Selang beberapa menit setelah aku mengamuk dan memukul-mukul kakiku karena panik, aku mulai tenang dan bisa berpikir jernih. setelah semua tubuhku pulih dan bisa kugerakkan aku berdiri dan berjalan ke tempat orang lain yang juga ada disini.
aku pikir hal pertama yang harus dilakukan adalah membangunkan orang- orang ini dan bekerja sama dengan mereka. Itu kulakukan untuk meningkatkan kemungkinan bertahan hidup. Target pertamaku adalah orang yang memiliki badan yang besar yang berada di arah serong kiri dari tempatku
"Hei! Bangun! Bangun woi! Jangan tidur terus!"
Aku membangunkan dia dengan kasar, kucoba menggoyang-goyangkan badannya, namun tidak berhasil. Dia terus tertidur pulas tanpa ada tanda-tanda akan bangun.
"Bangun sialan! Dasar brengs*k! Bagaimana kau bisa tidur dengan sepulas ini?"
aku makin merasa kesal dari dia tidak bisa terbangun.
Plak! Plak! Plak!
Karena makin kesal, kutampar wajahnya beberapa kali, dengan harapan kalau dia akan terbangun.
"Ah! Hentikan oi! Itu sangat sakit"
"Akhirnya kau bangun juga"
"? Kau siapa? Dimana ini?"
"Akan kujelaskan nanti, untuk saat ini tolong bangunkan orang kurus berkacamata yang ada disitu terlebih dahulu. Tolong Bangunkan dia, dan aku akan membangunkan sisa 2 orang lagi"
"Hoi!!! Memangnya kau siapa berani memberiku perintah hah? Dasar kurang ajar! Kau pikir aku babu milikmu? Jelaskan dimana aku berada!"
"Berisik!! Aku juga tidak tau, yang penting untuk sekarang adalah membangunkan orang yang lain dulu. Siapa tahu ada yang tau dimana ini berada, kalau sudah tunggulah di dekat obor disana"
"Cih! Untuk kali ini kuturuti dulu"
Sial! Aku merasa menyesal telah memilih untuk membangunkan orang itu duluan, sepertinya dia hanyalah orang kasar berotak otot yang melakukan semua hal tanpa pertimbangan. Semoga saja orang berikutnya bukan orang bodoh seperti ini.
Orang kedua yang kucoba bangunkan adalah seorang perempuan. Perempuan itu berambut panjang lurus dan berwarna putih, dia memiliki tubuh yang ramping, dan kelihatannya berkulit sangat putih. Dia juga memakai yang sama dengan yang aku kenakan ketika melihatnya lebih dekat lagi, aku sadar kalo alisnya juga berwarna putih.
Karena dia perempuan, aku mencoba untuk membangunkannya selembut mungkin, kucoba untuk menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil meneriakinya untuk bangun, aku harap dia tidak sulit untuk dibangunkan seperti orang yang sebelumnya.
"Umm....? Siapa kau? Dimana aku?"
Dia akhirnya terbangun, ketika dia membuka matanya, aku bersyukur karena dia tidak begitu sulit untuk dibangunkan, semoga saja sifatnya juga tidak begitu buruk.
"Itu pertanyaan yang agak sulit untuk dijawab, untuk sekarang mari bangun dan berkumpul bersama dengan orang lain yang ada disini juga. Lalu, mari kita bicarakan tentang tempat ini"
"Umm...? Orang lain? Baiklah, kurasa aku tidak memiliki pilihan lain"
"Kalau begitu bantu aku untuk membangunkan satu orang lagi yang ada disana"
"Baiklah, aku mengerti"
Aku merasa bersyukur, untungnya orang ini mau mendengarkan penjelasanku dan rasanya dia bisa untuk diajak bekerja sama, sepertinya dia akan bisa menjadi rekan yang bagus, tidak seperti orang yang sebelumnya. Dan sekarang tinggal membangunkan orang yang terakhir.
Orang yang terakhir ini sepertinya seorang laki- laki juga...? Karena gelap aku kesulitan untuk mengidentifikasi jenis kelaminnya, tapi melihat rambutnya yang kelihatan pendek, besar kemungkinannya kalo dia adalah seorang laki- laki.
Eh...? Setelah kulihat badannya terlalu kecil untuk seorang laki-laki, dan setelah aku melihat wajah dan badannya dengan lebih seksama, aku sadar kalo dia seorang wanita. Dia memiliki potongan rambut pendek dengan model rambut bob, namun karena berbaring potongan rambutnya jadi kurang terlihat sehingga kupikir dia adalah laki-laki. Badannya pendek namun dia terlihat sedikit gemuk, dia juga memakai kacamata. Dan dia juga memakai pakaian yang sama denganku.
Sebelum aku mulai membangunkannya, perempuan yang tadi kubangunkan langsung mencoba membangunkannya lebih cepat dariku.
"Halo... Tolong bangunlah, tolong jelaskan dimana ini"
Aku senang karena dia berinisiatif tanpa perlu aku minta. Tapi dia membangunkan orang itu dengan agak kasar, dia mengguncangkan tubuh orang itu dengan kencang dan kasar, bahkan sesekali menamparnya meski pelan, tidak sepertiku. Walau itu tetap membuat pandanganku terhadapnya langsung berubah.
"Aduh! Sakit! Hentikan! Hentikan! Iya iya aku sudah bangun!"
Perempuan itu akhirnya terbangun dan sedikit mengumpat dan kelihatan kesal karena dia dibangunkan dengan kasar. Ketika dia berbicara, aku sadar kalau dia
"Dasar gila! Siapa kalian? Kenapa menamparku seperti itu? Dimana ini?"
Pertanyaan itu lagi, semua orang disini selalu menanyakan hal yang sama, yah sebenarnya tidak aneh, semua orang pastinya akan bertanya dimana dirinya berada ketika terbangun di tempat mengerikan seperti ini.
Yah tapi setidaknya aku harus menjelaskan apa yang aku tahu, tapi sebelum aku menjawab pertanyaan wanita itu, wanita berambut putih yang sebelumnya kubangunkan menjawab pertanyaan itu sebelum kujawab.
"Kami juga tidak tahu, kami juga terbangun di tempat ini tanpa mengetahui apapun, aku pikir kau mungkin tahu, jadi aku membangunkanmu, mohon lupakan jika caraku terlalu kasar, karena kau terburu-buru, jadi aku menggunakan cara kasar untuk membangunkanmu"
"Ugh... Setidaknya jangan menamparku seperti itu, rasanya sakit tahu"
"Hei! Jangan salahkan aku, kalau kau berada di posisi yang sama denganku kau juga pasti akan melakukan hal yang sama, mungkin saja lebih parah dariku"
"Ugh... Aku tidak bisa membantah hal itu"
Wow!!! Wanita itu hebat juga, aku sedikit kagum dengan kemampuan bicaranya yang hebat, dia mampu membuat wanita berkacamata itu tidak bisa membantahnya lagi dengan cepat.
"Lalu? Sekarang apa yang harus kita lakukan?"
"Aku tidak tahu, aku hanya mengikuti perkataan orang ini, cobalah tanyakan kepadanya"
"Hoi, kau pria sialan! Jangan hanya diam saja, katakanlah sesuatu!"
Sial, secara mendadak semua tanggung jawab dilimpahkan kepadaku, yah tapi karena ini adalah ideku, mungkin aku memang harus sedikit bertanggung jawab dan mengambil alih.
"Untuk sekarang mari berkumpul dengan yang lain di tengah ruangan ini, tepatnya di sekitar tempat obor yang ada disana, jika disana kita bisa bicara dengan lebih enak"
"Yang lain? Maksudmu ada orang lain lagi selain kita?"
"Iya, sebelum kalian, ada 2 orang lagi yang kutemui, mereka sudah kusuruh untuk menunggu di tengah"
"Oh iya, benar juga, kalau kulihat-lihat ada orang yang duduk disana"
"Kalau begitu ayo, nanti kita bicarakan disana"
Syukurlah dia juga bisa diajak bicara dengan baik, tidak seperti orang yang pertama, kalau begitu tinggal mencari cara untuk membuat orang yang pertama bisa diajak bekerja sama juga, dari fisiknya sepertinya dia akan berguna.
Setelah sampai di tempat obor diletakkan, aku melihat orang yang pertama kubangunkan sudah menunggu sambil berbaring tiduran, dia menguap dan tampak mengantuk. Sepertinya dia telah sampai sejak lama, yah wajar saja karena dia hanya perlu membangunkan satu orang saja.
Disampingnya ada orang yang tadi pertama kulihat, dia sedang duduk sambil memeluk kedua kakinya, dan menenggelamkan wajahnya ke dalam kedua kakinya. Dia tampak sedikit gemetaran, mungkin dia merasa takut karena mendadak terbangun di tempat yang mengerikan ini. Aku lalu menyapanya, dengan harapan agar dia tidak marah karena menunggu
"Halo, kau sudah lama menunggu yah?"
Mereka berdua langsung melihat ke arahku saat kupanggil, si pria berbadan kekar tampak jengkel, sedangkan si pria kurus hanya menatapku dengan pandangan kebingungan. Dan setelah kulihat wajahnya, si pria berbadan kurus memiliki memar berwarna biru di pipinya, sepertinya dia dibangunkan dengan cara yang sangat kasar, pastinya dia menerima banya sekali tamparan keras.
"Hoi!!! Kau lama sekali, aku sampai mengantuk menunggumu disini, ditambah lagi si pengecut ini dari tadi menangis dan memanggil ibunya"
Sudah kuduga, si pria berbadan besar ini marah karena aku membuatnya menunggu terlalu lama. Sial, dia pikir ini mudah apa.
"Hah?... Kau itu siapa? dasar sialan!!! Kami baru datang dan kau sudah mengumpat seperti itu, apa kau merasa hebat hah? Apa kau anak kecil? Cobalah bertingkah dewasa"
Hah? Ini membuatku terkejut, wanita dengan kacamata itu dengan berani membalas pria berbadan kekar ini, bahkan dia berani memprovokasi dia. Wanita berambut putih hanya diam di belakang, sepertinya dia tidak mau terlibat konflik apapun.
"Apa? Dasar wanita gendut, apa maksudmu tadi?"
"Genduttttt? Dasar pria bajing*n, berani sekali kau mengatakan hal itu kepada seorang perempuan, lihatlah dirimu sendiri"
"Tubuhku berisi otot dasar bodoh!!! Beda dengan tubuhmu yang berisi lemak!"
"Memang apa bedanya, tubuhmu juga terlihat gendut, lagipula sebesar apa ototmu sampai terlihat sebesar itu, apa mungkin otakmu juga hanya berisi otot?"
"Ah sialan!! Apa menurutmu kau pintar hah? Bagiku kau hanya perempuan gendut berkacamata"
Ahhh... Gawat!! Mereka malah bertengkar, kalau seperti ini mereka tidak akan bisa diajak bekerja sama, si pria berbadan kurus tidak bisa membantu, dia hanya gemetaran saja disana, si wanita berambut putihpun hanya diam tanpa berbuat apa-apa, terpaksa aku yang harus maju kalau seperti ini.
"Cukup, tenanglah kalian berdua, jangan bertengkar seperti ini"
Aku mencoba menengahi mereka, dan setelah kumenceramahi mereka, mereka menatapku dengan tatapan galak. Dan sekarang mereka balik menyerangku
"Dasar bocah sombong, kau pikir kau siapa berani menyuruhku ini dan itu, mau kuhajar hah?"
"Dasar pria payah, apa kau merasa hebat? Dari tadi kau tidak bisa apa-apa dan hanya bisa mengandalkan orang lain"
Ugh... Perkataan mereka tidak salah, tapi itu tetap membuatku sakit hati mendengarnya.
"Ayolah kawan, kalian ingin keluar dari sini kan? Sekarang yang terbaik adalah bekerja sama, karena kita tidak tahu tempat apa ini"
"Cih, awas saja jika kalian tidak berguna"
"Akh!!! Untuk kali ini kubiarkan saja dulu"
Akhirnya mereka tenang juga, jika seperti ini sepertinya mereka sudah bisa diajak bicara baik-baik.
"Baguslah, sekarang marilah kita duduk dan berbicara tentang diri kita masing-masing, setuju?"
Si wanita berambut putih yang dari tadi diam saja mendadak berbicara dan mengajak untuk membicarakan tentang diri masing-masing, aku merasa takut karena aku tidak tahu apapun tentang diriku sendiri, tapi yang lain nampaknya setuju dan mulai duduk melingkar, satu-satunya pilihanku adalah mengikuti mereka. Akupun ikut duduk dan bersiap mendengar cerita mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments