...༻♚༺...
Jasmine tersentak kaget saat telinganya mendengar suara pecahan kaca. Dia segera menegakkan badan, lalu menoleh ke belakang. Jasmine kini menyadari kalau dirinyalah penyebab pecahnya botol dan gelas di lantai.
Pemilik bar bergegas menghampiri. Menuntut Jasmine untuk mengganti rugi. Jasmine hanya melontarkan kata maaf beberapa kali. Selain itu, dia juga tidak lupa untuk menatap ke arah temannya satu per satu. Parahnya mereka hanya diam dan tidak peduli. Mereka malah kembali sibuk dengan aktifitas masing-masing. Seakan keributan yang disebabkan oleh Jasmine hanyalah angin lalu.
Jasmine lantas bertanggung jawab untuk membereskan pecahan kaca yang ada. Bola matanya perlahan diarahkan kepada Jake. Satu-satunya orang yang menurut Jasmine paling peduli. Namun Jake terlihat asyik bicara dengan Eva. Menyebabkan raut wajah Jasmine seketika tambah cemberut. Dia otomatis membersihkan kaca sendirian. Kebetulan sang pemilik bar menyuruh Jasmine untuk membersihkan.
"Aku sudah menduga dari awal. Kau memang gadis yang ceroboh." Suara seorang lelaki sukses membuat kepala Jasmine mendongak. Mata gadis itu langsung membulat ketika orang yang bicara adalah Edward. Lelaki berambut pirang tersebut duduk dengan santai di kursi. Hanya menontoni apa yang sedang dilakukan Jasmine.
Awalnya Jasmine berusaha keras mengabaikan celotehan Edward. Dia memilih bergumul untuk memasukkan pecahan kaca ke dalam ember.
"Kau tidak pantas berada di sini, new girl... kembalilah ke peternakanmu. Kau tinggal di pedesaan kan? Aku bisa menebaknya dari pakaian yang kau kenakan itu." Edward kembali bersuara. Menyebabkan pitam Jasmine memuncak.
Pecahan yang tadinya sudah dikumpulkan Jasmine di dalam ember, diletakkan sejenak ke lantai. Jasmine melangkah cepat ke hadapan Edward. Memancarkan tatapan berapinya. Dia sudah tidak tahan dengan lelaki itu.
Tangan Jasmine meraih sebuah gelas berisi minuman beralkohol. Kemudian menyiramkannya ke wajah Edward tanpa ampun.
Perlakuan Jasmine sontak membuat Edward marah. Edward bangkit dari tempat duduknya. Mengangakan mulut sambil mengamati sebagian pakaiannya yang telah basah.
"Itu pelajaran dariku untuk yang tadi pagi dan sekarang! Jangan pernah menggangguku lagi! Karena aku tidak akan tinggal diam!" tegas Jasmine. Dia kemudian mengambil ember berisi pecahan kaca. Bergegas menemui pemilik bar.
Satu hal yang tidak diketahui Jasmine. Dia sedari tadi menjadi bahan pembicaraan semua teman-temannya. Terutama Eva. Gadis itu bahkan mengatakan beberapa hal buruk tentang Jasmine kepada Jake.
"I'm so sorry, Mr. Moris. Aku tadi tidak sengaja. Katakan kepadaku, berapa aku harus membayar uang ganti rugi?" ujar Jasmine kepada si pemilik bar.
"Tidak usah. Aku akan merelakannya, karena kau sudah bersusah payah membersihkannya. Pergilah bersenang-senang dengan teman-temanmu." Moris membalas sambil mengacungkan jari telunjuknya kepada Jasmine. Memberikan saran dengan pelan.
"Thank you very much, Mr. Moris. Aku tidak akan melupakannya!" Jasmine merasa sedikit tenang. Dia beberapa kali membungkukkan badan ke arah Moris.
"Dan ingat, jika kejadian ini terulang, aku pastikan kau akan membayarnya." Moris memperingatkan.
"Kau tidak perlu khawatir. Sekarang aku memilih untuk pulang saja," ucap Jasmine seraya tersenyum singkat. Lalu melangkah pergi keluar dari bar. Tidak ada orang yang menyadari kepergiannya. Kecuali Edward. Dia menatap penuh dendam pada Jasmine dari kejauhan.
"Aku pikir gadis baru itu dalam bahaya, bukankah begitu, Ed?" Frank berceletuk. Dia merupakan salah satu teman dekat Edward dan Jake.
"Entahlah, aku bahkan masih belum tahu namanya." Edward mendengus kasar. Sudah puluhan kali dia mengelap bajunya yang basah dengan tisu.
Jasmine kembali ke rumah sakit. Apa yang sudah terjadi kepadanya tadi, akan berusaha ia lupakan. Baginya masalah sepele seperti pertemanan, tidak akan menghambat mimpinya untuk terwujud.
Langkah Jasmine terjeda, kala mendengar pembicaraan serius di dalam kamar. Dia sengaja mematung agar bisa mendengarkan dengan baik. Perlahan telinganya didekatkan ke pintu. Nathalie dan Selene terdengar bicara saling bergantian.
"Aku harus mencarikan seseorang untuk menggantikanku. Jika tidak, pangeran pasti akan kesulitan." Selene bertutur kata pelan. Seakan putus asa terhadap apa yang dikatakannya.
"Kenapa harus dirimu? Bukankah dia tahu kalau kamu sedang sakit? Harusnya pangeran menyuruh orang lain saja untuk mencarikan." Nathalie membalas dengan suara rentanya yang agak parau.
"Akulah yang mengajukan diriku, Mother. Aku merasa harus berterima kasih kepadanya. Sebenarnya, semua biaya rumah sakit ini dibayar olehnya. Meskipun tidak sepenuhnya mencukupi, aku tetap merasa tidak enak jika tidak melakukan apapun untuknya. Apalagi pangeran telah terbiasa bergantung kepadaku. Memang sulit untuk menemukan pelayan baru yang akan terbiasa. Mungkin itulah alasan pangeran ingin aku yang mencarinya. Agar aku sendiri yang menjelaskan keperluan dan kebiasaan pangeran secara rinci. Bahkan ada rahasia yang dimilikinya. Pelayan yang dipilih juga harus bisa dipercaya." Selene menjelaskan panjang lebar. Menyebabkan Nathalie tidak terdengar bicara lagi dalam sesaat.
"Mom, lebih baik kau mencari tempat penginapan. Tidak baik jika terus-terusan tidur di sini. Nanti kau malah sakit." Selene menyarankan dengan nada lembut.
"Tidak, sayang. Aku tidak bisa menghabiskan uang untuk itu. Kita membutuhkannya untuk keperluan makan. Sepertinya aku harus menjual beberapa hewan ternakku di Devory..." Nathalie berbicara lirih. Meskipun begitu, Jasmine dapat mendengarnya dengan jelas.
Kening Jasmine mengernyit. Dia langsung membuka pintu. Melayangkan tatapan penuh kecewa kepada Selene dan Nathalie. Bagaimana bisa mereka menutupi semua masalah yang sedang terjadi dari Jasmine? Padahal sudah jelas Jasmine juga merupakan bagian keluarga.
"Biarkan aku saja yang menggantikan Ibu bekerja!" ujar Jasmine. Ucapannya sontak membuat Selene dan Nathalie terkejut.
"Jase, apa yang--"
"Ibu tidak bisa merubah pikiranku, karena aku bersikeras sekarang!" potong Jasmine. "Bukankah aku akan mendapat gaji? Maka aku mohon, pakai saja uang kuliahku untuk sementara." Jasmine menoleh ke arah Nathalie dan melanjutkan, "Granny, aku akan mencarikanmu tempat penginapan di dekat sini."
"Jase, jangan mengada-ngada. Aku ingin kau fokus dengan kuliahmu. Ibu tidak mau ada sesuatu hal yang mengganggumu. Kumohon, jangan lakukan itu. Ibu akan mencari seseorang saja, oke?" Selene berupaya keras merubah keputusan Jasmine.
"Katakan alamat rumah tempat Ibu bekerja. Aku akan ke sana besok pagi. Lagi pula, perkuliahan akan dimulai minggu depan." Jasmine keras kepala. Dia memaksa Selene untuk setuju.
"Ayolah, Ibu. Biarkan aku melakukannya. Anggap saja ini sebagai rasa terima kasihku kepadamu. Bukankah kau bilang biaya rumah sakit yang diberikan pangeran tidak mencukupi? Itu berarti kau masih memerlukan uang yang banyak." Jasmine memegang lembut jari-jemari sang ibu. Penuturannya yang sopan akhirnya berhasil membuat Selene mengangguk.
"Ibu akan biarkan kau bekerja selama seminggu. Jika kamu merasa tidak sanggup, beritahu aku. Oke?" Selene membelai puncak kepala Jasmine. Selanjutnya mereka saling berpelukan.
Malam berganti siang. Kebetulan Jasmine memilih tidur di rumah sakit bersama Selene. Sedangkan Nathalie sudah dicarikan tempat penginapan oleh Jasmine. Wanita tua itu kini bisa tidur dengan nyaman.
Jasmine bersiap akan pergi ke rumah calon majikannya. Yaitu Pangeran Edward. Sebelum pergi, Selene mengatakan segala hal yang penting kepada putrinya. Dia juga memberitahukan nama pangeran.
"Edward Wilson?" Jasmine mengangguk. Sempat terlintas dalam benaknya wajah Edward yang satu kampus dengannya. Tetapi Jasmine menampik keras dugaan hatinya, bahwa Edward si pirang adalah pangeran. Jelas tidak mungkin.
Jasmine kali ini memutuskan menaiki kereta bawah tanah. Dia hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit saja di perjalanan. Setibanya di tempat tujuan, Jasmine dipersilahkan masuk oleh Ronald. Lelaki yang tentu tidak asing bagi Jasmine.
"Aku tidak menyangka Selene memilih putrinya sendiri untuk menggantikannya," ungkap Ronald. Berjalan memimpin menuju ruang tengah. Dimana pangeran sedang sibuk membaca buku.
"Ini atas kemauanku sendiri, Sir." Jasmine menyahut sembari mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Dia terpesona pada rumah yang kini dipijaknya. Mewah, besar, indah dan rapi. Hingga tidak terasa, sampailah Jasmine di ruang tengah. Dia hanya bisa menyaksikan kepala pangeran yang sedang asyik duduk di sofa. Rambutnya pirang dan terasa tidak asing.
'Tidak mungkin. Tidak mungkin itu adalah Edward yang satu kampus denganku,' batin Jasmine sambil terus menggelengkan kepala.
"Yang mulia, ini adalah pelayan pilihan Selene. Dia yang akan menggantikan Selene untuk sementara. Namanya adalah Jasmine Eden." Ronald memperkenalkan Jasmine. Saat itulah Pangeran Edward bangkit dari sofa. Dia berbalik badan ke arah Jasmine berada.
Deg!
Jasmine dibuat begitu kaget. Pupil matanya bahkan membesar. Edward! Lelaki yang satu kampus dengannya. Sosok yang pernah menjahili Jasmine, serta orang yang kemarin kena siraman minuman beralkohol dari Jasmine. Benar, ternyata Edward adalah pangerannya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Chybie Abi MoetZiy
💞💞💞💞💞💞💞💞💞
2022-02-26
0
Santi Triyana
bales dendam ni si Edward 😂 jasmine bakal kena usilnya pangeran
2021-12-27
3
@de_@c!h
wah...siap" jase akan bnyk kjutan yg menantimu....hihihi
2021-12-27
2