Part 04

Malam itu sangat bersahabat. Langit begitu sangat terang. Dingin tidak terlalu terasa karena dua tubuh saling menghangatkan. Giva dengan tidak ragu memeluk Eric dari belakang karena Eric, entah dengan sengaja atau tidak menancapkan gas motor dengan menggila.

Jalanan sepi membuat mereka merasa jika jalan itu hanya milik mereka berdua.

Sesekali Eric menatap jam tangannya dan lalu menambah kecepatan motornya.

Sepertinya, dia sedang diburu oleh waktu.

"Hay! Pelan-pelan saja!" teriak Giva ditelinga Eric.

Mendengar itu, Eric pun memelankan gas motornya.

"Memang kenapa?" tanya Eric.

"Apakah kamu sedang terburu-buru?"tanya Giva memastikan.

"Tidak!" sahut Eric.

"Lalu mengapa kamu selalu menatap jam tangan kamu?" tanya Giva.

"Apakah kamu sedang memperhatikan aku?" tanya Eric yang malah mencoba untuk menggoda Giva.

"Cih! Yang benar saja!" decak Giva memandang sinis bahu Eric dari belakang.

"Hahaha, tidak papa. Sudah jadi kebiasaan saja aku selalu menatap jam tangan. Tidak ada apa-apa!" ujar Eric menjelaskan.

"Emm, mengapa kamu bekerja sampai selarut ini?" tanya Giva.

"Tentu karena uang!" jawab Eric singkat.

"Apakah untuk membeli susu anak kamu?" tanya Giva.

"Apakah aku terlihat seperti seorang bapak-bapak?" tanya Eric balik.

"Oh, jadi kamu belum punya istri?" tanya Giva.

"Emm.. sebentar lagi aku akan menikah!" sahut Eric.

Oh, jadi dia bekerja keras karena akan menikah. Batin Giva.

"Oh, selamat ya. Semoga pernikahan kalian lancar! Kamu pria pekerja keras. Wanita kamu pasti akan bangga denganmu!" ucap Giva memberi selamat.

"Apa kamu bangga denganku?"tanya Eric dengan senyumnya.

Giva yang melihat Eric tersenyum menyebalkan dari kaca spion langsung menggeplak helm Eric dari belakang.

PLAK!

"AW! Hahahaa... Kenapa kamu memukul saya?" tanya Eric yang masih terkekeh.

"Siapa yang ingin menikah dengan kamu! Sampai menara Eiffel roboh! Saya tidak akan mau menikah dengan kamu!" ucapan Giva spontan.

Siapa sangka, ucapan Giva membuat senyum di wajah Eric memudar. Giva melihat itupun langsung merasa tidak enak dalam hatinya.

"Apakah karena wajahku yang buruk rupa?" tanya Eric dengan nada serius.

"Em, bukan begitu maksud aku, Eric! Maaf, sungguh aku hanya bergurau!" ucap Giva yang sulit untuk menjelaskan apa yang sudah dia katakan.

Tiba-tiba. Motor Eric berhenti. Kanan kiri hanyalah tanaman rimba alang-alang. Giva menatap tajam ke kaca spion untuk memastikan sesuatu.

Giva mulai was-was menatap Eric, takut jika Eric berniat tidak baik hanya karena tersinggung dengan ucapannya.

"Em, Eric. Maafkan aku! Sungguh aku tidak ...."

"Turunlah!" ucap Eric.

Giva menelan silvanya dengan sangat susah. Bagaimana bisa Eric menurunkannya ditempat yang begitu sangat sepi.

"Kita sudah sampai!" ujar Eric kembali.

"Hah!" Giva terkejut.

"Turunlah. Setelah itu kamu masuk ke semak-semak itu, maka kamu akan menemukan jalan setapak kecil yang akan menuju ke sebuah rumah sederhana disana!" jelas Eric.

Meski Giva sangat terkejut dan tak mengerti, dia tetap turun dari motor Eric.

Setelah Giva turun, Eric langsung menancapkan gas motornya dan meninggalkan Giva begitu saja tanpa mengatakan apapun membuat Giva bingung bukan kepalang.

Giva ternganga tak percaya. "Apakah dia marah kepadaku! Ah, harusnya aku lebih bisa menjaga mulutku!" gerutu Giva merutuki dirinya sendiri.

Giva celingak-celinguk memandang seram tempat yang begitu sangat sepi. Bahkan hanya ada semak alang-alang setiap mata memandang. Lalu, Giva melihat sebuah semak-semak yang sedikit terbuka.

"Ah, mungkin itu jalan masuknya?" batin Giva mencoba untuk melihatnya.

Ketika ia memasuki jalan semak-semak kecil itu, meski ragu tetapi Giva tetap nekat untuk masuk lebih dalam.

Semakin dalam maka semakin luas jalan masuknya. Dari kejauhan, Giva melihat lampu dari sebuah rumah kayu yang di disain sangat unik.

Melihat itu, Giva sangat kegirangan dan dia berlari sangat cepat supaya segera sampai kerumah itu.

Ketika sampai kehalaman rumah. Mulut Giva ternganga tidak percaya. Ternyata, disana ada jalan bagus yang menuju ke jalan utama.

"Ya tuhan! Apakah dia sedang mengerjai aku! atau sedang menghukumku!?" batin Giva yang merasa sangat kesal.

Dia sudah mematikan rasa takut untuk melewati semak-semak yang belungkar hanya supaya bisa sampai kerumah yang dituju. Nyatanya, rumah itu bisa ditempuh dengan jalan yang semestinya tanpa harus melewati semak-semak.

Setelah membuang nafas kasar, Giva langsung bergegas untuk masuk kedalam rumah itu.

Tok

Tok

Tok

"Permisi...?" panggil Giva.

Tetapi, setelah beberapa ketukan, tidak ada sahutan dari siapapun membuat Giva nekat untuk membuka pintu. Ternyata, pintu sangat mudah dibuka karena tidak di kunci. Giva memberanikan diri untuk masuk dengan perlahan kedalam.

Setelah memastikan tidak ada siapapun didalam rumah itu. Giva langsung menuju salah satu kamar yang terlihat sangat bersih.

Perjalanan malam yang begitu sangat melelahkan, membuat Giva dengan mudah masuk kedalam mimpi ketika ia memejamkan matanya.

.....

Pukul 10 pagi, Giva baru terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Giva seperti biasa menggeliat untuk meregangkan otot-ototnya.

"Huuaaam!" suara Giva.

"Apa kamu sedang mencoba untuk menggoda seseorang!" Suara pria dengan tiba-tiba mampu membuat Giva terkejut.

"Ah! Oh ya tuhan, kak! Kamu menganggetkan aku saja!" sahut Giva mengelus dadanya lega ketika mengetahui jika dia adalah si pria hitam yang sedang duduk di sebuah sofa yang ada dikamar.

"Sampai jam berapa tadi malam?" tanya si pria hitam.

"Jam berapa ya? Sepertinya jam 3 pagi. Ah,! perjalanan yang sangat melelahkan!" sahut Giva berekspresi seperti dia sudah berjalan kaki berkilo-kilo.

"Dengan siapa?" tanya pria hitam.

"Dengan ojek. Oh ya tuhan!" pekik Giva teringat sesuatu. "Aku belum membayar dia tadi malam!" lanjutnya merutuki dirinya dalam hati karena bisa sampai lupa untuk memberikan uang pada Eric.

"Siapa pria itu?" tanya Pria hitam yang terlihat mulai mencurigai sesuatu.

"Bentar! Aku akan mengecek akunnya di aplikasi!" sahut Giva dengan cepat memencet handphonenya. Tetapi, yang membuat dia tambah tidak percaya adalah. Akun "si tampan" telah hilang. Bahkan, nomor handphone yang dia punya sudah tidak aktif lagi.

Tangan Giva bergetar mengetahui kenyataan ini. "Pria itu! Bagaimana dia bisa menghilang begitu saja?" batin Giva.

"Ya sudah tidak perlu di fikirkan. Cepat mandi, aku akan buatkan sarapan untukmu," ucap si pria hitam.

Ketika akan beranjak pergi. Giva menahannya dengan suara berdehemnya.

"Ehem!"

"Kenapa?" tanya pria hitam yang mengetahui kode Giva yang menginginkan dia untuk berhenti.

"Terima kasih!" ucap Giva dengan serius.

"Suatu saat, kamu akan membayarnya," sahut pria hitam dengan wajah seriusnya lalu pergi meninggalkan Giva yang nampak pucat dengan jawaban si pria hitam.

Sesaat Giva berdecak.

"Yah, hidup ini pasti akan ada imbal baliknya. Zaman sekarang, mana orang menolong dengan ikhlas!" batinnya Giva dengan pasrah untuk saat ini.

..

...

..

...

Jangan lupa uang parkirnya LIKE saja 👍

Terpopuler

Comments

Ninik H.

Ninik H.

mampir di Rayya dan sang mualaf ya, kak

2022-01-02

0

Alya lii

Alya lii

pria penuh tebakan 😂

soalnya banyak yang nebak nih thor

2021-12-28

0

Lavenda

Lavenda

siapa eric 🤔

2021-12-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!