"Ruby apakah kamu mencari seseorang?" Sintia juga ikut menoleh ke kiri dan ke kanan berusaha mencari apa yang sedang Ruby cari.
"hmm iya" dengan masih clingak-clinguk.
"sebenarnya siapa yang kamu cari? apakah kak Aleska?" sintia bertanya dengan penasaran.
"tentu saja tidak" jawab Ruby masih dengan sikap acuh.
"lalu siapa?" pertanyaan Sintia terhenti saat dia menoleh ke arah pandangan Ruby
"Ruby kenapa kamu memperhatikan orang itu,? apakah dia orang yang kamu cari?" tanya Sintia tidak sabar ingin tahu.
"hmm" respon Ruby dengan muka datar
"Ruby, jangan jangan kamu memiliki masalah dengan orang itu" ucap Sintia yang tampak kwartir.
"bisa di bilang begitu" jawab Ruby masih dengan wajah datar.
"Ruby bukan kah itu, dia orang yang kemarin ingin makan siang dengan mu?" jelas Sintia dengan ragu ragu.
"tepat sekali tapi, Sintia coba kamu perhatikan dia! apakah kamu mengenalinya?" tanya Ruby sambil terus memperhatikan pemuda itu.
"mari kita lihat lebih dekat" sambung Ruby, sambil berjalan mendekat ke arah pemuda itu.
"hmmm" sintia melangkah dengan ragu ragu tapi tetap mengikuti langkah kaki Ruby.
"oh Ruby dia adalah Rice putra kedua keluarga Carllryss, ada apa dengan tampang nya yang babak belur itu? jangan bilang kalau dia di hajar oleh kakak mu Aleska" ucap Sintia menghentikan langkahnya.
mendengar perkataan Sintia, Ruby terdiam, dia sangat mengawatirkan Alaska. karena Aleska sudah berurusan dengan orang dari keluarga Carllyss yang merupakan musuh bebuyutan keluarganya.
"Ruby ada apa dengan mu?" tanya Sintia yang melihat Ruby yang hanya diam memaku di tempatnya.
karena Ruby berdiri terpaku hanyut dalam pikirannya sendiri, tampa disengaja dia menyenggol tangan seorang pemuda yang memegang sebuah nampan makan siang nya dan alhasil semua makanan pemuda ini tumpah ke lantai.
Sintia sangat terkejut, karena takut Sintia langsung menarik tangan Ruby untuk segera pergi dari sana.
kepergian Ruby disaksikan oleh Rice, ada tatapan kebingungan di matanya melihat sikap Ruby.
Ruby yang kebingungan hanya pasrah diseret sahabatnya pergi.
Ruby yang menghawatirkan Aleska tidak lagi mengingat akan menguji Aleska dengan mengganggu anak lain lagi.
dia hanya segera berlari untuk pulang ke mension mereka, karena memang Ruby dan Aleska tidak di fasilitasi dengan baik seperti kendaraan atau mobil dll.
karena mereka berdua hidup dibawah tekanan ibu tiri mereka Amanda dan putranya Devano, jadi Ruby hanya bisa berlari secepat mungkin menuju rumah mereka dan menunggu Aleska di rumah.
Ruby takut kakaknya membuat masalah dengan keluarga Carllyss yang sudah menjadi saingan bisnis ayah nya selama ini, dan memancing keributan yang akan membahayakan kakaknya.
saat Aleska tiba di rumah pun, Ruby langsung bertanya
" kakak? apakah kakak baik baik saja" tanya gadis itu terlihat khawatir.
"memangnya ada apa dengan ku" Aleska balik bertanya.
"aku khawatir dengan kakak, kakak tidak membuat masalah apapun dengan orang yang bisa membahayakan keselamatan kakak kan?"
Aleska mengangkat satu alisnya mendengar kan adiknya yang sangat imut itu bertanya, tapi dia hanya memperlihatkan wajahnya yang dingin kepada Ruby, dia bersikap seakan akan tidak pernah memperdulikan gadis itu, walaupun Ruby tengah berbicara kepadanya saat ini.
Aleska berlalu pergi meninggalkan Ruby yang masih celotehan menghawatirkan nya.
saat di kamarnya Aleska merebahkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya, walaupun mereka di abaikan dan tidak di berikan fasilitas seperti kendaraan dan pelayan tapi tetep saja perabotan di dalam mension tidak dapat diragukan.
saat dirinya terbaring lelah di atas kasur empuk miliknya dia berfikir, "ada apa dengannya yang selalu diam diam memerhatikan Ruby dan melindunginya."
"ah sial, ada apa dengan ku?" ucap Aleska kesal dengan dirinya sendiri.
bukankah kedepannya Ruby akan menjadi penghalang untuk memperjuangkan tujuannya dan akan menghalanginya serta menyusahkan nya kemudian hari. Aleska tidak ingin ribet melindunginya nanti apa bila terjadi kekacauan.
(ya dari awal Aleska berniat tidak akan pernah melindungi Ruby.)
tapi bagaikan angin, gadis kecil itu selalu ada di sekelilingnya setiap hari, bahkan malam pun Ruby tidak memberikan ruang untuknya, setiap malam gadis itu akan selalu menyelinap datang ke kamar aleska.
awalnya Aleska berniat mengusirnya tapi dia seakan akan tersihir oleh wajah polos Ruby saat tidur, akhirnya Aleska membiarkannya begitu saja, sebagai ganti selama ini Ruby telah mengurus mension dan dirinya. (itulah kata-kata yang di ucapkan Aleska pada dirinya sendiri waktu itu)
Aleska akan pergi ke kamar untuk tidur apa bila Ruby telah tertidur terlebih dahulu dan akan bangun lebih dulu juga, saat ruby masih terlelap, begitulah setiap harinya.
tapi saat ini Aleska merasa dirinya mulai aneh, biasanya Ruby mamang sering di buli dari kecil oleh teman teman nya, selama mereka tidak menyakiti Ruby secara fisik, maka Aleska akan membiarkan nya begitu saja.
hingga lambat laun sampai sekarang dia tampa sadar, tidak bisa menerima jika Ruby diganggu oleh anak laki laki lain, walaupun hanya sekedar menggodanya.
akhirnya Aleska selalu saja memberikan pelajaran kepada setiap orang yang menyakiti Ruby.
meski begitu Aleska tidak ingin Ruby mengetahui jika dia melindunginya, Aleska berfikir itu akan membuat Ruby sepenuhnya bergantung ke padanya.
padahal dia tahu jalannya nanti di masa depan akan penuh dengan darah dan air mata jadi di tidak ingin Ruby ada di sisinya.
"kakak ayo kita makan siang"
suara Ruby memecahkan lamunan Aleska,
dia berdiri dan membuka pintu, saat dia keluar kamar, untuk pertama kalinya Aleska menatap wajah manis Ruby yang sekarang berdiri di hadapannya.
karena memang selama ini dia hanya mengabaikannya, tampa menoleh sedikit pun untuk melihat wajah gadis itu, bukan karena dia membenci Ruby, hanya dia tidak ingin Ruby terlalu dekat dengan nya.
"hmmm baik lah" ucap Aleska.
Ruby membeku sesaat di tempatnya berdiri menatap Aleska yang berbicara sambil menatap wajahnya.
ini belum pernah terjadi sebelumnya.
"ada apa dengan mu? kamu akan makan atau tidak?" Aleska kembali berbicara kepada Ruby karena setelah dia berjalan beberapa langkah menuju meja makan Ruby masih mematung di tempatnya berdiri.
"tentu saja, kakak tunggu aku."
(sekarang sepertinya aku sudah berhasil mencairkan gunung es kak Aleska sedikit demi sedikit) batin ruby sambil berjalan dengan riang mengikuti langkah Aleska menuju ruang makan.)
*****
saat mereka makan dengan tenang, seorang pelayan masuk dan menghampiri mereka. tampa memberikan salam yang layak seperti sikap seorang pelayan kepada majikan mereka.
Aleska menatap dengan dingin ke arah pelayan yang mencoba mendekat ke arah mereka.
seketika pelayan tersebut menciut merasakan aura menakutkan dari Aleska .
"kenapa kamu datang ke sini?" Aleska menatap tajam pelayan itu karena ini belum pernah terjadi sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments