Episode 3

"Nek, masak apa? " Edo datang ke rumah nenek Fatimah setelah pulang dari sekolahnya.

"Tuh ada asam pedas tongkol, makanlah, " jawab nenek yang sedang menjahit kain perca untuk dijadikan hiasan rumah saat ada acara adat.

Asam pedas tongkol masakan legenda yang gampang dibuat, tahan lama bisa dipanaskan berulang-ulang karena semakin lama akan terasa semakin enak.

Edo mengambil nasi dengan lauk asam pedas tongkol. Edo mulai menyuapi diri sendiri dengan lahap, ala remaja yang sedang masa pertumbuhan.

"Kakakmu sudah pulang Do? " Tanya nenek menatap cucu lelakinya yang sedang makan dengan lahapnya.

"Sudah Nek, Kak Eva memang hari ini nggak pergi, kak Yanti baru pulang, Hera palingan ke warung bang Udin dulu nek beli perlengkapan dapur, " jawab Edo setelah menelan makanan di mulutnya

Langkah kaki mendekat terdengar dan semakin kuat ketika menginjak lantai papan rumah nenek.

"Yanti, baru pulang kau? " tanya nenek Fatimah melihat kehadiran Yanti.

"Ya nek, aku makan ya nek, kak Eva belum masak, " Yanti bergerak ke dapur mengambil piring dan isinya.

"Sama kan kalau kak Yanti yang di rumah, juga gak bakal berasap tuh dapur, " celetuk Edo masih sibuk dengan makanannya.

"Makan sajalah nasi kau tu, tidak usah banyak cakap, " jawab Yanti yang melangkah mendekati neneknya.

"Sudah, tidak usah ribut, kan nenek sudah masak, " kata nenek menimpali pertengkaran kecil kedua cucunya.

"Kasihan nek lihat Hera, udah kayak upik abu, " kata Edo lagi menyelesaikan makannya.

"Lalu kau, apa yang kau lakukan?, main terus pulang-pulang numpuk cucian kotor, " celetuk Yanti lagi.

"Aku kan laki-laki, yah kerjaku mainlah, beda dengan perempuan yang harus beresin rumah, masak dan mencuci, " kata Edo lagi dan berlari menjauhi kakaknya yang sudah tersulut emosi.

"Edo, kumpulkan kayu bakar buat nenek ya, sudah tinggal sedikit, " teriak nenek pada Edo yang sudah berlari keluar rumah.

"Ya nek, aku pergi dulu nek, " jawab Edo sambil berlari semakin jauh.

"Kau harus belajar masak Yanti, nanti kau susah kalau sudah bersuami, " kata nenek menatap cucu perempuannya.

"Aku akan kuliah seperti kak Eva nek, nanti aku akan bekerja di kantor, jadi nggak perlu masak Nek, " jawab Yanti asal sambil menikmati makanannya.

"Terus, suami dan anakmu nanti dikasih makan apa?, beli? " jawab nenek meneruskan jahitannya.

"Iya nek, kalau tidak beli pakai pembantu, kan uangnya nanti banyak nek, jadi orang kaya, " celetuk Yanti tertawa menggoda neneknya dan melangkah ke dapur menyudahi acara makannya.

"Terserah kau sajalah, cuci piringnya sekalian piring si Edo tadi, " ucap nenek menyudahi acara menjahitnya hari ini.

Nenek masuk ke dalam kamar Nurleli, putri bungsu nya tanpa menutup pintu. Mengeluarkan kain putih yang dilipat rapi dari lemari kayu satu-satunya yang berada di kamar itu.

"Nek, sedang apa? " Tanya Yanti masuk mendekati nenek.

"Yanti, ini kain kapan yang nenek pesan dari nenek Ami ketika dia pergi ke Mekah beberapa waktu yang lalu. Nenek simpan di sini, kau lihat baik-baik. Nanti ketika Nenek meninggal, kau ambil kain ini untuk nenek pakai. Paham kau Yanti? " Tanya nenek meletakkan kain putih itu kembali ke dalam lemari dengan disaksikan oleh cucu perempuan nya itu.

"Nenek belum akan meninggal," kata Yanti memeluk neneknya sedih.

"Kematian itu pasti datang, cuma waktunya kapan yang kita tidak tahu, makanya, kau harus belajar masak sekarang selagi nenek masih ada, " ucap nenek lagi.

"Nanti saja Nek, " ucap Yanti melangkah ke luar kamar yang membuat dadanya sesak, karena ucapan nenek dan kondisi kamar yang sempit.

"Ya, nanti kalau nenek kau ni sudah meninggal dan kau bingung cara masak, kau bawa masakan itu ke kuburan nenek ya, " celetuk nenek Fatimah mulai kesal pada cucunya yang terbilang pemalas itu.

"Ya nek, " jawab Yanti asal sambil tertawa lebar. 😁

"Yanti, kau pergilah ke rumah bibi Nurhalimah, pinjamkan aku kemeja putih dan rok hitam pada Rosa, tapi jangan sampai bibi dan Ira tau ya, " Eva datang dengan perintah yang tidak bisa dibantah oleh Yanti.

"Buat kerja besok ya kak? " tanya Yanti berlalu meninggalkan rumah neneknya.

"Ya, tapi jangan lama-lama di sana, tidak usah pakai bergosip pula kau di sana, " teriak Eva kepada adiknya yang sudah melangkah di bawah pohon Manggis.

"Ya Kak, " teriak Yanti berlalu semakin jauh.

Rumah mereka memang berada di dalam kebun, ada pohon Manggis di samping rumah nenek, ada pohon Rambutan juga di depan rumah mereka, pohon Duku dan Durian ada di belakang rumah yang berdekatan dengan pemakaman keluarga besar mereka. Pohon kelapa berjejer di sepanjang jalan dan kebun yang mengelilingi rumah nenek dan rumah Eva. Namun, itu milik bersama, karena tumbuhnya di tanah warisan keluarga besar.

"Nek, aku bawa gulai tahu untuk nenek, " kata Eva meletakkan semangkok gulai tahu di atas meja makan di dapur.

"Gulai tahu lagi, kemarin juga, apa tidak bosan ayah kau nanti Eva? " tanya nenek mengambil sapu dan mulai menyapu rumah yang lumayan besar itu.

"Cuman ada tahu di warung bang Udin nek, Ayah tidak akan bosan dengan masakan Hera nek, soalnya enak, " ucap Eva lagi pada neneknya.

"Ya sudah, kau bawalah asam pedas untuk ayah dan adik-adik kau tu, oya panaskan dulu sudah dingin, " kata nenek sekalian menyuruh Eva untuk memanaskan masakan yang dari pagi dibuatnya.

"Ya Nek, "

Eva melangkah ke dapur, mengambil daun kelapa kering dan menyalakan dengan korek api. Setelah daun kelapa kering itu terbakar di letakkan di bawah ranting kayu kering yang di atur menyilang di tungku. Periuk tanah yang berisi asam pedas tongkol sudah berada di atas tungku sejak pagi, tanpa pindah.

Si hitam tertidur tidak jauh dari tungku dan terbangun saat ia merasakan panas.

Miau...

Si hitam mendekati Eva meminta di belai.

"Kau belum makan Hitam? " tanya Eva tanpa menyentuh si hitam yang menempel di kaki Eva yang tengah duduk di bangku jongkok karena tungku nenek adanya di bawah.

"Sudah Nenek kasih makan tadi Eva, memang dianya yang rakus, lapar terus, " kata nenek dari ruang tengah.

"Dalam masa pertumbuhan Nek, jadi makannya banyak seperti Edo, " kata Eva lagi di sambut tawa nenek mendengar ucapannya.

"Kau samakan adikmu dengan si Hitam Eva, ngamuk nanti kalau dia dengar, " kata nenek lagi.

"Biar saja nek, nggak ada ini orangnya, " ucap Eva cuek.

Azan Ashar berkumandang, nenek dan Eva bergegas mengambil mukena dan berjalan menuju mushola.

Kampung yang damai dengan pohon kelapa yang berjejer rapi di sepanjang jalan setapak.

"Lari, woi lari.... "

Dua lelaki lari pontang-panting melewati nenek dan Eva yang tangah berjalan menuju mushola.

"Kumat lagi penyakit ibu kau tu Eva, " kata nenek berpaling ke belakang mencari sosok anak perempuannya.

Di sana, di teras rumah Eva, berdiri NurLela dengan parang besar di tangannya. Mulutnya mengeluarkan sumpah-serapah terhadap orang yang tadi datang berkunjung entah untuk apa.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Amelia

Amelia

anak lelaki emang suka begitu 😀😀

2024-05-12

0

Dream.ct

Dream.ct

Benci banget 😑

2024-02-21

0

Mawungarimau

Mawungarimau

Semangat :V

2022-01-07

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!