dari kecil Ruby sudah terbiasa menyelinap ke kamar Aleska saat malam hari, karena dia kesepian dan takut tidur sendirian.
sedangkan Aleska yang selalu bersikap dingin dan tidak pernah memperdulikannya.
Ruby selalu saja berusaha setiap harinya untuk mendapatkan perhatian dari kakaknya Aleska.
"hari ini aku harus berhasil mendapat kan perhatian kakak, agar aku dapat bertahan hidup di mension yang mengerikan ini, setidaknya sampai aku tumbuh dewasa dan bisa melarikan diri dari sini." ucap gadis kecil itu penuh tekad.
karena di bawah tekanan nyonya Amanda dan para pelayannya, Ruby hanya bisa hidup jika di lindungi oleh kakaknya. jika tidak bisa saja saat malam dia di bunuh oleh pelayan nyonya Amanda, untuk mengurangi saingan dan hambatan untuk putranya di masa depan.
malam ini seperti biasa Ruby akan kembali menyelinap ke kamar kakaknya Aleska.
walaupun sebenarnya Aleska tau bahwa Ruby setiap malam menyelinap ke kamarnya dia tetap tidak pernah mengatakan sepatah kata pun kepada gadis kecil itu, dan benar benar mengabaikannya dan membiarkannya melakukan apapun yang dia inginkan.
Aleska akan dengan sengaja menghindari Ruby dengan cara belajar sampai tengah malam di ruang belajarnya, dan saat Ruby telah tertidur pulas, baru Aleska akan ke kamarnya dan tidur di sebelah Ruby dengan tenang.
*
kicauan burung dan sinar matahari yang masuk melalui celah tirai jendela kamar Ruby membangun kan Ruby dari mimpi indahnya.
"ah ini sudah pagi"
sambil melirik ke sebelahnya.
"kakak sudah bangun" batin gadis itu muram melihat tempat di sebelahnya telah dingin, tanda kakaknya telah bagun jauh lebih dulu.
Ruby segera bangun dia berjalan ke sisi meja makan, seperti biasa, dia melihat sudah tersedia sebagian ayam bakar di atas meja, hari ini ayam itu terhidang dalam keadaan hangat, tak jarang juga Ruby menemui ayamnya itu sudah dalam keadaan dingin.
"apakah hari ini kak Aleska berhasil mendapat buruan saat sudah subuh lagi?" batin gadis kecil itu sambil mengigit ayamnya.
setelah selesai dengan makanannya, Ruby langsung mengambil alat pembersih dan mulai membersihkan mension itu.
sepertinya gadis kecil yang masih berusia sepuluh tahun itu sudah terbiasa dengan aktivitas nya yang satu ini.
"ah, akhirnya selesai" ucap Ruby sambil menyeka keringat di dahinya.
dia kembali meletakkan peralatan itu ketempat awalnya dengan rapi, dan berlari ke arah pintu dengan tidak sabar.
"kapan kakak akan pulang, aku sudah lapar" ucap gadis kecil itu terus memandang pagar halaman mension nya yang terisolasi jauh dari Mension utama.
*pemungkiman warga di sekitar hutan Pinus.
wajah dan baju lusuh Aleska di penuhi dengan kotoran dan keringat, dia berjalan ngos-ngosan mengangkat karung gandum ke atas mobil truk yang cukup besar untuk siap di antar ke kota.
"ini bagian mu" ucap pedagang gandum itu memberikan sekantong roti ke dekapannya.
setelah mendapatkan bayarannya Aleska berjalan pulang melewati hutan Pinus peliharaan keluarganya untuk sampai ke mension nya yang terisolasi dari Mension utama.
saat sampai dia berjalan masuk kedalam rumah melewati Ruby yang telah dari tadi menunggu kedatangannya, Aleska meletakan roti yang di bawanya di atas meja, dan berjalan gontai menuju ke dalam kamarnya.
Ruby hanya diam memperhatikan punggung Aleska kecil yang masih berusia tiga tahun di atasnya berjalan dengan lelah kembali ke kamarnya.
(ya saat ini usia Aleska masih 13 tahun.)
Ruby yang sudah terbiasa dengan sikap dingin Aleska yang seperti itu, dia langsung mengambil roti yang di bawa Aleska dan memakannya sendiri.
dia duduk di kursi meja makan sambil terus memperhatikan pintu kamar Aleska yang berada di lantas dua, dengan terus mengunyah roti yang ada ditangannya.
(suram itulah gambaran yang tepat untuk mereka berdua, hingga waktu berlalu, sekarang mereka sudah berusia remaja, dimana Ruby sudah berusia 17 tahun dan duduk di tingkat akhir sekolah menengah atas (SMA).
dan Aleska yang telah berusia 20 tahun. tapi selama ini Aleska tidak pernah masuk sekolah formal dan mendapatkan pendidikan normal seperti anak lain pada umumnya.
dia hanya akan berdiam diri dan belajar sendiri di ruang belajarnya yang berada tepat di samping kamarnya, dia akan berada di sana saat malam hari hingga tengah malam.
tapi saat Ruby sudah berada di tingkat akhir atau kelas 3 (SMA) Aleska tiba tiba masuk ke sekolah Ruby dengan umurnya yang sudah menginjak angka 20 tahun itu dan menduduki kelas yang sama dengan Ruby, yang membedakannya hanya kelas yang mereka tempati.
*saat hari Minggu
Ruby bangun dari tidurnya, dia turun dan menyiapkan sarapan untuk mereka berdua dan membereskan mension bagian timur tempat mereka berdua tinggal seperti biasa, karena sudah terbiasa tidak pernah ada pelayan yang di sediakan untuk mengurus maupun membantu mereka berdua.
karena seiring berjalannya waktu dan tampa gangguan dari nyonya Amanda secara langsung, Ruby mulai melupakan masa kecilnya yang kelam dan terus tumbuh menjadi gadis yang supel, rajin dan ceria.
seakan-akan sifatnya ini menutupi kekosongan mension di sisi timur.
sehingga tempat tinggal mereka selalu terlihat bersih dan cerah. mereka berdua hidup dengan tenang di mension Timur seolah olah mereka telah menikmati dan terbiasa hidup terisolasi dari dunia luar.
selesai menyiapkan sarapan, Ruby berencana menyusul Aleska ke tempat latihannya.
biasanya Aleska akan berlatih setiap hari minggu saat libur sekolah seperti hari ini, dia akan menyibukkan diri dengan latihan ilmu bela diri dan menembak.
sehingga tidak ada anak anak di sekolahnya yang berani macam-macam dengannya termasuk pelayan yang berkeliaran di sekitar mension mereka.
karena Aleska sendiri sudah seperti mesin pembunuh dengan keahlian yang di milikinya, walupun masih di usia remaja tapi sikap dingin yang dipancarkan oleh Aleska kepada semua orang, bisa membuat orang merasa membeku seketika.
Ruby yang sudah berusia remaja saat ini berlari lari kecil dengan riang dan percaya diri untuk menyusul Aleska ke tempat latihannya.
"kak wanda?" ucap Ruby, dia berhenti saat melihat seseorang seperti sedang mengintip.
"ah Ruby, kau ingin aku jantungan?" sambil memegang dadanya kesal.
"apa yang kakak lakukan di sini? kakak selalu saja melihat kak Aleska yang berlatih dari kejauhan." dengan nada menyelidik.
"karena aku sangat mengagumi kepintaran dan kelihaian kak Aleska dalam bertarung" jawab Wanda tampa melihat ke arah Ruby.
dia sibuk memperhatikan Aleska yang tengah latihan.
"tapi kenapa kakak setiap hari hanya berdiri di sini memperhatikan kak Aleska ?" ruby bertanya dengan rasa ingin tahu.
"kamu tau aku sangat takut kepada ibu ku, dia tidak menyukai kalau aku mendekati kak Aleska, tapi apa kamu tau apa yang membuatku lebih takut?" ucap pemuda itu polos.
"apa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments