"Semesta sampaikan padanya aku begitu sangat-sangat merindukannya."
Sinar matahari memasuki celah celah jendela kamar Dira. Pagi yang indah, Dira bangun dari tidurnya melirik jam dinding yang berada di kamarnya. Jam sudah menunjukan pukul 05:30.
Dira bersiap siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah selesai, Dira melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Dira melihat keluarganya yang sudah duduk di meja makan untuk sarapan.
Dira ikut duduk di meja makan dan ada salsa di sampingnya, Dira hanya terdiam saat salsa bermanja manja dengan Ayahnya. Pemandangan itu sudah biasa di mata Dira walaupun di hatinya sangatlah iri.
Dira tidak mengucapkan selamat pagi seperti biasanya pada mereka semua. Heru Ayah Dira merasa aneh dengan sikap Dira pagi ini.
"Mah, pah Dira berangkat sekolah duluan ya," pamit Dira mencium kedua tangan kedua orang tuanya.
Dira dan salsa tidak satu sekolah. salsa bersekolah di sekolah yang mewah dan megah sedangkan Dira bersekolah di suatu sekolah Negeri biasa tidak megah dan tidak juga mewah, sederhana tapi banyak prestasi yang Dira dapat di sana.
♡♡♡
Sesampainya Dira di sekolah. Semua mata manatap tajam dan tidak suka kepada Dira. Semenjak bunda Dira meninggal banyak gosip miring di sekolahnya, salah satunya adalah gosip tentang Dira yang membunuh bundanya sendiri. Banyak yang bilang Dira adalah psikopat tapi nyatanya tidak, maka dari itu tidak ada yang mau berteman dengannya, katanya mereka takut nasibnya sama seperti bundanya Dira.
"Jangan dekat dekat dia, nanti lo di bunuh. Ibunya aja di bunuh apa lagi kita yang cuma temannya," bisik salah satu siswi pada temannya. Namun, terdengar jelas di telinga Dira.
"Jangan asal ngomong lo kalo ga tau apa apa!" Bentak keisya teman sekaligus sahabat satu satunya yang Dira punya di sekolah. Sedangkan yang di bentak sudah menatap sengit keisya.
"Sya, udah gapapa. Ke kelas yu," ucap Dira mengajak kesya pergi.
keisya adalah sahabat Dira dari SD hingga sekarang. Dira menganggap keisya seperti saudaranya sendiri begitupun juga keisya. keisya tau semua kehidupan dan masalah Dira. keisya adalah orang kedua tempat untuk berbagi cerita setelah bundanya.
"Gue bingung kenapa ada orang sebaik lo Ra. Seharusnya lo tuh marah di gosipin kaya gitu," ucap keisya kesal dan tidak terima.
"Kenapa gue harus marah? Gue'kan ga salah mereka juga ga salah sya, mereka cuma ga tau kebenarannya aja," ucap Dira.
"Pengen gue sambelin aja tuh orang mulutnya."
keisya berbeda dengan Dira. Dira orang yang penyabar dan tenang dalam menghadapi masalah sedangkan keisya orang yang emosian dan tidak mau di usik.
"Makasih ya lo selalu percaya sama gue dan makasih juga udah mau jadi sahabat terbaik gue."
"Makasih selalu ada, makasih selalu ada, tapi mengapa tiba tiba seakan kau mau pergi," ucapan keisya bernyanyi sambil terkekeh pelan.
keisya menatap Dira dengan mata berbinarnya. "Gue yang berterimakasih sama Tuhan, karena udah di kasih sahabat sebaik dan sekuat lo," ucap keisya memeluk Dira dengan sayang.
Dira membalas pelukan keisya.
"Keep strong ya Ra." Bisik keisya di telinga Dira. Dira tersenyum senang di balik pelukan keisya.
♡♡♡
Sesampainya Dira di depan rumahnya setelah pulang sekolah, Dira melangkah kakinya masuk ke dalam rumah.
Dira mengucapkan salam namun, tidak ada yang menjawabnya.
Sunyi. Itu yang Dira rasakan. Tidak ada lagi yang menyambutnya pulang seperti tujuh tahun yang lalu. Dira tidak menyangka kepergian bundanya membuat hidup Dira seperti ini.
"Non udah pulang," sapa bibi kepada Dira.
"Udah bi, rumah kok sepi pada kemana?"
"Ga tau non emang belum pada pulang, nyonya juga belum kasih kabar apa apa ke bibi."
"Oh gitu ya bi, Dira pamit ke kamar ya bi."
"Iya non."
Kaki Dira mulai masuk ke dalam kamar, mengambil sebuah foto yang terpajang di atas meja, memperlihatkan keluarga Dira yang utuh terdapat Dira, Ayah, bunda, dan kedua abang lelaki Dira yang sedang tertawa bahagia.
"Dira rindu kalian yang dulu," ucap Dira memeluk bingkai foto miliknya.
Suara deru mesin mobil membuat lamunan Dira terhenti, Dira beranjak dari duduknya dan mengintip di jendela kamarnya.
Ternyata itu mama, Ayah dan salsa. Kenapa mereka bisa pulang bersama?
Apa mama dan Ayah menjemput salsa ke sekolah?
Dira melihat belanjaan yang salsa bawa, sepertinya mereka habis pergi tanpa dirinya lagi pikir Dira, sudah biasa bagi Dira yang selalu saja tidak di ajak pergi.
"Yah, makasih ya tas'nya salsa suka," ucap salsa di bawah sana sambil menggandeng tangan Ayahnya.
"Sama sama sayang," jawab Ayahnya mencium kepala salsa dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Dira tersenyum kecut. Aku harus kuat, bukannya sudah biasa aku melihat dan tidak di anggap di sini, batin Dira menguatkan dirinya sendiri.
Iri rasanya orang tuanya tidak bisa berlaku adil pada dirinya, hanya karena salah paham. Mungkin suatu saat nanti jika semuanya terungkap orang tuanya bisa berlaku adil pada dirinya. Dan Dira selalu menunggu hari itu tiba.
♡♡♡
Dira turun kebawah untuk mengambil minum di dapur. Namun Dira memberhentikan langkahnya setelah mendengar jelas gelak tawa dari arah ruang keluarganya. Itu suara Ayah, mama dan salsa. "Aku pikir mereka semua sudah istirahat." Ucap Dira mengintip dari balik pintu.
"Yah nanti kalau salsa udah lulus sekolah Ayah bakal kuliah'in salsa'kan?" Tanya salsa
"Tentu dong sayang kamu'kan anak gadis kesayangan Ayah satu satunya."
"Anak mama juga dong Yah."
"Anak kita bersama mah," gelak tawa mereka bertiga lepas begitu saja.
Dira menangis mendengar itu. Mengapa Ayahnya berkata seperti itu, sedangkan kenyataannya Ayahnya mempunyai dua anak gadis, bukan hanya satu.
"Satu satunya?" Batin Dira meringis.
Ingin rasanya Dira masuk dan menentang ucapan Ayahnya itu dan mengingatkan Ayahnya kalau ia juga punya anak yaitu dirinya, tapi nyali Dira selalu menyiut jika berhadapan dengan Ayahnya.
Dira hanya terdiam kaku di depan pintu. Ia tidak jadi untuk pergi ke dapur ia berlari masuk kembali ke dalam kamarnya.
Kenapa setiap Dira keluar kamar ada saja yang menyakitinya entah itu lewat kata maupun perilaku mereka.
Kenapa tidak ada yang membuatnya tersenyum dan membuatnya senang. Kenapa dunianya selalu saja menyakitinya.
Apakah Boleh Dira marah pada kedua orang tuanya sendiri?
Pikiran selalu menjawab iya, tapi hatinya selalu menentang tidak. Dan Dira selalu saja mengikuti kata hatinya.
"Jangan selalu ngikutin kata hati Ra, kadang lo juga perlu ikutin kata logika. Ga semua hal harus pakai hati," tiba tiba Dira teringat ucapan keisya..
Ucapan keisya tadi, bersahut sahutan dengan pertanyaan Dira.
"Apa aku boleh marah pada orang tua ku sendiri?" Tanya Dira sekali lagi pada dirinya sendiri.....
Bantu vote,..like dan follow yaa guyss,terimakasih atas dukungannya...
semoga sehat selalu.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Olan
Mampir di Bad Husband ya guys
2023-02-27
0
Min sua
sedih...
ikut nangis jadinya
2022-11-02
0
Fareendy M
Sabar Dira, satu saat semua akan terungkap,disaat itu ayahmu menyesalpun tak ada gunanya
2022-11-02
0