Bab 2 - Menyukaimu

Tidak lagi limbung, tangan Intan dilepas perlahan oleh lelaki yang telah menyandang status pahlawan. Meski tidak lagi beradu tatapan, tapi jantung Intan masih saja berdebar. Demi menutupi rasa gerogi, Intan pun bergegas mengucapkan terima kasih pada si lelaki yang masih saja tersenyum lebar dengan memperlihatkan deretan gigi putih.

“Lain kali hati-hati,” ucap Sandhi, si dosen tampan yang beberapa waktu lalu menjadi perbincangan Intan dan Mira.

Ya. Penyelamat Intan hari ini adalah Sandhi. Sungguh, Intan sama sekali tidak menyangka akan bertemu Sandhi di tepian kolam ikan. Sandhi pula yang menyelamatkan Intan sehingga tidak sampai tercebur kolam. Bagi Intan, rasanya sungguh sesuatu sekali karena si penolongnya kali ini adalah lelaki yang pernah menjadi pujaan hati. Wajar juga bila Intan sempat berdebar-debar melihat senyuman Sandhi.

Pertemuan di tepian kolam berlanjut obrolan. Intan dan Sandhi mengobrol tanpa canggung karena dulu semasa kuliah S1 mereka berdua adalah teman satu jurusan. Begitu lulus, Sandhi lanjut S2, sedangkan Intan memilih untuk langsung bekerja.

Berbeda kota, tidak pula bertemu dalam waktu lama, membuat perasaan Intan terhadap Sandhi memudar. Intan mengira perasaan itu akan hilang sama sekali. Nyatanya, saat Intan dan Sandhi bertemu di tepian kolam, rasa manis itu seolah bisa Intan rasakan kembali.

“Tan, desa di ujung jalan sana bagus sekali pemandangannya.”

“Kamu dari sana?”

“Iya, ada kelompok mahasiswa bimbinganku sedang KKN di sana.”

Intan mengangguk-angguk, kemudian menyeruput es teh pesanan yang baru saja datang.

“Em, Sandhi. Aku boleh tanya nggak?”

“Silakan saja. Jangan sungkan!”

“Bagaimana rasanya jadi dosen?”

“Hm. Bagaimana, ya?” Sandhi tampak berpikir, dan lagi-lagi tanpa memudarkan senyuman. “Rasanya … manis,” lanjut Sandhi.

“Kok bisa manis?”

“Ya bisa, dong. Sama sepertimu.”

Deg!

Ucapan Sandhi benar-benar berpengaruh pada ritme detak jantung Intan. Jantung Intan sampai berdebar berlebihan. Deg-degan.

“Ma-maksudnya?” Intan sampai terbata menanggapinya.

“Maksudnya, sama seperti saat kamu mengajar murid-murid di kelasmu. Sikap mereka manis, bukan?”

Betapa angan Intan langsung terjatuh dari ketinggian. Ibarat tembok, langsung runtuh akibat salah tatanan. Intan telah salah paham. Salah menangkap maksud perkataan Sandhi. Harusnya Intan tidak buru-buru terbawa suasana hati. Apalah daya, semua sudah terjadi. Untung saja yang merasakan kesalahpahaman itu hanyalah Intan sendiri.

“Iya, muridku manis-manis. Dan, aku menyukai profesiku sebagai guru. Ya, aku menyukainya.”

“Hm? Menyukai siapa?” tanya Sandhi.

“Siapa? Ya menyukai profesiku-lah.”

“Oh. Aku kira kamu menyukaiku.”

Deg!

Kali ini Intan tidak ingin salah paham lagi. Intan langsung membentengi hati. Tidak lagi mudah terbawa perasaan sampai deg-degan seperti tadi. Intan sadar, sejak tadi ucapan Sandhi butuh penafsiran lebih. Yang Intan belum tahu, ucapan itu benar-benar ungkapan dari hati atau justru hanya candaan basa-basi.

“Jangan bercanda, San.”

“Bagaimana kalau aku sedang tidak bercanda?”

Hati Intan seperti sedang dibolak-balikkan. Sebelum ini dibuat melambung, terjatuh karena salah paham, kemudian harus kembali melambung tinggi, dan lagi-lagi karena ucapan Sandhi yang benar-benar membutuhkan penafsiran lebih.

“Benarkah?” Intan tampak ragu. “Apakah … selama ini kamu juga ….”

“Ya. Aku juga menyukaimu waktu itu.”

Jelas sekali ucapan Sandhi adalah pengakuan. Namun, Intan masih meragukan karena ada kata 'waktu itu' di belakang.

“Ha? Waktu itu? Bagaimana dengan sekarang?”

“Sekarang masih. Tapi, aku telah dijodohkan.”

Untuk ke sekian kalinya hati Intan dijatuhkan. Bedanya, kali ini ada perih yang Intan rasakan. Kecewa, iya. Patah hati, jelas terjadi pada dirinya.

“Oh. Selamat, ya.” Intan berusaha tegar.

Sekian detik tidak terjadi obrolan. Baik Intan maupun Sandhi sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing. Es teh yang tidak lagi dingin itu menjadi saksi pengakuan hati yang berujung sedih.

“Saat itu, saat kita masih kuliah, aku merasa tidak pantas untukmu, Tan. Aku kejar mimpiku, berharap akan bisa lebih pantas denganmu. Ternyata, ada takdir lain yang disiapkan untukku. Aku dijodohkan, dan aku tidak ingin mengecewakan,” terang Sandhi panjang lebar.

Menanggapi itu semua, Intan hanya tersenyum. Tidak ada kata penguat untuk mengimbangi penjelasan Sandhi. Bagi Intan, percuma saja dijelaskan. Sandhi telah memilih untuk menerima perjodohan, dan tidak ada lagi yang bisa Intan lakukan kecuali menerima kenyataan.

“Tan, kamu baik-baik saja?” Sandhi khawatir karena Intan hanya menunjukkan senyuman.

“I’m okay. Berbahagialah dengan pilihan orangtuamu.”

Jeda sejenak, Intan kembali menyeruput es teh miliknya demi meredam kelunya lidah, agar tidak ada pula ucapan terbata.

“Em, mendung, nih. Lebih baik kamu bergegas, San. Nanti kehujanan di jalan, lho.” Intan mengalihkan topik.

“Tan, aku tidak berniat buruk. Aku hanya ingin membuat pengakuan sebelum ….”

“Sebelum kamu melangsungkan perjodohan. Ya, aku paham.” Intan menggangguk-angguk sejenak. “Tidak masalah bagiku,” imbuhnya kemudian.

Ada kesedihan di hati Intan, tapi air mata pantang dia keluarkan. Ada pedih pula yang Sandhi rasakan, tapi dia tidak mampu memberi pengobatan. Ada keputusan yang telah Sandhi pilih. Demikian pula dengan Intan, dia juga telah memutuskan untuk menghargai keputusan Sandhi.

Sandhi pamit pulang, sementara Intan masih bertahan. Intan menghabiskan waktunya sendirian dengan melahap dua porsi lalapan nasi ayam. Sedih dan kecewa dia lampiaskan pada makanan dalam porsi besar.

“Pantas. Lagi-lagi ada kata pantas. Kenapa saat kamu sudah memperjuangkan kata pantas, aku justru kamu lepas?” Batin Intan, sambil tetap mengunyah makanan.

Selesai. Dua piring lalapan nasi ayam isinya telah tandas. Intan benar-benar puas.

“Lalu, di mana aku bisa bertemu dengan jodohku?” gumam Intan, sambil berjalan menyusuri tepian kolam ikan.

Intan berjalan perlahan menuju arah parkiran. Intan hendak pulang. Akan tetapi, langkah lambat membuat Intan jadi berlama-lama menyusuri tepian kolam ikan. Ditambah lagi, pikiran Intan sedikit terusik karena momen pertemuannya dengan Sandhi tadi kembali muncul tanpa permisi.

Tersenggol lagi. Intan yang setengah melamun, bahunya tersenggol lagi oleh seorang wanita yang terburu-buru pulang. Jauh berbeda dengan tadi, kali ini tidak ada seseorang yang membalikkan keadaan. Intan limbung, dan air kolam menjadi tempat pendaratan.

Byuuurr!

Intan basah kuyup ditemani ikan-ikan yang masih sibuk berenang. Beberapa pengunjung rumah makan sempat melihat, kemudian mengabaikan. Wanita yang tadi menyenggolnya pun seolah tidak peduli pada keadaan, bahkan terus berlarian kecil menuju arah parkiran. Sementara Intan, dia dengan tegar menuju tepian kolam. Tinggal beberapa langkah lagi sebelum akhirnya ada seseorang yang mengulurkan tangan.

Uluran tangan itu tidak langsung disambut. Intan mengusap wajahnya yang basah, lantas memfokuskan pandangan matanya. Ternyata, yang mengulurkan tangan kepadanya adalah seorang lelaki. Bukan Sandhi, melainkan lelaki lainnya lagi. Lelaki yang masih setia mengulurkan tangannya itu mengenakan setelan hoodie hitam dan celana jeans warna senada. Senyumnya merekah tertuju pada Intan yang masih belum mau menyambut uluran tangannya.

“Apa wajahku terlihat seperti zombie sampai kamu terbengong seperti itu, Tan?” canda si lelaki.

“Zombie?”

Lelaki ber-hoodie hitam itu tetap tersenyum. Kali ini tangannya lebih dimajukan agar Intan segera menyambut uluran tangan. Sayangnya, Intan kurang peka pada keadaan. Maklum, pikiran dan hatinya baru saja berantakan.

Byurr!

Bola mata Intan melebar karena melihat lelaki tadi justru ikut menceburkan diri ke dalam kolam ikan. Kini, Intan tidak basah kuyup sendirian.

“Sekarang, lebih baik kita keluar dari kolam sebelum menjadi tontonan. Mau aku bantu?”

“Ti-tidak. Aku bisa sendiri.” Intan menolak bantuan dan bergegas naik menuju tempat aman.

Siapakah lelaki itu? Akankah kisah di tepian kolam ikan akan berlanjut sama seperti sebelumnya? Nantikan lanjutan ceritanya!

Bersambung ….

Terpopuler

Comments

Arthi Yuniar

Arthi Yuniar

Sayang sekali Sandy udah di jodohkan...itu tandanya kamu tidak berjodoh dengan Sandy Tan😑😑

Mungkin kah cowok yang ikut nyebur ke kolam itu bkal jadi jodohnya Intan??

2021-12-31

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Dorr!
2 Bab 2 - Menyukaimu
3 Bab 3 - Tukang Bersih-bersih
4 Bab 4 - Bukan Liburan
5 Bab 5 - Beruntung
6 Bab 6 - Tolong Aku
7 Bab 7 : Bukan Pelakor
8 Bab 8 : Cerita dan Rencana
9 Bab 9 - Les Privat
10 Bab 10 - Di Warung Kopi
11 Bab 11 - Undangan
12 Bab 12 - Tentang Perasaan
13 Bab 13 - Sakitnya Bukan Main
14 Bab 14 - Kejutan yang Membuat Bingung
15 Bab 15 - Buktikan!
16 Bab 16 - Paket
17 Bab 17 - Ternyata Salah
18 Bab 18 - Rencana Mira dan Sandhi
19 Bab 19 - Ingatkah Kamu?
20 Bab 20 - Mencari
21 Bab 21 - Datang untuk Membantu
22 Bab 22 - Bimbang
23 Bab 23 - Pengakuan
24 Bab 24 - Yang Sebenarnya
25 Bab 25 - Pengagum Rahasia dari Masa Lalu
26 Bab 26 - Ada yang Keberatan
27 Bab 27 - Bersiap untuk Akhir Pekan
28 Bab 28 - Di Danau Berair Jernih
29 Bab 29 - Bertengkar
30 Bab 30 - Salah Sasaran
31 Bab 31 - Seorang Penggemar
32 Bab 32 - Menunggu Orang Tua Intan
33 Bab 33 - Meminta Restu Ibu
34 Bab 34 : Suasana Hati Sandhi
35 Bab 35 - Melanjutkan Niatan
36 Bab 36 - Romantis Berdua
37 Bab 37 - Kekuatan Perasaan
38 Bab 38 - Datang Melamarmu
39 Bab 39 - Menghibur Diri
40 Bab 40 - Seleraku Bukan Kamu
41 Bab 41 - Saling Membantu
42 Bab 42 - Ada yang Membuntuti
43 Bab 43 : Tertuduh
44 Bab 44 - Kabur
45 Bab 45 - Takdir yang Saling Terhubung
46 Bab 46 - Butuh Terapi
47 Bab 47 - Pilihan Sulit
48 Bab 48 - Melibatkan Diri
49 Bab 49 - Demi yang Tersayang
50 Bab 50 - Demi yang Tersayang (2)
51 Bab 51 - Tantangan 31 Hari
52 Bab 52 - Kejutan dan Bianglala Pasar Malam
53 Bab 53 - Malam Sebelum Berpisah
54 Bab 54 - Rutinitas Baru
55 Bab 55 - Menetapkan Hati
56 Bab 56 - Memantik Api
57 Bab 57 - Bertemu Juga
58 Bab 58 - Di Luar Rencana
59 Bab 59 - Jangan Ikut Campur
60 Bab 60 - Curhat
61 Bab 61 - Rumit Sekali
62 Bab 62 - Sikap yang Salah
63 Bab 63 - Peduli
64 Bab 64 - Tanpa Campur Tangan Kita
65 Bab 65 - Yang Tangguh juga Bisa Flu
66 Bab 66 - Dipaksa Menikahi
67 Bab 67 - Bukan dengan Paksaan
68 Bab 68 - Tersadar
69 Bab 69 - Alasan Fani
70 Bab 70 - Lunas
71 Bab 71 - Kondisi yang Membaik
72 Bab 72 - Diantar Pulang
73 Bab 73 - Akan Segera Menikah
74 Bab 74 - Seminggu Lagi Jadi Istri
75 Bab 75 - Pelakor Level 1
76 Bab 76 - Si Dalang Pelakor Bayaran
77 Bab 77 - Bertemu Jodoh Masing-masing
78 Pengumuman - Dukung Karya Author
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 - Dorr!
2
Bab 2 - Menyukaimu
3
Bab 3 - Tukang Bersih-bersih
4
Bab 4 - Bukan Liburan
5
Bab 5 - Beruntung
6
Bab 6 - Tolong Aku
7
Bab 7 : Bukan Pelakor
8
Bab 8 : Cerita dan Rencana
9
Bab 9 - Les Privat
10
Bab 10 - Di Warung Kopi
11
Bab 11 - Undangan
12
Bab 12 - Tentang Perasaan
13
Bab 13 - Sakitnya Bukan Main
14
Bab 14 - Kejutan yang Membuat Bingung
15
Bab 15 - Buktikan!
16
Bab 16 - Paket
17
Bab 17 - Ternyata Salah
18
Bab 18 - Rencana Mira dan Sandhi
19
Bab 19 - Ingatkah Kamu?
20
Bab 20 - Mencari
21
Bab 21 - Datang untuk Membantu
22
Bab 22 - Bimbang
23
Bab 23 - Pengakuan
24
Bab 24 - Yang Sebenarnya
25
Bab 25 - Pengagum Rahasia dari Masa Lalu
26
Bab 26 - Ada yang Keberatan
27
Bab 27 - Bersiap untuk Akhir Pekan
28
Bab 28 - Di Danau Berair Jernih
29
Bab 29 - Bertengkar
30
Bab 30 - Salah Sasaran
31
Bab 31 - Seorang Penggemar
32
Bab 32 - Menunggu Orang Tua Intan
33
Bab 33 - Meminta Restu Ibu
34
Bab 34 : Suasana Hati Sandhi
35
Bab 35 - Melanjutkan Niatan
36
Bab 36 - Romantis Berdua
37
Bab 37 - Kekuatan Perasaan
38
Bab 38 - Datang Melamarmu
39
Bab 39 - Menghibur Diri
40
Bab 40 - Seleraku Bukan Kamu
41
Bab 41 - Saling Membantu
42
Bab 42 - Ada yang Membuntuti
43
Bab 43 : Tertuduh
44
Bab 44 - Kabur
45
Bab 45 - Takdir yang Saling Terhubung
46
Bab 46 - Butuh Terapi
47
Bab 47 - Pilihan Sulit
48
Bab 48 - Melibatkan Diri
49
Bab 49 - Demi yang Tersayang
50
Bab 50 - Demi yang Tersayang (2)
51
Bab 51 - Tantangan 31 Hari
52
Bab 52 - Kejutan dan Bianglala Pasar Malam
53
Bab 53 - Malam Sebelum Berpisah
54
Bab 54 - Rutinitas Baru
55
Bab 55 - Menetapkan Hati
56
Bab 56 - Memantik Api
57
Bab 57 - Bertemu Juga
58
Bab 58 - Di Luar Rencana
59
Bab 59 - Jangan Ikut Campur
60
Bab 60 - Curhat
61
Bab 61 - Rumit Sekali
62
Bab 62 - Sikap yang Salah
63
Bab 63 - Peduli
64
Bab 64 - Tanpa Campur Tangan Kita
65
Bab 65 - Yang Tangguh juga Bisa Flu
66
Bab 66 - Dipaksa Menikahi
67
Bab 67 - Bukan dengan Paksaan
68
Bab 68 - Tersadar
69
Bab 69 - Alasan Fani
70
Bab 70 - Lunas
71
Bab 71 - Kondisi yang Membaik
72
Bab 72 - Diantar Pulang
73
Bab 73 - Akan Segera Menikah
74
Bab 74 - Seminggu Lagi Jadi Istri
75
Bab 75 - Pelakor Level 1
76
Bab 76 - Si Dalang Pelakor Bayaran
77
Bab 77 - Bertemu Jodoh Masing-masing
78
Pengumuman - Dukung Karya Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!