Malam semakin merangkak naik. Walau demikian, jalanan masih tampak ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang. Pada akhirnya, Danisa naik ke mobil Devan setelah mereka terlibat dalam perdebatan panjang via handphone. Tidak ada pembicaraan berarti yang terjadi di antara Mereka. Devan dan Danisa larut dalam pemikiran masing-masing.
Persimpangan dan perempatan mereka lalui. Sesekali ekor mata Devan melirik ke samping kirinya. Melihat apa yang Danisa lakukan. Gadis itu masih saja terlihat cuek memainkan ponselnya. Devan tersenyum masam. Ia pun memilih untuk diam dan terus melajukan kendaraannya.
Tak lama, 25 menit kemudian mobil yang berjalan dengan kecepatan standar itu tiba di komplek apartemen. Danisa menepuk-nepuk lengan Devan mengisyaratkan untuk menurunkannya. Walau dengan kening yang mengerut, Pemuda yang membawa Danisa pulang itu mengikuti keinginannya. Mobil diarahkan untuk menepi. Gadis tersebut langsung turun dan berlalu meninggalkan Devan setelah mengucapkan terima kasih dengan bahasa isyarat.
Devan hendak pergi, ia baru saja akan melajukan mobilnya beberapa meter namun seorang pria yang sudah ia kenal dengan baik menghentikannya. Pria tersebut adalah Raga, teman baik Devan sedari kecil. Raga tengah bergelut pada usaha tambang dengan asset Milyaran Dollar. Ia dan Devan juga terlibat dalam proyek yang sama. Teman yang bisa disebut dengan sahabat ini juga baru saja menyelesaikan kuliah bisnisnya di Harvard University, Amerika.
Raga membuka pintu mobil Devan dan masuk ke dalamnya.
“Gue lihat perempuan turun dari sini, wuiii.. kayaknya keren. Doi siapa?” Tanya Raga menaikkan sebelah alisnya ke atas.
“Jangan banyak tanya!” Sahut Devan malas.
“Haha Lu ga berubah-berubah ya! Masih tetap sama! Eh, By the way lu tau ga dokter bedah hebat di rumah sakit Ramayana? Sebagai salah satu pemegang saham tertinggi di sana pasti tau dong!” Raga mulai membuka topik pembicaraan.
“Dokter bedah?” Devan mengerutkan keningnya. Ia memang pernah mendengar issue tentang dokter hebat tapi ia tidak pernah memberikan perhatian ekstra pada berita tersebut.
“Ya, ini lu liat!” Raga mengeluarkan handphone-nya lalu memperlihatkan sebuah video yang menunjukkan seorang dokter sedang melakukan bedah. Namun pada video tersebut, hanya terlihat tangan cekatannya saja dalam melakukan pembedahan. Devan tampak sangat tertarik. Ia melihat tanpa berkedip. Lalu mengangguk-anggukkan kepala dan memegang dagunya melihat kerja hebat dokter bedah tersebut.
“Raga, tolong lu suruh media untuk publikasikan berita bahwa gua akan ngundang dokter hebat lakuin operasi!” Titah Devan pada Raga, pria ini tampak menemukan ide cemerlang dalam waktu singkat.
“Lu tau akan apa efek dari ini semua kalau sampai terpublish?” Lanjut Devan lagi. Sebelah alisnya terangkat sempurna.
“Yeah… I know! That’s a good idea, Man!” Tangan Raga dan Devan saling melakukan tos. Mereka tertawa bersama.
Selanjutnya, Devan dan Raga terlibat dalam obrolan bisnis. Dua pria pekerja keras itu memang kerap kali membicarakan masalah pekerjaan ketika bertemu. Sampai pada akhirnya, Raga turun dari mobil Devan. Mereka menyudahi pembicaraan singkat mereka.
“Okay, gua ambil mobil dulu di parkiran. Berkas-berkas perusahaan masih di sana. Lu tunggu dulu di sini!” Ucap Raga yang diikuti oleh anggukan Devan.
Di tempat parkir, Raga melihat sebuah mobil melaju dengan kencang dan menge-rem tepat di depan wanita yang tadi turun dari mobil Devan. Dari posisi yang agak jauh berjarak, Raga memperhatikan pergerakan mereka. Seorang wanita turun dari mobilnya. Ia menunjuk lawannya dan tampak seperti sedang memberikan peringatan.
“Aku peringatkan ya! Jangan sampai kamu mendekati Devan! Dia itu miliknya Jihan! Jangan merebut sesuatu yang bukan……!” Ucap wanita yang ternyata adalah Mila, teman setia dari Jihan. Ia memperingatkan Danisa dengan menunjukkan telunjuknya ke tubuh Danisa.
Plaaakkkk
Di luar dugaan. Belum selesai Mila mengucapkan kalimatnya, telapak tangan kanan Danisa sudah mendarat dengan sempurna dipipinya. Dengan segenap keberanian yang ia miliki, Danisa menampar Mila hingga wanita tersebut bungkam.
Wow… She looks cool… Keren banget! Gumam Raga yang sejak tadi menyaksikan aksi mereka. Ia terkagum-kagum akan tindakan Danisa. Dari kejauhan, Raga bisa menangkap bahwa Danisa sedang membela dirinya. Laki-laki ini jadi urung melakukan niatnya semula, yaitu mengambil berkas.
Raga membuntuti Danisa. Perlahan laki-laki itu mengikuti langkah kaki wanita cantik tersebut. Devan yang masih berada di dalam mobil di tempatnya semula, tidak sengaja melihat Raga berjalan di belakang Danisa dari pantulan kaca spion mobil. Devan mengeryitkan keningnya. Heran. Apa ada sesuatu yang sedang terjadi? Devan jadi bertanya-tanya. Ia pun mematikan mesin mobilnya. Lalu membuka pintu mobil dan ikut serta mengejar teman nya yang juga tengah mengikuti Danisa.
Tap Tap Tap
Suara sol sepatu yang menyentuh lantai terdengar. Raga mengikuti Danisa sampai ke depan pintu lift. Wanita tersebut hendak menekan tombol pintu namun Raga dengan sigap menghalau nya.
“Hi… Perkenalkan… Aku Raga…” Raga memperkenalkan diri. Ia mengulurkan tangan mengajak berjabat. Danisa menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Suasana tampak lengang. Hanya ada angin yang berlalu lalang dari jendela yang gorden nya sedikit terbuka tak jauh dari posisi mereka berdiri.
“Hemm…” Mendapatkan respon acuh tak acuh dari Danisa, Raga berdehem. Ia menarik kembali tangan yang sudah terlanjur terulur.
“Aku melihatmu dari kejauhan. Aksimu menampar wanita tadi tampak memukau. Aku tau kamu sedang melindungi diri!” Raga mulai melancarkan aksinya. Entah apa yang laki-laki ini pikirkan, namun sejak awal, attitude dan gerak gerik Danisa sudah cukup membuatnya terkagum.
Tap Tap Tap
Suara langkah kaki lain mulai terdengar di telinga mereka. Namun Raga tidak ambil pusing, mungkin saja suara langkah kaki tersebut merupakan tetangga satu apartemennya Danisa.
“Bolehkah aku meminta nomor kontakmu?” Lanjut Raga penuh pecaya diri. Danisa mengerutkan keningnya.
“Tunggu…!” Panggilan dari seseorang membuat Raga dan Danisa menoleh serempak.
“Danisa tidak akan memberikan nomor kontaknya pada siapa-pun dan laki-laki manapun” Ucap Orang yang ternyata adalah Devan. Laki-laki ini tiba-tiba muncul dari balik tembok. Danisa terenyak.
“Dev,,, sejak kapan kau di sini?!” Raga mengerutkan keningnya agak terkejut.
“Pulang-lah Ga… Jangan ganggu Danisa!” Titah Devan pada Raga, namun tatapan mata-nya mengarah kepada Danisa. Wanita ini bisa melihat sesuatu yang berbeda dari sebelumnya pada tatapan tersebut.
“Dev, Gua Cuma mau minta nomor kontaknya doang!” Ucap Raga enggan pergi. Devan menggeleng. Laki-laki tersebut tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti kemauan Devan. Ia pun pergi setelah mendengus kesal.
Apa Devan dan wanita itu memiliki hubungan khusus? Gumam Raga.
Haha mana mungkin. Kali ini Raga tertawa sendiri. Ia mengenal betul bagaimana sahabatnya tersebut. Pemuda es itu sulit jatuh hati.
Tinggal-lah Devan dan Danisa sepeninggal Raga. Pemuda ini memencet pintu lift. Tak sampai tiga puluh detik, pintu lift pun terbuka. Danisa masuk ke dalam nya. Diikuti oleh Devan yang ikut masuk ke sana.
***
Hi Teman-Teman, Yuk dukung terus karya Alana dengan cara LIKE KOMEN VOTE, berikan HADIAHnya. Terima Kasih ^^ Jazakumullah Khairal Jaza' ❤
IG @alana.alisha
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Aku pengen liat reaksinya Devan saat tau siapa Danisa sebenarnya,apa lagi mommy nya Devan..huff pasti seru...👋👋👋👋
2022-08-07
0
Rinjani
di mulai kan Danisa cantik no poles2 ya asyik awas lo Devan akan tersengat ..nih Dr bedah Dan Ara yg terkenal🤲🤲🙏
2022-06-14
0
Aurora Queen 👑✨
next
2022-04-02
2