...༻♚༺...
Jasmine menelan salivanya sendiri. Dia perlahan menundukkan kepala. Tidak kuasa menatap ke arah Edward. Entah karena terlalu malu, atau merasa bersalah, yang jelas Jasmine ingin lekas pergi sekarang. Tetapi dia tahu kalau dirinya tidak bisa beranjak begitu saja. Apalagi setelah mengetahui Edward adalah seorang pangeran.
Edward sama terkejutnya dengan Jasmine. Sebab jika gadis itu menjadi pelayannya, berarti Jasmine pasti tahu siapa jati diri Edward yang sebenarnya. Edward membisu sejenak. Sama halnya dengan Jasmine. Satu-satunya orang yang kebingungan hanyalah Ronald. Dia celingak-celingukan menatap Jasmine dan Edward yang tak kunjung bicara.
"Ronald..." Edward memanggil Ronald.
"Yes!" Ronald otomatis berjalan mendekat.
"Dia sudah tahu bukan, kalau aku harus menyembunyikan identitasku?" tanya Edward, memastikan.
"Emm..." Ronald perlahan menatap Jasmine.
"I-ibuku sudah memberitahu perihal itu." Jasmine yang mengerti segera angkat bicara. Meski penjelasannya harus dilakukan dengan tergagap.
"Baguslah..." Edward berseringai sembari mengelus dagu dengan satu tangan. Dia senang bisa bertemu Jasmine lagi. Bukan karena dirinya tertarik kepada gadis tersebut, melainkan karena dendam kesumat yang dimilikinya.
Jujur saja, Edward agak menyukai Jasmine. Sebab Jasmine begitu polos dan mudah dijahili. Edward berpikir, mungkin akan menyenangkan jika dia mempunyai pelayan layaknya Jasmine. Jika nanti di suatu waktu dirinya tidak suka, maka Edward hanya tinggal memecatnya.
"Oke..." Edward menatap Jasmine yang masih sibuk menundukkan kepala. "Apa kau akan terus diam saja? Tidak mau menyapaku sama sekali?" timpalnya melanjutkan.
Jasmine memejamkan rapat matanya. Sangat berat baginya bertutur kata sopan kepada sosok yang dia benci. Akan tetapi Jasmine tidak punya pilihan lain. Kalau dirinya bersikap tidak sopan, nanti ibunya yang malah kena batunya.
"Senang bisa bertemu denganmu, Yang Mulia..." Jasmine membungkuk hormat ke arah Edward.
"Benarkah? Aku tidak yakin kau merasa senang bisa bertemu denganku sekarang," ujar Edward sembari menyilangkan tangan didada.
Jasmine menghembuskan nafas dari mulut. Dia mengulum bibir tanpa alasan. Tidak tahu harus bagaimana merespon ucapan Edward yang sedang sibuk berpose angkuh.
"Pertama-tama, Ronald. Kamu bisa pergi sekarang. Aku ingin memberikan beberapa tes untuk Jasmine." Edward menatap jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Kemudian melanjutkan, "lagi pula, aku punya banyak waktu hari ini."
"Baiklah, Tuan." Ronald membungkuk untuk pamit. Sebelum pergi dia tidak lupa mengucapkan kalimat penyemangat kepada Jasmine. "Good luck!" serunya. Lalu benar-benar beranjak pergi.
Jasmine merasa gundah kala melihat kepergian Ronald. Kepalanya bahkan sampai menoleh ke belakang. Menatap punggung Ronald yang berjalan kian menjauh.
"Ternyata kau putrinya Selene." Edward menggelengkan kepala. "Aneh sekali, kenapa kelakuan anak dan ibunya sangat berbeda," komentarnya, melanjutkan.
Jasmine mengerutkan dahi. Dia perlahan mendongakkan kepala untuk menatap Edward. Dalam sesaat dirinya sempat lupa dengan perilakunya. Jasmine melakukannya secara alami, karena perkataan Edward selalu saja membuatnya kesal. Meskipun begitu, gadis itu bergegas kembali menundukkan kepala. Terutama saat mengingat sosok yang di hadapinya adalah salah satu orang berkuasa di negaranya.
"Jasmine, aku ingin kau meminta maaf kepadaku, perihal apa yang kau lakukan kemarin," ujar Edward.
"Ah... perihal itu." Jasmine tersenyum kecut. Dia lantas menuruti apa yang di inginkan Edward. "Maafkan aku, Tuan..." tuturnya dengan berat hati.
Edward tersenyum girang. Dia kemudian menghempaskan bokongnya ke sofa. Duduk dengan gaya menyilangkan kaki.
"Oke, aku terima permintaan maafmu. Tetapi sebelum itu, buatkan aku kopi dahulu," imbuh Edward. Dia merentangkan santai tangannya ke sofa.
"Kopi? Tapi aku bahkan--"
"Dapurnya ada di sana." Edward sengaja memotong perkataan Jasmine. Sebab dirinya sudah bisa menebak apa yang hendak dikatakan gadis tersebut. Tangannya menunjuk ke arah dimana dapur berada. "Cepat! Kau punya waktu tiga menit!" titahnya dengan nada suara yang agak meninggi.
"A-apa? tiga menit? Aku bahkan--"
"Jangan membantah!" tegas Edward seraya meraih buku dari meja. Lalu membuka halaman yang belum dibacanya. Dia lagi-lagi memotong ucapan Jasmine dengan sengaja.
Jasmine gelagapan sebentar. Dia segera berlari pelan menuju dapur. Setibanya di sana, Jasmine malah merasa semakin bingung. Bagaimana tidak? Dapur yang dimasukinya sangat besar. Jasmine tidak tahu dimana letak gula dan kopi. Alat pembuat kopi juga tidak terlihat dimana-mana. Dirinya bahkan tidak melihat siapapun di sana. Padahal rumahnya mewah dan besar, tetapi suasananya begitu sepi.
Pertama-tama Jasmine mengambil gelas mug terlebih dahulu. Kemudian merebus air. Selanjutnya, barulah dia berjuang untuk mencari dimana letak kopi dan gula.
"Pangeran macam apa dia. Perilakunya benar-benar menyebalkan. Bagaimana bisa seseorang membuat kopi dalam waktu tiga menit, apalagi jika airnya belum direbus!" gerutu Jasmine dengan mimik wajah masam. Dia terus sibuk mencari-cari. Hingga tanpa disangka, Jasmine akhirnya berhasil menemukan kopi dan gula. Letaknya berada di lemari atas.
"Huhh... sekarang hanya perlu menunggu airnya mendidih," gumam Jasmine menatap lurus ke arah teko yang bertengger di atas kompor.
Setelah air mendidih, Jasmine langsung membuat kopi. Dia sepertinya tidak peduli dengan waktu yang diberikan Edward kepadanya. Yang penting kopinya jadi dan pantas untuk dihidangkan.
Jasmine berjalan pelan menghampiri Edward. Lalu meletakkan segelas kopi ke meja. "Ini kopi anda, Tuan..." ujarnya sembari mengukir senyuman lembut. Namun Edward tidak menghiraukan sama sekali. Lelaki itu masih asyik membaca buku.
"Tuan, aku sudah membuatkan kopi yang anda mau." Jasmine memberitahu untuk yang kedua kalinya.
Edward akhirnya menurunkan bukunya. Menatap serius kepada Jasmine. "Kau tahu? Kau menyelesaikan kopinya lebih dari waktu yang aku sebutkan. Aku tidak mau meminumnya," tolaknya tak peduli.
Jasmine tercengang. 'Menganak-nganak sekali lelaki dewasa ini? Ingin rasanya aku memarahinya!' batinnya tak percaya.
"Bawa kembali kopinya. Dan buatkan lagi yang baru. Sekarang aku memberimu waktu satu menit!" kata Edward tanpa menoleh ke arah Jasmine.
"Sa-satu menit? Itu terlalu--"
"Waktu dimulai dari sekarang!" Edward memperhatikan jarum yang bergerak di jam tangannya.
Jasmine terpaksa kembali ke dapur. Dia tidak lupa untuk membawa kopi yang tadi sempat dibawanya. Ketika berada di dapur, terpikir dalam benak Jasmine untuk memberikan kembali kopi yang tadi dia buat sebelumnya.
"Kau jenius, Jase!" Jasmine mengembangkan senyuman percaya diri. Dia berdiam beberapa detik di dapur. Kemudian segera kembali ke ruang tengah. Memberikan kopi kepada Edward untuk yang kedua kalinya.
"Ini kopi anda, Tuan. Aku kembali dengan tepat waktu bukan?" ujar Jasmine penuh akan keyakinan.
Edward menggerakkan bola matanya untuk menatap Jasmine. Memasang ekspresi cemberutnya dan berkata, "Apa kau pikir aku bodoh?! Bukankah kau membawakanku kopi yang tadi?"
Mata Jasmine terbelalak. Apalagi saat menyaksikan Edward tiba-tiba berdiri. Berjalan beberapa langkah lebih dekat ke hadapan Jasmine.
Kaki Jasmine otomatis melangkah mundur. Dia terus melakukannya karena Edward belum berhenti melangkah. Edward menatap Jasmine dengan pancaran mata yang tampak mengancam. Menyebabkan manik biru lelaki itu terlihat lebih jelas.
Jasmine yang terlanjur menatapnya, tak mampu mengalihkan pandangan. Dia terpaksa membalas tatapan Edward, meski dengan binaran yang menciut.
Bruk!
Langkah kaki Jasmine terhenti, ketika dirinya sudah terpojok ke dinding. Jasmine mencoba menghindari Edward sebisa mungkin. Namun lelaki tersebut malah menghimpit Jasmine dengan badannya. Menyebabkan wajahnya dan wajah Jasmine menjadi sangat dekat. Sementara dua tangan Edward menumpu ke dinding. Mengurung Jasmine, agar tidak kabur.
"Ma-maafkan aku... a-aku akan buatkan kopi yang baru..." Jasmine yang merasa terancam segera mengatakan sesuatu. Dia semakin gugup saat Edward tambah mendekatkan wajahnya. Menyebabkan jantung Jasmine sontak berdegub menjadi lebih cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Chybie Abi MoetZiy
💞💞💞💞💞💞💞💞
2022-02-26
1
Santi Triyana
😁😁aduh merinding disko jasmine...
2021-12-28
3