Episode 2

Pagi sekali ketika Eva bangun dan mulai membangunkan adik-adik nya.

Kembali Eva mengiringi adik-adik nya untuk melakukan sholat subuh di mushola dekat rumah, yang berada di pinggir jalan raya.

Kegiatan ke mushola sudah berlangsung sejak lama, semenjak Eva masih kecil. Sampai sekarang kebiasaan itu seperti mendarah-daging baginya.

Salah satu alasan nya juga karena ayah menjadi imam, kadang di bulan Ramadhan ayah juga memberikan ceramah agama.

Bapak Ibrahim, ayah Eva menantu dari nenek Fatimah, nenek Eva. Orang yang terkenal berpendidikan tinggi, juga memiliki kebaikan hati yang kadang di salah artikan oleh orang-orang.

Namun, kehidupan tentu ada saja masalah nya. Bagi ayah Eva, fokus pada keluarga sendiri dan tidak memperdulikan kicauan nyinyir orang lain. Itu yang membuat lelaki yang paruh baya itu tetap bertahan hingga sekarang.

Pagi itu setelah selesai menunaikan sholat subuh, ibu-ibu terdengar berbicara.

"Wah, Eva sudah Sarjana ya, hebat kau, mau kerja di mana? " Makcik Mari yang rumahnya di sebelah mushola bertanya sambil tersenyum.

"Belum Makcik, masih mencari, " jawab Eva tersenyum.

"Ah, dia mah gampang, ayahnya kan yang menentukan di mana para guru ditempatkan, pastilah sudah ada rencana, ya kan pak Ibrahim? " tante Feni menyela sambil melayangkan pertanyaan pada ayah Eva.

"Belum, lihat nanti saja, mari ibu-ibu saya duluan, " jawab ayah Eva berlalu diikuti oleh anak-anak nya.

"Yah, kak Eva kerja di kantor Ayah saja, biar bisa bantu Ayah, " ujar Yanti di tengah perjalanan menuju rumah.

"Soal kakakmu, biar ayah yang urus, urusan kamu, kamu, dan kamu juga belajar yang rajin, biar cepat masuk kuliah dan jadi sarjana juga seperti kakak kalian ini, " Ayah menoel kepala Yanti, Edo dan Hera bergantian.

"Kau tu Eva?, sini nenek punya telur ayam, kau makanlah satu biar tidak rendah terus darah kau tu, " nenek sedang memberi makan ayam-ayamnya saat Eva melewati rumah nenek.

"Ya nek, " Eva mendekati nenek dan ikut memberi makan ayam-ayamnya.

Nenek memberikan sebutir telur ayam kampung pada Eva dan langsung di makan oleh Eva mentah-mentah.

Darah rendah memang penyakit Eva, yang menyebabkan ia sering kelelahan.

"Nenek dengar tadi kata-kata si Feni tu, tidak usah kau masukkan ke hati, " ucap nenek lagi menatap cucunya yang baru saja menamatkan kuliahnya.

"Iya nek, tetapi kalau memang ayah bisa bantu, kan tidak salah juga ya nek, selama ini ayah kan bantu orang-orang itu, termasuk tante Feni yang minta tempat mengajar nya di pindah ke kampung sini, " kata Eva menatap nenek yang rambutnya masih terlihat hitam walaupun usianya sudah senja.

"Iya, berdoa saja, minta yang terbaik, dan dimudahkan, " ucap nenek lagi.

"Aamiin, nek aku lihat adik-adik dulu ya, " ucap Eva melangkah menjauh.

"Ya, pergilah, " ucap nenek masuk ke dapur untuk memulai memasak karena keperluan dapur sudah di bawakan oleh Eva semalam, titipan dari Nurhalimah anak tertuanya.

Nenek Fatimah selalu memasak lebih untuk cucu-cucunya dari Nurlela anak keduanya. Itu sudah berlangsung cukup lama, semenjak Hera lahir Nurlela mengalami gangguan mental. Pernah melakukan percobaan bunuh diri juga, tetapi di gagalkan oleh Ibrahim suaminya.

Memikirkan itu nenek Fatimah menjadi sedih, beruntung menantunya Ibrahim orang yang berpendidikan tinggi dan juga taat dalam Agama. Sehingga Nurlela tidak di campakkan ataupun dimadu.

Makanya nenek Fatimah berusaha untuk membantu sebisanya, walaupun hanya dengan berbagi makanan untuk cucu-cucunya.

Dulu Nenek Fatimah yang berjualan kue kering ke pasar-pasar tradisional, dibantu oleh anak pertamanya Nurhalimah. Setelah nenek cukup tua dan tidak bisa lagi berjualan jadilah anak tertuanya itu yang melanjutkan usaha nenek.

Nenek Fatimah mewariskan resep kue keringnya pada Nurhalimah, makanya biaya kehidupan nenek Fatimah sehari-hari ditanggung oleh anaknya itu.

Dapur nenek mulai mengepulkan asap hitam, nenek meniup bambu ke arah tungku kayu agar apinya menyala.

miauuu...

Si hitam nyolong ikan asin nenek, memakannya di sudut dapur.

"Hei, kau curi ikan asin ku? " nenek mengambil sapu lidi yang di raut sendiri dan mengejar si hitam yang berlari ketakutan ke luar menuju semak-semak.

Si hitam memang nakal, tetapi nenek tetap rajin memberinya makan. Meski tak jarang di lempari sendal bakiak nenek yang mulai tipis, karena sudah sering dipakai.

Duk, duk, duk...

"Hei Alisa, kalau jalan itu yang benar, bisa rubuh rumahku nanti, " teriak nenek mendengar langkah kaki yang sudah ia hapal dari cucunya yang masih balita itu.

"Ya nek, " jawab Alisa namun ia sekarang berlari kencang menuju pintu luar mengejar kakaknya Hera.

Langkah kaki Alisa semakin menggema menghentak lantai kayu rumah nenek. Nenek hanya bisa menatap Alisa yang sudah menjauh.

"Nek, Hera pakai jilbab bibi Nurleli ya, " Hera muncul dengan jilbab di tangannya.

"ya, pakailah, jangan lupa kau kembalikan nanti, kalau bibi kau tu datang, lihat lemarinya kosong nenek tidak enak, " kata nenek pada cucunya yang memakai barang anak bungsu nya Nurleli, yang saat ini tinggal di kota lain ikut suaminya yang bertugas di sana.

"Ya nek, " Hera berlari kembali ke rumahnya.

Sementara itu Eva sibuk mengurus keperluan adiknya yang mau berangkat sekolah.

Yanti yang duduk di tingkat akhir Sekolah Menengah Atas, Edo di tingkat satu dan Hera masih di sekolah menengah pertama kelas satu.

"Yanti, kau harus rajin belajar, jangan pacaran mulu, " kata Eva memperingati adiknya yang sudah hampir mendekati ujian akhir.

"Sttt... Kak ada ayah, " bisik yanti meletakkan telunjuknya di bibir.

"Makanya sekolah yang benar, jangan macam-macam," ujar Eva yang tengah memakaikan pakaian Anisa yang baru selesai ia mandikan.

"Nah, karena kakak sudah tamat kuliah, jadi mulai sekarang kakak yang masak yaa, " Hera melirik Eva sambil sibuk merapikan jilbabnya di depan kaca lemari kayu yang mulai pudar karena sudah tua.

"Kakakmu besok mulai masuk kerja, jadi urusan memasak tetap tanggung jawabmu Hera, " ayah keluar dari kamar diikuti oleh ibu.

"Kakak kerja di mana Yah? " tanya Edo mengambil tas punggungnya.

"Jadi guru honorer di SMA desa sebelah, " jawab ayah sambil menolak kemeja yang diberikan oleh ibu.

Terkadang pagi hari pemandangan ayah dan ibu cukup membuat anak-anaknya tertawa. Ketika ayah sudah berpakaian lengkap, ibu datang dengan kemeja lain yang tidak cocok dengan celana ayah.

Meskipun ibu mengalami sakit mental, tetapi ayah masih setia dan memperlakukan ibu dengan baik.

Salah satu sikap ayah yang menjadi idola bagi anak-anaknya.

Setelah ayah memberikan uang saku pada anak-anaknya, termasuk Alisa dan Anisa, ayah berangkat mengendarai motor yang mulai ngadat dimakan usia.

"Ayaaaaahhhhh.......,! Eva berteriak memanggil ayahnya yang sudah menjauh dan berbelok menuju jalan raya.

" Kenapa kak? "

Yanti, Edo dan Hera mendekat pada kakaknya yang memegang sebelah sepatu Ayah.

Sepertinya ayah berangkat dengan memakai sebelah sepatu dan sebelah lagi sendal jepit yang sudah berubah warna.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Amelia

Amelia

suami yg baik ❤️❤️❤️

2024-05-12

0

Dream.ct

Dream.ct

Mengalir seperti air. Kelihatan sekali authornya banyak pengalaman membaca

2024-02-21

1

Rey

Rey

mampir kesini kita🤗

2024-02-15

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!