gue lihat."

Dira memukul pelan paha kesya. "Udah ah, lo ketawain gue mulu."

"Bukan bukan gitu," ucap kesya masih terkekeh. "Itu sakit ga?" Tanya kesya mulai serius.

Dira menggeleng, kesya adalah tipe orang yang sangat peka. Apa lagi dengan orang terdekatnya, tapi sayang saja dirinya masih jomblo sampai sekarang karena sikap tomboy dan tidak bisa diamnya mungkin.

"Engga kok, udah biasa."

kesya meremas tangan Dira gemas. "Lo tuh ya udah biasa udah biasa tapi tetap aja pasti ga lo obatin'kan."

Dira hanya menjawab dengan menunjukan deretan giginya yang rapi.

♡♡♡

Dira pulang ke rumah pukul sembilan malam,tadi keisya mengajak Dira

pergi jalan jalan keluar untuk makan dan menghibur dirinya.

sesampainya dirumah,Dira membuka pintu rumahnya,bukan sambutan hangat yang Dira dapatkan,tapi yang Dira dapatkan adalah.......

Plaaakkk.!

Ya, tamparan lagi. Tapi kali ini bukan dari mamanya melainkan Ayahnya. Tamparan yang sangat keras itu mendarat mulus di pipi Dira membuat sudut bibir Dira itu sedikit mengeluarkan darah.

Dira memegangi pipinya yang terasa panas, hal ini sudah biasa ia dapatkan. Tapi kali ini lebih sakit karena Ayah kandungnya sendiri'lah yang menamparnya.

Dira lantas menatap Ayahnya tak percaya dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya, Dira terisak dalam tangisnya namun sekuat tenaga ia menahan isakan itu agar tidak keluar dengan jelas.

"Kamu ga lihat ini jam berapa?!" Bentak Heru Ayahnya membuat Dira sedikit terlonjak. Keluarganya hanya menonton di sofa ruang tamu tanpa berniat untuk membantu Dira yang tengah ketakutan.

"Maaf pah," ucap Dira gemetar sambil menundukkan kepalanya.

"Perempuan jam segini baru pulang! Kemana saja kamu?!" Tanya Ayahnya dengan nada yang masih tinggi.

"Aku habis pergi sama keisya Yah."

"Bohong tuh yah," salsa malah membuat suasana semakin panas sambil tertawa meremehkan.

Di saat seperti ini Dira jadi teringat oleh bundanya yang selalu menolongnya dalam situasi apapun.

"Bener yah, Dira habis pergi keluar sama kesya."

Ayah Dira tau siapa itu kesya. Mereka kenal dekat karena, dulu kesya sering bermain bersama Dira dan keluarganya di rumah ini.

"Maafin Dira Yah, Dira pulang telat dan ga ijin dulu ke Ayah atau mama," ucap Dira.

Bukan karena apa, tetapi Dira sangat takut jika Ayah sudah marah dan membentaknya seperti ini apa lagi sudah mulai bermain fisik.

"Sekali lagi kamu kalayapan seperti ini, jangan harap kamu bisa tidur di rumah ini lagi. Saya tidak mau jadi bahan omongan tetangga cuma gara gara kamu," ucap Ayahnya tegas. "Masuk!"

Dira berjalan masuk ke dalam kamarnya dengan langkah kaki yang lemes. Dira pikir Ayahnya akan khawatir dengannya. Ternyata hanya tidak mau jadi bahan omongan tetangga saja....

kata kata itu terdengar sangat menyakitkan d hati dira......

sebelum lanjut bantu follow dan vote yaa biar tambah semangatt.....

Terpopuler

Comments

🌷Mita Sari 🌷

🌷Mita Sari 🌷

udah Dira kabur aja...

2023-04-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!