Sudah sepekan Agung dan anaknya menikmati liburan di negeri kincir angin. Taman yang cantik, varian bunga, kanal-kanal bersih, makanan Belanda, kucing-kucing yang ramah. Liburan mereka terasa indah, karena itu semua.
Dan satu lagi, Ega. Penyempurna liburan Nayla dan Agung selama di Holland. Mereka berdua berpamitan terlebih dahulu pada Ega, sebelum akhirnya kembali ke Indonesia. Negara tercinta, yang rakyatnya terkenal dengan tingkat keramahan yang tinggi di mata turis.
Saat ditanya hal paling berkesan apa yang mereka temui ketika melancong di Belanda, Nayla dan Agung akan serentak menjawab Ega.
Agung, yang notabene adalah lelaki hidung belang, bahkan sangat ingin mempersuntingnya. Sejak zaman kolosal hingga zaman CGI, entah kenapa lelaki yang buruk seperti Agung sekalipun, pasti menginginkan perempuan yang baik seperti Ega untuk menjadi pendamping hidupnya.
Begitulah para lelaki, selalu berharap bisa menikahi perempuan yang baik. Tanpa sadar, merekalah sebenarnya sumber kerusakan perempuan.
...****...
Nayla, anak yang sudah dua tahun ditinggal ibunya, sangat ingin Ega menjadi mama barunya. Kini, misi Nayla dan Agung sejalan. Mereka sama-sama menginginkan Ega menjadi bagian penting dalam hidupnya.
Enam bulan berlalu, Ega akhirnya berhasil meraih gelar doktornya. Lulus dengan nilai Summa Cum Laude.
Di hari kelulusannya, Ega mengenakan baju khas Indonesia. Baju batik syar’i, dengan hijab juga tentunya.
Ia yang biasanya alergi dandan, kini mengenakan make up. Saking cantiknya, classmatenya sampai tidak mengenalinya.
Ia yang dulunya juga alergi kamera di hadapan orang lain, kini ikut berpose. Belajar dari pengalaman sebelumnya, Ega pernah menyesal karena tidak ikut berfoto saat ada event.
Waktu itu ada teman S2-nya yang meledek, karena saat ditanya jabatan apa yang pernah diduduki di kampus, Ega mengaku pernah menjabat sebagai wakil ketua himpunan.
Saat temannya itu meminta bukti foto, Ega tidak bisa membuktikan ucapannya. Karena selama ini, ia anti kamera. Walhasil Ega ditertawakan.
Ega yang tak terima dianggap berbohong, nekat membawa sertifikat penghargaannya saat ke kampus. Dengan begitu, ia mampu membungkam mulut lemes temannya tadi.
Seringkali seperti itu, seseorang sebenarnya tak ada niat untuk show off. Tapi diam juga tak mampu membuktikan kebenaran. Maka mau tak mau, bertindak adalah langkah yang paling tepat untuk membela diri.
...****...
Setelah mendapatkan ijazah doktornya, Ega kembali ke Indonesia. Kemudian mendaftarkan diri menjadi dosen di universitas tempat ia meraih S2-nya. Kampus tempat adiknya Agung mengejar S1 saat ini.
Dengan senang hati pak rektor menerimanya. Selain karena lulusan luar negeri, Ega juga sangat cantik. Mata pak rektor yang doyan kawin ini langsung melek saat melihatnya.
Bahkan tak lama setelahnya, pak rektor merekrut Ega menjadi dekan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dengan tujuan setiap kali ada event di kampus, ia bisa melihat dosen cantik ini.
Begitulah kebanyakan lelaki, tidak hanya tergila-gila pada harta dan tahta, tapi juga pada wanita.
Di sisi lain, Agung yang tahu Ega sudah kembali ke Indonesia juga bergerak cepat. Ia memberikan hadiah sebagai ucapan selamat. Beberapa pot bunga lavender ia bawakan untuk perempuan incarannya ini.
“Lavender? Di Indonesia? Wow,” ucap Ega takjub.
Setelah diperintahkan, body guard Agung meletakkan beberapa pot bunga lavandula hidcote di depan kost Ega.
“Tidak perlu kaget begitu! Apa pun akan kulakukan untuk menyenangkan kamu. Jangankan bunga lavender, bahkan hatiku pun akan kuberikan jika kau minta.”
“Hiperbola sekali. Tapi terima kasih ya pak, saya sangat suka bunganya.”
“Sama-sama, saya juga sangat suka kamu.”
“Yang saya suka bunganya, bukan kamu.” Ega menepuk jidatnya mendengar ucapan lelaki hidung belang di hadapannya ini.
“Kirain bunga plus orangnya. Eits, tahan dulu tandukmu! Nanti saja keluarnya, setelah saya balik.”
Agung segera menaiki mobil, dengan tergesa-gesa ia menyuruh body guardnya mengarahkan mobil ke kantor.
Sepulangnya dari kantor, Agung segera memberi tahu orang tuanya mengenai niatnya untuk menikahi Ega.
“Mama, papa, saya mau menikah lagi. Dari dulu mama dan papa ingin sekali kan punya penerus? Untuk mengurus perusahaan kita nantinya. Saya sudah menemukan perempuan yang tepat.”
“Keturunan Andi juga kan?” tanya bu Sinar.
Seketika Agung menjadi down mendengar pertanyaan ibunya.
“Bukan ma, tapi orangnya cantik kok. Coba lihat!” Agung memperlihatkan foto Ega, yang ia potret secara diam-diam.
“Bukan keturunan Andi dan pakaiannya, aduh hijabers. Kamu mau bikin malu mama? Asal kamu tahu ya Gung, menantu dari teman-teman mama tidak ada yang hijabers seperti ini. Seperti tidak ada perempuan lain saja. Kita ini keluarga terpandang, harta melimpah, perempuan manapun juga pasti mau sama kamu. Malah pilih yang style-nya begini.”
“Perempuan yang mau sama saya memang banyak ma. Tapi yang sreg di hati saya cuma perempuan ini. Nayla juga sangat suka pada Ega.”
“Jangan bawa-bawa anak kamu. Kamu pikir dengan berbohong atas nama Nayla akan membuat mama luluh. Sama sekali tidak.”
“Saya serius ma. Kalau mama tidak percaya tanyakan saja langsung ke Nayla!”
“Bi, coba panggil Nayla! Suruh ke sini. Bilang kakek mau bicara,” ucap pak Ramli kemudian mematikan rokoknya.
Selang beberapa menit, Nayla menghampiri kakeknya.
“Nayla, cucu kesayangan kakek, yang paling cantik. Kamu kenal sama Ega?”
“Maksud kakek, tante Ega?” tanya Nayla sambil menguap. Ia baru saja bangun dari tidur siangnya.
Pak Ramli mengangguk.
“Kenal kek.”
“Lihat fotonya Ega dong,” ujar Risti.
“Bagaimana menurut kamu?” tanya bu Sinar pada anak bungsunya.
“What? Ini yang namanya Ega? Perempuan ini dekan baru di fakultasku ma. Bagus dong kalau jadi mama barunya Nayla. Sekalian kan bantu kerja skripsiku nanti.”
“Kalau masalah skripsi kamu bisa pakai joki.” Bu Sinar semakin kesal, Risti yang biasanya tidak suka perempuan hijabers, malah ikutan setuju kali ini.
“Dosen sekarang itu pintar-pintar ma. Tahu bedakan skripsi yang pakai joki, dan skripsi yang dikerjakan sendiri oleh mahasiswa. Kalau saya ketahuan pakai joki, nama baik mama juga yang tercemar. Saya sih setuju-setuju saja kalau kakak menikah dengan dosen baru itu, bukan hanya karena skripsi. Tapi nanti kalau ada tugas kampus, bisa minta tolong ke dia juga untuk bantu kerjakan.”
“Adikku ini tambah manis dan cerdas saja. Nayla dan Risti setuju, mama tidak. Kalau papa?”
“Papa sih terserah kamu saja. Kalau kamu suka, papa otomatis suka.”
“Yes, papa memang paling pengertian. Fixed, semuanya setuju kecuali mama.”
“Kenapa setuju sih pa? Papa tidak lihat si Ega itu hijabers? Gaya-gayaan mau terima hijabers jadi menantu. Shalat Jumat saja tidak pernah,” ucap bu Sinar kesal.
“Lah, apa hubungannya shalat Jumat dengan menantu ma?” Pak Ramli seketika memfokuskan pandangannya ke arah bu Sinar.
“Apa papa tidak akan malu ditegur menantu karena tidak shalat? Hijabers seperti itu pasti suka menceramahi orang lain pa, terutama keluarganya sendiri. Kalau mama sih tidak mau digurui yang lebih muda seperti Ega itu.”
“Kamu terlalu over thinking ma. Tidak usah dengar ucapan mamamu ini, Gung. Cepatlah menikah jika sudah ketemu yang tepat. Kasihan Nayla kalau kamu kelamaan menduda.”
“Terima kasih restunya pa.”
*Jangan lupa tinggalkan jejak kakak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Nurjannah Rajja
Tull...
2022-10-10
0
Rinjani
ahlak bpk ibunya gak baik gak tahu solat ..pantas aja Agung hobby Freesex
2022-10-01
2
Alfia
🤦🏻♀️
2022-04-15
0