“Kek… Yang benar saja! Masa Devan ditunangkan dengan wanita seperti dia? Devan tidak bisa menerima wanita yang tidak sefrekuensi, kek! Dia terlalu biasa.. Dia terlalu buruk untuk Dev! ” Ucap Devan menggeleng sambil menunjuk Danisa dengan kata-kata hinaan. Gadis yang beberapa jam lalu memasuki kediaman Cakrawangsa hanya menatap Devan datar. Ia benar-benar tidak mempedulikan laki-laki yang ada di hadapannya.
“Devan tidak bisa menerima gadis kampung ini kek! Dia hanya memanfaatkan kita!” Ucap Devan menatap tajam. Pemuda ini menaikkan sebelah alis matanya.
Danisa menerima caci maki yang Devan layangkan padanya dengan acuh. Ia memilih untuk pasrah. Walau pada kenyataan yang terjadi, lama-lama kupingnya terasa panas juga mendengar hinaan yang dilontarkan secara bertubi-tubi.
“Cukup Dev! Stop! Kamu sudah keterlaluan!” Hardik kakek dengan suara menggelegar. Ruangan berubah hening seketika. Kakek mengisyaratkan pada Tini untuk membawa Danisa ke kamar.
Hhhhhh. Danisa menghembuskan nafas berat untuk kesekian kalinya. Ia masuk kembali ke kamar semula yang ia tempati dengan langkah berat. Namun seketika Ia teringat pada nenek. Sambil mengusap mata basahnya, Danisa mengetik pesan pada sang nenek bahwa keadaannya baik-baik saja.
Nek… Danisa sudah tiba di kediaman kakek Cakrawangsa. Danisa baik-baik saja di sini. Nenek jangan khawatir ya..
Sementara di ruang tengah, Devan ditatap kakek dengan tatapan intimidasi akibat ulahnya sendiri. Kakek begitu kecewa akan sikap Devan yang menurutnya begitu keterlaluan.
Mendengar suara kegaduhan di ruang tengah, Ranti memutuskan untuk bergabung bersama ayah dan anaknya tersebut.
“Dev, sikapmu begitu kekanak-kanakkan! Apa begitu adab dan sopan santun yang keluarga Cakrawangsa ajarkan?!” Kakek mendelik marah. Devan terdiam. Ia begitu terbawa suasana hingga melontarkan kata-kata kasar di hadapan kakek yang sebenarnya begitu ia hormati.
“Apa gunanya kakek menyekolahkanmu tinggi-tinggi sampai ke benua Eropa sana jika attitude-mu se-memalukan ini?! Kamu jauh lebih buruk dari wanita yang kamu anggap buruk!” Sembur kakek dengan mata berkilat. Beliau bangkit dari duduknya.
“Hhhhh… Baiklah… Kakek mengerti perasaan dan penolakanmu. Tapi percayalah ini keputusan terbaik. Menikahi Danisa adalah yang terbaik untukmu!” Lanjut kakek menepuk-nepuk pundak Devan.
“Tapi kenapa kek?!”
“Danisa itu gadis baik yang berasal dari keluarga baik-baik, Nak! Jujur saja.. Keluarga kita banyak hutang budi pada keluarga Danisa. Karena kebaikan keluarganya di masa lalu-lah kita bisa menikmati kehidupan seperti ini. Kini, kedua orangtua-nya telah tiada. Danisa hanya hidup dengan seorang nenek yang membesarkannya. Dan.. permintaan beliau hanya satu, yaitu menikahkan kamu dengan Danisa. Agar cucunya itu ada yang menjaga apalagi dikhawatirkan kalau-kalau umur nenek tidak akan panjang! Keluarga Danisa begitu mempercayai keluarga kita untuk membuat Danisa bahagia” Terang kakek panjang lebar.
“Apa membalas hutang budi harus dengan mengorbankan Devan, Kek?” Tanya Devan mendongakkan kepalanya. Ia masih sulit menerima keputusan sepihak dari kakek.
“Iya pa, kenapa harus Devan yang dikorbankan?! Ini sangat tidak fair!” Ranti ikut memprotes tak terima. Jujur saja, sebagai seorang sosialita dengan harta berlimpah, ia mendambakan menantu yang seimbang dan berasal dari keluarga terpandang. Tentu diiringi dengan Pendidikan yang baik pula.
“Lalu apa salahnya? Ranti… Menikahi seorang gadis baik-baik dan berasal dari keluarga baik-baik bukanlah suatu kehinaan. Suatu ketika Devan akan mengerti dan bersyukur karena telah menikahi Danisa!” Tukas kakek. Lagi-lagi Devan hanya bisa diam dan pasrah. Ia sadar bahwa mendebat kakek tentu hanyalah sebuah Kesia-siaan.
***
Tok Tok Tok
Terdengar suara ketukan pintu. Danisa merapikan ikatan rambut yang sudah terlihat sedikit acak-acakan lalu bergerak malas membuka pintu kamar yang kini ia tempati.
“Maaf, Nona sudah ditunggu. Makan malam akan segera di mulai” Ucap Tini. Danisa tersenyum lalu mengangguk mengiyakan.
Tidak lama, Danisa hanya perlu sedikit waktu untuk menyisir rambutnya. Lalu ia turun ke ruang makan. Di sana semua anggota keluarga telah berkumpul. Kehadiran Danisa membuat semua mata tertuju padanya.
“Ayo duduk di samping Devan, Nak!” Titah kakek. Danisa mengambil tempat. Devan melirik malas dengan ujung ekor matanya.
Akhirnya mereka memulai acara makan malam serempak. Meja besar di penuhi oleh berbagai macam makanan. Lauk pauk terhidang dengan beraneka ragam jenis. Danisa menyentuh makanannya dengan enggan. Menjadi orang asing dengan tatapan beberapa pasang mata yang menatapnya tidak ramah sungguh sangat tidak menyenangkan. Danisa benar-benar tak diinginkan di keluarga besar ini. Hanya kakek saja yang berkenan bersikap baik padanya.
“Makan yang banyak nak! Jangan sungkan!” Ucap kakek hangat. Beliau menyodorkan beberapa Udang bakar ke piring Danisa. Gadis itu menghormati kakek dengan menyantap udang pemberian beliau. Danisa menggigitnya perlahan.
Suasana makan malam terlihat begitu syahdu. Tidak banyak pembicaraan berarti di antara mereka. Hanya suara piring dan sendok yang sesekali beradu terdengar memenuhi telinga. Orang-orang bersikap acuh, hanya Ranti yang sedari tadi menatap gaya makan Danisa dengan perasaan dongkol.
“Hmh….” Kakek berdehem memecah keheningan.
“Dev, bagaimana kalau Danisa melanjutkan Pendidikan di Ramayana Medical School? Kamu bisa memasukkan Danisa kesana” Tanya kakek tiba-tiba. Sekolah medis yang beliau maksudkan adalah yayasan dimana Devan memiliki 67 persen saham kepemilikan. Pemuda tersebut menginvestasikan banyak uangnya di sana.
Yayasan ternama tersebut adalah Yayasan kedokteran ternama. Sekolahnya sendiri adalah sekolah Top dan memiliki rumah sakit dengan reputasi tinggi.
“Mana bisa begitu kek, Ramayana Medical School itu adalah sekolah yang diimpikan oleh banyak orang diluar sana. Mana mungkin Devan memasukkan Danisa ke sekolah tersebut apalagi dengan embel-embel orang dalam. Benar-benar tidak bisa. Hal ini melanggar kode etik!” Tolak Devan. Di saat bersamaan Danisa juga menggeleng. Gadis itu menolak dan memberi isyarat tangan bahwa ia tidak membutuhkannya.
“Apa kamu tidak mau mencoba masuk ke sekolah itu, Nak? Kakek akan membiayai semua biayanya jika kamu berhasil lulus dengan kemampuanmu!” Kakek kembali menawarkan. Ranti terlihat semakin dongkol. Wajah kusutnya mengisyaratkan ia tidak terima ayahnya memperlakukan Danisa seperti anggota keluarga. Danisa kembali menggeleng. Gadis ini tidak ingin membuat semua bertambah runyam.
Kakek Cakrawangsa pun akhirnya menyerah setelah melihat penolakan Devan dan Danisa.
***
Malam beranjak semakin larut. Seharian berada di kediaman Cakrawangsa membuat tubuhnya Lelah. Danisa akan diantar kembali ke apartemen oleh supir yang mengantarnya tadi setelah berpamitan. Perlakukan mereka semua masih sama. Kecuali kakek yang tetap memperlakukannya dengan begitu baik hingga membuat Danisa tersentuh. Kakek memperlakukan Danisa seperti cucunya sendiri.
Danisa menatap kediaman asing tersebut dengan pandangan sendu. Seolah tidak ingin berlama-lama, ia terus melangkah menuju tempat parkiran. Angin malam sepoi-sepoi membuat ujung baju panjangnya bergoyang.
Tap Tap Tap
Ada langkah kaki lain yang melangkah mendekatinya. Langkah tersebut perlahan semakin mendekat.
Sreeeggg
Sebuah cengraman menyergap tangan Danisa. Betapa terkejutnya ia. Danisa hampir saja berteriak. Namun setelah melihat dengan meneliti lebih jauh di dalam kegelapan, Ternyata Devan-lah yang mencengram tanganya.
“Kamu….” Devan menunjuk Danisa dengan menggunakan telunjuk kirinya.
“Jangan pernah berharap bisa menikah denganku!” Lanjut Devan angkuh. Kata-kata yang keluar penuh penekan dari mulutnya terdengar sungguh-sungguh. Danisa terenyak. Hatinya marah. Harga dirinya berbicara. Danisa kembali membalas tatapan Devan. Ia mengambil handphone dan mengetikkan sesuatu di sana lalu menunjukkannya pada Devan.
“Jangan Narsis!!!”Sahut Danisa lantang. Ia menghempas tangan Devan dengan menyentakkan. Tangan tersebut akhirnya terlepas. Devan hanya bisa menatap Danisa dengan wajah tercengang.
***
Hi Teman-Teman, Yuk dukung terus karya Alana dengan cara LIKE KOMEN VOTE, berikan HADIAHnya. Terima Kasih ^^ Jazakumullah Khairal Jaza' ❤
IG @alana.alisha
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Noor hidayati
ceritanya kok sama dengan DIANA PERMATA DARI DESA
2023-10-19
1
Rochmee Quelle
iya, kayaknya ceritanya hampir sama
2022-11-28
0
༺ Kianna ༻
sama kayak si diana nih
2022-05-30
2