Pagi itu hari pertama bagi Eva menjadi guru honor di sebuah SMA Negeri di desa sebelah. Tentu saja atas bantuan dari sang Ayah.
Namun, sesuai pesan Ayah, kalau beliau hanya bisa mengarahkan, selanjutnya itu menjadi tanggungjawab diri sendiri.
Kalau beruntung dalam waktu satu atau dua tahun bisa menjadi guru tetap. Tetap harus melewati ujian CPNS. Bedanya, keterangan sebagai guru honorer sekian lama akan menjadi prioritas.
Soal gaji, di abad sekarang ini, guru memang termasuk di daftar pekerjaan yang tidak diminati. Karena gaji yang terbilang kecil.
Namun, siapa tahu ke depan nya dunia berubah. Guru akan menjadi idola bagi setiap pencari pekerjaan.
Eva berangkat dengan penuh semangat, ia akan mengerahkan seluruh ilmu yang telah ia dapat selama ini di bangku kuliah.
Eva berjalan ke arah ilir, karena angkot yang lewat penuh oleh penumpang yang umumnya anak sekolahan.
Jangan sampai terlambat aku, ini hari pertama. Bisik Eva melirik kembali ke arah belakang siapa tahu ada angkot yang terlihat dari ujung jalan.
Tak terasa kakinya melangkah hingga ke rumah bibi Nurhalimah. Banyak adik-adik sepupunya juga di sana yang sedang menunggu angkot.
"Wah kak Eva cantik banget, " Ujar Mariana terpukau menatap Eva yang berbeda dari hari biasanya.
"Ya iyalah kan udah jadi ibu guru, " timpal Rosa dengan bangga, karena Eva adalah kakak sepupunya, sedangkan Mariana sepupu dari keluarga nenek lainnya, hubungan kekeluargaan mereka terbilang jauh.
"Loh kata Emak kak Eva hari ini pakai kemeja putih dan rok hitam punya kak Rosa, kok ini lain? " Tanya Ira adik Rosa yang langsung disikut oleh Rosa.
"Oh itu, bukan untuk mengajar, tuh ada angkot lewat, yuk semoga semua bisa naik, " ucap Eva sambil berpikir kenapa Ira dan emaknya bisa tahu, kan sudah dipesankan pada Yanti agar mereka berdua tidak tahu, bisa kacau urusannya kalau biang gosip ini tahu hal itu.
Di bagian ilir terdapat beberapa rumah. Kehidupan mereka terbilang berada, karena memiliki saudara di rantau yang rutin mengirimkan uang untuk keluarga mereka.
Namun, soal pendidikan mereka tidak terlalu mengutamakan nya. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas, yang laki-laki berangkat ke tanah seberang untuk berdagang. Sedangkan yang perempuan menunggu dicarikan jodoh oleh keluarganya.
Itulah perbedaan keluarga Eva dengan keluarga lainnya di kampung itu. Baru Eva yang berhasil mencapai gelar sarjana, perempuan pula.
Sebagai orang berbeda aliran pandangan hidup, tentu Eva merasakan tekanan berat. Sebagai anak tertua Eva harus memberikan teladan yang baik untuk adik-adiknya, juga untuk orang sekampung nya.
Eva sudah memiliki mental yang kuat semenjak usianya masih muda. Salah satunya karena ibunya yang mengalami gangguan jiwa, sehingga urusan rumah sudah ia ambil alih semenjak Hera masih bayi.
Saat Eva sampai di SMA desa sebelah, ia langsung menuju ruang kepala sekolah.
Bersyukur, ia kenal dengan bapak kepala sekolah yang ternyata adalah teman ayahnya.
Setelah bertemu dengan bapak Malik kepala sekolah, Eva di antar keruangan guru dan diperkenalkan sebagai guru honorer baru.
Ternyata sebagian besar dari Guru-guru itupun dikenal oleh Eva. Karena selama ini kalau ada kegiatan yang harus dihadiri oleh ayahnya, maka Eva yang menemani ayahnya.
Hari pertama Eva di sekolah hanya diisi dengan perkenalan. Baik dengan guru maupun dengan murid-murid.
Ketika jam pelajaran selesai, Eva di panggil lagi ke ruang kepala sekolah.
"Eva, ini tolong antar kan ke kantor ayahmu, mumpung masih siang kamu berangkat sekarang ya, " Pak Malik memberikan beberapa dokumen dengan map coklat.
"Ya pak, saya permisi, " Eva pergi dengan map coklat dari bapak Malik kepala sekolah tempat ia mengajar.
Beruntung kali ini Eva dapat tumpangan naik motor dari pak Ahmad salah seorang guru yang mengajar di SMA ini. Kebetulan arahnya sama dengan kantor ayah Eva. Jadi tidak perlu menunggu angkot yang pasti penuh oleh murid yang baru saja pulang.
Eva turun di depan kantor ayahnya, sedangkan pak Ahmad meneruskan perjalanan nya menuju perumahan yang berjarak beberapa kilometer lagi.
Eva cukup kenal dengan orang-orang di kantor ayahnya. Tentu saja karena seringnya Eva datang menemui ayahnya.
"Eva, mau ketemu Ayah? " tanya ibu Sarah salah satu staf di kantor itu.
"Iya Bu, apa ada ayah di dalam Bu? " Tanya Eva dengan sopan.
"Ada sih, tetapi sedang ada tamu, tunggu saja sebentar ya, " ucap bu Sarah mempersilakan Eva untuk duduk di deretan sofa yang memang di peruntukkan buat tamu, atau pegawai yang tengah bersantai. Apa ada pegawai yang santai? entahlah 😁
Ayah Eva memiliki ruangan sendiri, itu menunjukkan bahwa ia memiliki jabatan di kantor itu. Jabatan yang seringkali membuat rumah Eva banyak dikunjungi, oleh teman, kerabat, kenalan bahkan oleh orang yang tidak dikenal sekalipun.
Eva duduk dan sempat memikirkan siapa tamu ayahnya kali ini. Apa orang itu minta tolong untuk pindah tempat mengajar agar lebih dekat dari kampung nya, seperti tante Feni dulu? Tamu ayahnya tidak jauh dari masalah seperti itu.
Ketika pintu ruang ayahnya terbuka, Eva cukup tertegun. Sesaat tatapannya bertemu dengan tatapan si tamu yang baru saja keluar dari ruangan ayahnya.
"Hai Eva, " tegur Zainudin yang baru saja keluar dari ruangan pak Ibrahim kaget dan buru-buru menyimpan sesuatu kedalam tas ranselnya.
"Eva, silahkan masuk, " bu Sarah menyadarkan Eva pada tujuan utamanya.
"Ya Bu, terimakasih, " ujar Eva bangkit dan memberi tatapan tajam pada orang yang baru saja keluar dari ruangan ayahnya.
Eva menyerahkan titipan bapak kepala sekolah dengan cepat dan segera pamit pada ayahnya yang terlihat masih sibuk dengan kerjaannya.
Eva berlari mengejar seseorang yang membuat pikirannya tidak menentu. Namun, ia kecewa karena yang ia kejar sudah tidak kelihatan batang hidungnya.
Akhirnya Eva berjalan menuju halte terdekat. Namun, di warung kecil sebelah halte ia mendapat pemandangan yang membuat mata dan hatinya serasa terbakar. Eva mendekat perlahan dan sembunyi di punggung orang yang menuju ke warung itu juga.
"Berapa kau dapatkan uangnya Zainudin? "
"Seperti biasa bu. "
"Payah kau, kan ibu sudah bilang untuk minta tambah."
"Paman tidak bisa menambah bu, biaya hari-hari paman sudah cukup banyak. "
"Katamu? "
"Kata paman bu, "
"Ya sudahlah, ayo kita pulang. "
"Ini dia benalu yang selama ini menggerogoti ayahku. " Bisik Eva dengan hati yang sedih.
Ia ingin melabrak ibu dan anak itu, tetapi itu pasti akan menyakiti ayahnya. Zainudin itu ponakan ayahnya dan perempuan tadi adalah adik ayahnya. Entah hutang apa yang ayahnya miliki terhadap mereka, hingga setiap bulan ayahnya seperti ditagih hutang oleh mereka.
Eva terdiam duduk termenung dan mulai menangis sesenggukan.
"Hei paman, kau apakan istrimu? kalau bertengkar jangan di tempat umum paman, itu memalukan. "
Seorang siswa berpakaian putih abu menegur lelaki yang berada tak jauh dari tempat Eva duduk menangis.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Amelia
kebiasaan ada aja yang seperti ini 😠😠
2024-05-14
0
zin
Hadir kak 🥰
2024-02-16
1
Artini
semangat kaka
2022-01-29
1