Rena tidak nyaman dengan posisi yang kini ia dapati. Sehingga Rena tidak tenang dan banyak bergerak di atas pangkuan Roy.
Sedangkan Roy merasa tergoda dengan Rena yang tidak bisa diam, kini gairahnya bangkit kembali setelah sedih memikirkan rumah tangganya.
"Hei k8amu bisa diam tidak? Nanti kalau kamu makin tidak bisa diam, mungkin aku yang akan naik dan duduk di atasmu, taoi mungkin di atas ranjang!!" ancam Roy.
"Ah jangan tuan baiklah aku diam" Rena memberhentikan gerakan gerakannya.
Roy mendekati dada Rena dan menyandarkan kepalanya disana.
Rena tentu saja Risi dengan hal itu karna itukan Aset Rena yang berharga.
"Aku hanya ingin tempat untuk menenangkan saraf otak otakku yang mungkin saja akan putus jika terlalu tegang." Roy bersuara setelah beberapa menit ia menghabiskan waktu bersandar di situ.
Rena kembali iba kepada Roy. "Apa boleh aku mengelus rambutmu tuan, aku suka aroma rambutmu" Rena hanya ingin menenangkan Roy dengan mengelus rambutnya.
Roy kembali menatap rena dengan dagunya yang masih menempel di situ.
"Silahakan saja kalau kamu mau"
Dan Roy kembali menyandarkan kepalanya.
Rena kemudian menelus elus rambut Roy dengan lembut, aroma manis menyeruak, karna posisi Rena kini telat di depan Rambut hitam Roy. Dan Rena dapat menghirup aroma rambut Roy.
Sedangkan itu Roy sedang menikmati empuknya dan nyamannya posisinya kini.
"Aku hanya ingin di sayang, hanya ingin di perhatikan, tapi dia malah mencari laki laki lain untuk memuaskan dirinya. Aku kurang apa?? Apa??" Roy mengangkat kepalanya dan menatap Rena dengan pertanyaan yang enatah harus di jawab apa oleh Rena.
Air wajah Roy kembali sedih, Rena memberanikan diri untuj mengelus pipi Roy. Roy tampak menikmati elusan dari tangan Rena dan kembali meletakan kepalanya ditempat tadi. Kemudian Rena mengelus rambutnya lagi.
"Aku mungkin sibuk, tapi aku pintar kok membagi waktuku untuknya dan untuk pekerjaanku. Waktu luangku untuknya sangat aku usahakan, bila ia sakit aku akan merawatnya hingga lupa dengan merawat diriku sendiri. Tapi kini apa yang aku dapatkan hanya sebuah penghianatan. Oohh sungguh malang nasibmu Roy." Roy mengejek dirinya sendiri dari balik dada Rena.
Rena hanya bisa menjadi pendengar setianya Roy. Setelah berselang lama, Tidak ada suara Roy yang mengoceh ngoceh tidak jelas, tapi suara nafasnya yang perlahan namun teratur.
"Apa dia tertidur??" tanya Rena pada dirinya sendiri.
Rena berusaha mengintip Roy yang masih sangat nyaman di situ. Dan benar dugaannya Roy terlelap.
Rena melihat di pergelangan tangan Roy ada jam tangannya. Di jam itu menunjukan pukul 11 malalm.
"Pantas saja ia terlelap, rupanya sudah larut malam" ucap Rena setelah melihat jam.
Rena kini mulai mengantuk, tapi ia usahakan untuk bertahan agar tidak tertidur.
Kepala Rena semakin menunduk menahan kantuk, dan langsung terbentur kecil dengan kepala Roy dan membuat Roy sadar dari alam mimpinya.
Roy kemudian mengangkat kepalanya dan memperhatikan wajah Rena yang juga sudah mengantuk.
"Ayo kita tidur Rere.. Aku akan memesan kamar untuk kita tiduri bagaimana?" Ajak Roy.
"hah? Tidak usah tuan, aku akan kembali ke tempatku saja." jawab Rena
"Tapi aku membutuhkan kamu Rere, aku mohon!! " pinta Roy dengan wajah memelas.
"Eemm... " Rena tampak berpikir keras untuk hal itu.
"Baiklah begini saja, aku akan memberikan 100 juta jika kamu mau tidur denganku, hanya tidur dan tidak melakukan apa apa, paham?" masih marayu.
"Baiklah ayo tuan" Rena pun setuju dengan tawaran Roy, tawaran yang begitu besar dengan hanya tidur dengannya. Tentu saja Rena tak menolaknya.
****
Roy memesan satu kamar untuknya dan juga Rena bermalam berdua. Kini keduanya sudah di dalam kamar tersebut kamar itu adalah kamar Sweet di tempat itu, tapi Rena dan Roy hanya menggunakannya untuk semalam.
Roy membaringkan tubuhnya dengan kasar di ranjang sedangkan Rena masih melepaskan alas kakinya. Rena yang melihat Roy belum melepaskan alas kakinya pun menghampiri Roy.
"Tuan apa mau saya lepaskan alas kakinya?" tanya Rena dengan lembut pada Roy karna ia takut mengganggu Roy yang akan terlelap lagi.
"Oohh.. Silahkan kalau kamu mau melepaskannya." Rupanya Roy belum tertidur lagi. Ia masih sadar.
Rena pun dengan perlahan berjongkok dan melepaskan alas kaki Roy.
"Dulu aku pernah mencoba pura pura tidur dan tidak melepaskan alas kakiku, tapi istriku pulang larut malam tidak melepaskannya, dia hanya berlalu dan memersihkan dirinya. Setelah itu langsung tidur tanpa memperdulikan aku yang masih mengenakan sepatu." tiba tiba Roy menceritakan kembali kehidupannya pada Rena. Rena sempat berhenti melapaskan alas kaki Roy, tapi setelah Roy selesai bercerita Rena melanjutkannya lagi.
Kini alas kaki Roy sudah terlepas, Rena kemudian masuk ke toilet dan tak lama ia keluar lagi dan mengeringkan wajahnya, Roy yang masih terjaga bangun dari baringnya dan melihat apa yang Rena lakukan.
"Tuan masih belum tidur?" Rena baru menyadari bahwa Roy masih terjaga.
"Berhenti mamanggilku tuan, aku lelah di panggil tuan terus. Panggil aku Roy, namaku Roy Filip." ucap Roy lalu membaringkan tubuhnya lagi.
"Cepatlah kemari, aku ingin memelukmu lagi. " Rengek Roy saat kini Rena sedang menyisir rambutnya.
"ooohh tuan menungguku rupanya." Rena langsung meninggalkan Sisirnya dan membaringkan tubuhnya di samping Roy.
"Maaf tu.. Roy... " Rena memperbaiki kata katanya takut ia akan di tegur lagi oleh Roy.
"Aku tidak pernah mendengar kata maaf dari Debora. Sedikit pun tidak pernah, malah aku yang sering meminta maaf padanya. walaupun itu kesalahannya." Roy lagi lagi menceritakan kehidupannya.
"Nama istrimu Debora?" tanya Rena sambil menatap Roy. Begitu pula Roy yang terus menatap Rena
"Iya namanya Debora, Kadet Debora. Desainer cantik yang ada di kota kita ini." ucap Roy menjawab.
"Ooohh aku sering melihatnya di televisi. Dia benar benar cantik." jawab antusias Rena.
"Ciih. Dia itu kalah cantik daripada kamu. Tak percaya??"
CUP..
Mata Rena terbelalak, bagaikan ada panas yang melewati bibirnya lalu turun ke tubuhnya dan terus menjalar hingga ujung kakinya.
Mata Roy terus menatap Rena, memparhatikan ekspresi Rena yang terkejut bukan main.
"Tuan..." Roy tersenyum makij lebar melihat ekspresi Rena yang lucu itu.
"Apa kamu tidak pernah di cium?" tanya Roy sembari masih tersenyum lebar.
"Pernah ibu yang mencium." jawab Rena apa adanya.
Dan lagi lagi membuat Roy terpingkal pingkal dengan jawaban Rena.
"Haahh kamu ini jago sekali membuat lelucon. Mana ada wanita yang berkerja disini tidak pernah di cium sayang." ucap Roy dan membalik tubuhnya menghadap Langit langit kamar.
Tampak Roy tengah berpikir dengan berat.
"Ayo kita menikah" ucapnya tiba tiba setelah berpikir keras.
Rena makin terkejut mendengar ajakkan Roy.
"Maksud tuan Roy apa? Menikah? Bukankah tuan sudah punya Istri?" Roy sudah menduga akan ditimpa pertanyaan bertubi tubi oleh Rena.
off batrai sekarat... bye bye..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 362 Episodes
Comments
Aumy Re
mampir baca thor
semangat berkarya
salam di batas cakrawala
2022-04-22
1
OLivia CeciLia
AQ suka ceritamu Thor, semoga si Roy karakter pria yg tegas ya dan ga plin plan
2022-04-21
1