Pelahap Tangisan - Bab 03
Ardy menguap, ia memakai seragam setelahnya keluar dari kamarnya lengkap dengan wajah memelasnya itu. Dilihatnya atas meja makan terdapat makanan berjejer rapi, matanya mengerjap-ngerjap berulang kali keheranan. Mendekati meja makan ia memandangnya penuh kebingungan.
"Ahaha.. apa aku berhalusinasi ? Ahaha.." senyum masamnya jelas tertera di mukanya yang polos. Tangan meraih gelas, ia meminum air putih mencoba untuk menyadarkan dirinya dari khayalan ini namun tidak berguna karena tetap saja. Mencicipi masakan ini Ardy menganga lebar sesudah merasainya.
"Tidak.. tidak.. tidak.. aku pasti gila!" Ujarnya sambil pergi berjalan bergegas ke ruang tengah. Tak ada siapapun, giliran ia pergi ke halaman depan belakang rumah dan berbagai tempat dikunjungi olehnya mencari ulah siapa ini dan tak menemukan siapapun yang menyimpan segala sesuatu yang dapat di makan di dapurnya.
Dia duduk di kursi memukul jidat berulang-ulang kali seraya berkata, "ada apa sih ini ??"
"Ardy!.. Ardy!" Panggil seseorang depan pintu memanggil namanya. Menganggap ini tidak nyata Ardy pergi dari rumahnya berangkat sekolah bersama Rika. Meskipun ia berpikir bahwa ada yang menyimpan benda-benda itu di atas meja, itu tak mungkin karena ia mengunci pintu dan setelah mandi keluar dari kamar mandi ia tidak melihat sekumpulan makanan itu.
"Mana mungkin,.. aku berpakaian saja kurang dari satu menit.." ucapnya penuh keyakinan. Yang mendengar perkataan melantur dari Ardy tersenyum kecut, namun ia tak mempedulikannya dan menjadi teman lelaki payah seperti biasanya tak ada yang berubah sama sekali.
***
Sepulang sekolah, sesudah memperhatikan Rika yang telah menjauh. Ardy menelan ludahnya, ia memegang gagang pintu agak gemetaran kemudian membuka pintu melihat rumah yang bersih dan barang-barangnya rapi. Matanya terbuka lebar. Dia masih ingat tadi pagi belum sempat beres-beres, sehingga ia kaget tak main.
"Aku salah rumah.." angguknya seraya melangkah mundur. Tetapi, ini benar rumahnya buat sekali lagi Ardy tercengang melihat ada sandal depan rak sepatu dan suara bising di dapur. Serupa orang sedang memasak. Tak lama, kakinya berjalan sendiri masuk ke dalam rumah dan pintu menutup dengan sendirinya.
"Rumahku ada hantunya..!" Rintihnya sambil menangis. Sesaat seusai mendengar bunyi air mendidih, suara kompor dimatikan masuk ke gendang telinganya dan langkah kaki datang. Menerima pemandangan yang aneh, sesuatu seakan-akan berdiri di hadapan wajahnya mencapai ketakutan yang tertinggi dalam hidupnya.
Asap tebal berwarna putih tiba-tiba muncul, muncul tangan mengelus kepala Ardy dengan lembut. Bukannya merasa tenang justru lelaki ini malah semakin menangis. Mahkluk dikelilingi Asap putih ini berputar seperti pusaran, ada semacam mahkluk berdiri di hadapannya tetapi dengan perawakan aneh dan wujud tidak jelas.
Mahkluk ini menunduk menandakan ekspresi sedih. Tahu akan hal itu juga Ardy semakin bingung, sesaat setelahnya telepon genggamnya berbunyi dalam sakunya dan ia mengangkat panggilan.
"Ya.. baik, baiklah.. umm.." angguknya seraya menutup panggilan. Sesudah pembicaraan singkat itu, tampang mukanya mendadak berubah drastis menjadi sedih, Ingin tahu pembicaraan apa atau perintah apa yang diberikan padanya mahkluk ini mengambil ponselnya dengan memaksa. Ardy menatapnya heran, tak lama ia juga memanggil orang sebelumnya sehingga membuatnya kaget tak main.
"Hentikan! Nanti aku.." Ardy berkata seraya mencoba mengambil ponselnya. Bahkan memegang tangan mahkluk Hitam ini pun tidak bisa, ia kesusahan untuk merebut ponselnya kembali karena badannya yang tinggi menghalanginya. Bagai mahkluk mungil ia melompat-lompat dan merebut ponselnya lagi.
Di layar ponsel. Ada sekumpulan pesan beserta beberapa kalimat yang membuatnya takut, otaknya segera menerbitkan ingatan yang buruk dan paling hina seumur hidupnya. Tubuhnya bergetar ketakutan mengingat puluhan orang itu, membuatnya babak belur dan merebut semua barangnya.
Kedua tangan mahkluk Hitam ini meraih pundak Ardy mendudukkannya di kursi, mengambil satu suapan menyodorkannya pada mulut lelaki ini sembari memperlihatkan seringai jahat agak menakutkan. Dan entah karena terpaksa, atau takut Ardy membuka mulutnya mengunyah makanan dalam mulutnya.
Meskipun sudah merasai makanan ini sangat enak, dirinya merasa tidak aman berada di rumah sendiri begitu juga sama di luar rumah.
"Temui mereka.. kenapa kamu takut ?"
"Aku tak bisa," tolaknya menggelengkan kepala berulangkali. Mahkluk Hitam ini tampak menghela napas lagi, ia melangkah menuju kulkas mengambil sebotol susu menuangkannya ke dalam gelas bermaksud untuk memberi Ardy minum. Anak itu pergi ke kamarnya mengambil kesempatan.
"Kenapa dia kabur dariku.." lirihnya pelan. Dia berjalan, selepas hitungan langkah ia menemukan dirinya dari pantulan cermin wajah serta tubuh hitam bagai manusia yang diselimuti asap hitam dan layak untuk disebut iblis. Dia terlihat tersenyum masam.
Memanggil serta mengetuk pintu kamar Ardy, Ardy yang berada di dalam tak menjawab justru diam duduk di atas ranjang tidak memahami sepenuhnya maksud dari kejadian hari ini. Suara ketukan pintu memanggil dirinya akan tetapi ia bergeming tak bergerak sedikitpun tanpa mengindahkan panggilannya.
Yang dibayangkannya hanya peristiwa menyedihkan itu. Dirinya sudah memaafkan, namun tak pernah bisa melupakan semua yang telah dilakukan oleh teman sekelasnya bukan "teman" sesungguhnya yang dimaksudkan olehnya. Mengira masa SMA takkan mampu menjadikannya sebagai penyendiri ternyata salah, sama saja seperti sebelumnya.
Dimanapun dia berada pasti akan ada orang yang menertawakan, menendang, atau menjatuhkannya dengan niat hanya iseng. Saat Ardy meneteskan air mata pun, bukannya lontarkan kata untuk melontarkan ungkapan kata-kata permintaan ampun ataupun penyesalan malah tambah buruk.
"Ish.. gitu doang baper," ujar orang-orang pada saat itu. Saat menyaksikannya menangis. Para perundung itu berlindung di kata itu, sebuah kejadian yang musti membuat mereka panik, malah senyum jahat menjadi ciri khasnya. Ardy tidak bisa mempercayai siapapun mulai dari dibully, melahirkan perasaan takut percaya pada orang lain.
Beberapa saat setelahnya, pintu terbuka memperlihatkan mahkluk hitam ini datang dan menghampirinya. Sesudah di hadapan dia mengelus-elus rambut remaja laki-laki ini, merasai perasaan hangat nan nyaman remaja ini sedikit menerimakan dan mengabaikan.
Dan setelah beberapa menit, Ardy pun mengangkat wajahnya mendapati muka seseorang yang berada di hadapannya. Senyuman hangat walau samar-samar untuk dilihat, Ardy kelihatan nyaman begitu menyaksikan senyum itu dekat dengan jarak antara wajah mereka. Melihat ini membuatnya heran lalu saat ingin bertanya, asal usulnya dia pergi begitu saja seolah-olah tahu niatan Ardy.
Walaupun dia penakut, entah mengapa dia tidak merasakan rasa takut sedikitpun bahkan sebaliknya serasa ditemani oleh kenyamanan dan kehangatan untuknya. Dia berdiri dengan kedua kakinya. Keluar dari kamar, menangkap suatu bau masakan yang wangi dari dapur dan mahkluk itu menyajikan makanan di atas meja makan.
"Lah kenapa melihat itu membuatku lapar ?" Batinnya melihat sekumpulan sajian sebanyak itu. Hanya saja mana mungkin dia akan memakan hal yang belum jelas apakah aman atau tidak, walau kini mahkluk itu mulai memaksanya dan mendorongnya untuk ke ruang tempat memasak sekaligus tempat meja makan berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments