Selusur pantai tampak ramai dengan banyak orang lalu-lalang melepas penat. Kedai-kedai dipenuhi orang-orang berkebutuhan memenuhi perut atau hanya mampir menyesap segelas minuman.
Evangeline menikmati suasana pantai di bawah sana dari atas bukit karang. Angin kencang khas pantai menghempas rambutnya ke sana kemari. Praktis membuat surai panjang lurusnya berantakan.
Udara asin ia hirup sebanyak-banyaknya. Barangkali kesempatan ini yang terakhir kalinya diberikan Keanu.
"Gue cuma beli satu karena di bawah udah pada habis."
Suara itu mengalihkan perhatiannya. Keanu baru saja duduk sambil membawa kelapa muda dengan sebuah sedotan tampak menjulang dari dalam buah bercairan banyak itu.
"Yaudah buat berdua aja." Balas Evangeline menghibur. Kemudian menyesap minuman menyegarkan itu rakus.
Keanu memandang gadis pemilik mata coklat terang itu dengan senyum tipis.
"Lo nggak pernah tau, Lin. Seberapa besar gue sayang sama lo."
"Hah? Apa, Nu?"
"Nggak ngomong apa-apa gue."
"Gue tadi denger lo ngomong sesuatu." Kata Evangeline ngotot. Telinganya masih normal. Nggak mungkin, kan suara Keanu salah ia kenali.
"Sumpah demi apa?" Keanu mengulurkan tangan kanan. Tapi Evangeline menghempasnya sambil cemberut.
"Gue nggak mungkin salah denger, Keanu."
"Mungkin bukan gue yang ngomong, Lin."
"Enggak, ih.... Nggak ada hantu di siang bolong begini."
Keanu menahan tawa. Ekspresi kesal Evangeline membuatnya ingin terpingkal-pingkal.
"Bukan gue sumpah."
Evangeline memicingkan mata. Ia tahu telinganya tak salah. Dan lagi, wajah merah padam Keanu membuatnya curiga. Barangkali cowok itu memang sengaja mengerjainya.
Kedua tangan Evangeline bergerak menggelitik perut rata Keanu. Cowok itu pun refleks bergerak menjauh sambil tubuhnya menggeliat-geliat dan terbahak.
"Ngaku nggak lo." Ancam Evangeline terus-terusan menggelitik.
Sok-sokan cool tapi tidak tahan digelitik. Hah, dasar Keanu payah.
"Ampun, Lin.... Ampun...."
"Gue nggak mau berhenti kalo lo belom mau ngaku!"
"Bukan gue... yang... ngomong... ahaha."
Evangeline menambah kecepatan menggelitiknya. Tanpa henti. Tanpa ampun. Membuat Keanu semakin belingsatan dan hampir jatuh ke bawah seandainya Evangeline tidak menahan pundaknya.
Keanu menjatuhkan tubuh di atas karang. Sekaligus menjatuhkan Evangeline ke pelukannya. Kepala gadis itu refleks menempel nyaman di atas dadanya.
Napasnya ngos-ngosan. Evangeline bisa merasakan detak jantung Keanu yang berdetak cepat di bawah telinganya.
"Lo milik gue, Alin." Ucap Keanu pelan. Tapi masih bisa didengar jelas oleh si empunya nama.
"Gue tau."
"Nggak ada yang boleh milikin lo selain gue."
"Lo egois, Keanu."
"Gue nggak peduli. Yang penting lo selalu ada di sisi gue."
"Sekarang gue udah ada di sisi lo."
"Tapi lo bakal pergi."
Evangeline menatap Keanu. "Gue nggak akan pernah pergi dan lo tau itu."
"Sekarang lo bisa bilang gitu karena status lo tawanan gue."
Salah satu sudut bibir Evangeline bergerak ke atas. "Gue nggak punya apa-apa, Keanu. Apa yang lo mau dari gue?"
Pertanyaan itu selalu muncul dari bibir Evangeline. Tapi tak pernah terjawab. Evangeline juga tak pernah mengharapkannya. Pertanyaannya semata-mata menghibur dirinya sendiri.
Tapi, balasan yang keluar dari bibir Keanu membuatnya terdiam tanpa sepatah kata.
"Lo tau sendiri kalo lo incaran semua orang. Gue kayak punya permata paling bernilai di dunia kalo berhasil milikin lo seutuhnya. Semua mata dunia bakal menyorot ke gue.
"Tapi bukan itu yang bikin gue berambisi buat memiliki lo. Kehancuran lo yang gue harapkan."
Keanu menghentikan ucapannya sebentar, untuk menghela napas. Sambil menikmati perubahan raut wajah Evangeline yang awalnya tenang jadi tegang.
"Gue bakal ngehancurin lo, Eve. Lo bakal mati sama seperti Rey."
Dua nama kecil orang yang berbeda itu disebut enteng oleh Keanu. Wajahnya tenang, tanpa ada beriak yang mewakili ucapannya. Sementara wajah Evangeline sudah berubah merah padam menahan amarah.
Lama sekali Evangeline tidak mendengar nama seseorang yang pernah berarti di masa lalunya disebut-sebut. Karena orang itu sudah pergi tanpa jejak. Berita kematiannya saja tertutup dari publik sampai sekarang.
Tapi tidak bagi Evangeline. Sebab ia tahu semua cerita dari awal sampai akhir. Ia menyimak betul kejadian awal Raymond kecelakaan sampai akhirnya Raymond masuk dalam peristirahatan abadinya.
Dan sekarang, mendengar nama Raymond disebut jelas oleh Keanu, membuat amarahnya langsung menggelegak ke permukaan. Keanu masih sekejam dulu, dan tidak pernah merasa berdosa.
"Kalo gitu kenapa lo nggak biarin gue mati sama Rey?"
"Nggak semudah itu. Lo harus ngrasain penderitaan gue saat kalian masih menjalin hubungan di belakang gue!"
"Lo tau kalo gue nggak pernah cinta sama lo. Dan Rey adalah pilihan papa."
Keanu meringis sambil memegang dadanya. Berlagak seolah hatinya sangat sakit. Sedetik kemudian tawanya terbit. Tawa jahat yang belum pernah Evangeline dengar dari Keanu. Seketika bulu kuduknya berdiri.
"Itulah kenapa kalian terjebak sama gue. Lo itu milik gue seorang dan lo harus ngrasain penderitaan gue sekarang!"
"Kalo gitu biarin gue mati sekarang, Keanu! Biar lo nggak terbebani lagi sama nasib gue." Raung Evangeline sambil menyingkir ke tepi tebing. Sejengkal saja ia mundur, tubuhnya sudah pasti terjatuh tercebur di atas air laut. Terbawa arus entah sampai mana.
Tapi Keanu hanya menatap datar cewek itu. Ia sudah biasa menghadapi Evangeline ketika marah. Keanu tetap tenang. Setenang ketika memikirkan Evangeline tidak akan berani meninggalkan orang tuanya di tangan demon.
"Lo berani ninggalin orang tua lo sama gue?"
"Mama dan papa nggak akan pernah nyalahin gue tentang ini. Mereka bakal nampar balik lo, Keanu."
"Yakin? Kalian kucing jalanan sekarang. Mereka nggak punya apa-apa lagi, mereka nggak bisa ngapa-ngapain gue. Bokap dan nyokap lo bakal lebih leluasa gue siksa kalo lo pergi."
"Jangan berani macem-macem lo!"
Mata Evangeline tampak menyala-nyala. Berang sekali menghadapi iblis licik seperti Keanu. Keinginannya untuk lenyap semakin besar, tapi sama besarnya seperti kekhawatirannya mengenai mama dan papa.
Sialnya Keanu selalu tahu kelemahannya di mana. "Jadi, lo mau gue siksa atau orang tua lo yang gue siksa?"
Dada Evangeline naik turun. Keanu sukses membuatnya emosi dan menangis. Laki-laki berhati iblis itu mana mau berbelas kasih. Hatinya seolah mati. Tega membiarkan nyawa orang lain melayang. Tega menjebak keluarganya. Tega mengurungnya.
Evangeline merasakan tubuhnya masuk ke pelukan Keanu. Laki-laki itu mengelus kepalanya lembut, berlainan dengan hatinya yang sekeras batu.
"Jawab gue, Evangeline. Lo pilih Rey atau gue."
"Rey udah mati."
"Jawab."
Evangeline menghela napas.
"Gue milih elo."
"Selamanya?"
"Ya."
"Dan selalu ingat satu hal. Jangan pernah bawa perasaan apapun dalam hubungan palsu kita. Gue-cuma-mau-menyiksa-lo-dan-keluarga-lo."
Evangeline merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya. Kata-kata Keanu tajam menusuk. Mengintimidasinya lagi seperti biasa. Tapi kali ini lebih menggetarkan karena kejujuran Keanu tentang semuanya.
Awalnya Evangeline pikir Keanu hanya terobsesi. Mama pun memiliki konflik dengan papa Keanu. Jadi siasat balas dendam papa Keanu dapat tersalurkan dengan baik, sama seperti putranya.
Tapi ternyata, alasan pribadi Keanu serumit ini.
"Coba diulang."
"Selamanya gue memilih elo dan nggak akan pernah jatuh cinta sama lo, Keanugrahan Samudera."
"Selamanya lo terjebak sama gue, Evangeline Sonja. Dan nggak akan pernah bisa keluar lagi."
Air mata mengalir tanpa komando dari kedua mata bulat Evangeline. Membentuk aliran anak sungai di kedua pipi tirusnya. Hatinya sakit, seperti tertusuk benda runcing.
Perasaannya terang-terangan dimainkan oleh Keanu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Triana R
halo kak... maaf baru sempat mampir lagi... semangat ya
2020-08-15
0
Yana Picisan
Lanjut kak👍
2020-08-14
2
Efin
bagus
2020-08-11
1