Bab 2: Jangan Narsis!

“Kek… Yang benar saja! Masa Devan ditunangkan dengan wanita seperti dia? Devan tidak bisa menerima wanita yang tidak sefrekuensi, kek! Dia terlalu biasa.. Dia terlalu buruk untuk Dev! ” Ucap Devan menggeleng sambil menunjuk Danisa dengan kata-kata hinaan. Gadis yang beberapa jam lalu memasuki kediaman Cakrawangsa hanya menatap Devan datar. Ia benar-benar tidak mempedulikan laki-laki yang ada di hadapannya.

“Devan tidak bisa menerima gadis kampung ini kek! Dia hanya memanfaatkan kita!” Ucap Devan menatap tajam. Pemuda ini menaikkan sebelah alis matanya.

Danisa menerima caci maki yang Devan layangkan padanya dengan acuh. Ia memilih untuk pasrah. Walau pada kenyataan yang terjadi, lama-lama kupingnya terasa panas juga mendengar hinaan yang dilontarkan secara bertubi-tubi.

“Cukup Dev! Stop! Kamu sudah keterlaluan!” Hardik kakek dengan suara menggelegar. Ruangan berubah hening seketika. Kakek mengisyaratkan pada Tini untuk membawa Danisa ke kamar. 

Hhhhhh. Danisa menghembuskan nafas berat untuk kesekian kalinya. Ia masuk kembali ke kamar semula yang ia tempati dengan langkah berat. Namun seketika Ia teringat pada nenek. Sambil mengusap mata basahnya, Danisa mengetik pesan pada sang nenek bahwa keadaannya baik-baik saja. 

Nek… Danisa sudah tiba di kediaman kakek Cakrawangsa. Danisa baik-baik saja di sini. Nenek jangan khawatir ya..

Sementara di ruang tengah, Devan ditatap kakek dengan tatapan intimidasi akibat ulahnya sendiri. Kakek begitu kecewa akan sikap Devan yang menurutnya begitu keterlaluan.

Mendengar suara kegaduhan di ruang tengah, Ranti memutuskan untuk bergabung bersama ayah dan anaknya tersebut. 

“Dev, sikapmu begitu kekanak-kanakkan! Apa begitu adab dan sopan santun yang keluarga Cakrawangsa ajarkan?!” Kakek mendelik marah. Devan terdiam. Ia begitu terbawa suasana hingga melontarkan kata-kata kasar di hadapan kakek yang sebenarnya begitu ia hormati.

“Apa gunanya kakek menyekolahkanmu tinggi-tinggi sampai ke benua Eropa sana jika attitude-mu se-memalukan ini?! Kamu jauh lebih buruk dari wanita yang kamu anggap buruk!” Sembur kakek dengan mata berkilat. Beliau bangkit dari duduknya. 

“Hhhhh… Baiklah… Kakek mengerti perasaan dan penolakanmu. Tapi percayalah ini keputusan terbaik. Menikahi Danisa adalah yang terbaik untukmu!” Lanjut kakek menepuk-nepuk pundak Devan.

“Tapi kenapa kek?!”

“Danisa itu gadis baik yang berasal dari keluarga baik-baik, Nak! Jujur saja.. Keluarga kita banyak hutang budi pada keluarga Danisa. Karena kebaikan keluarganya di masa lalu-lah kita bisa menikmati kehidupan seperti ini. Kini, kedua orangtua-nya telah tiada. Danisa hanya hidup dengan seorang nenek yang membesarkannya. Dan.. permintaan beliau hanya satu, yaitu menikahkan kamu dengan Danisa. Agar cucunya itu ada yang menjaga apalagi dikhawatirkan kalau-kalau umur nenek tidak akan panjang! Keluarga Danisa begitu mempercayai keluarga kita untuk membuat Danisa bahagia” Terang kakek panjang lebar.

“Apa membalas hutang budi harus dengan mengorbankan Devan, Kek?” Tanya Devan mendongakkan kepalanya. Ia masih sulit menerima keputusan sepihak dari kakek.

“Iya pa, kenapa harus Devan yang dikorbankan?! Ini sangat tidak fair!” Ranti ikut memprotes tak terima. Jujur saja, sebagai seorang sosialita dengan harta berlimpah, ia mendambakan menantu yang seimbang dan berasal dari keluarga terpandang. Tentu diiringi dengan Pendidikan yang baik pula.

“Lalu apa salahnya? Ranti… Menikahi seorang gadis baik-baik dan berasal dari keluarga baik-baik bukanlah suatu kehinaan. Suatu ketika Devan akan mengerti dan bersyukur karena telah menikahi Danisa!” Tukas kakek. Lagi-lagi Devan hanya bisa diam dan pasrah. Ia sadar bahwa mendebat kakek tentu hanyalah sebuah Kesia-siaan.

***

Tok Tok Tok

Terdengar suara ketukan pintu. Danisa merapikan ikatan rambut yang sudah terlihat sedikit acak-acakan lalu bergerak malas membuka pintu kamar yang kini ia tempati.

“Maaf, Nona sudah ditunggu. Makan malam akan segera di mulai” Ucap Tini. Danisa tersenyum lalu mengangguk mengiyakan. 

Tidak lama, Danisa hanya perlu sedikit waktu untuk menyisir rambutnya. Lalu ia turun ke ruang makan. Di sana semua anggota keluarga telah berkumpul. Kehadiran Danisa membuat semua mata tertuju padanya.

“Ayo duduk di samping Devan, Nak!” Titah kakek. Danisa mengambil tempat. Devan melirik malas dengan ujung ekor matanya.

Akhirnya mereka memulai acara makan malam serempak. Meja besar di penuhi oleh berbagai macam makanan. Lauk pauk terhidang dengan beraneka ragam jenis. Danisa menyentuh makanannya dengan enggan. Menjadi orang asing dengan tatapan beberapa pasang mata yang menatapnya tidak ramah sungguh sangat tidak menyenangkan. Danisa benar-benar tak diinginkan di keluarga besar ini. Hanya kakek saja yang berkenan bersikap baik padanya.

“Makan yang banyak nak! Jangan sungkan!” Ucap kakek hangat. Beliau menyodorkan beberapa Udang bakar ke piring Danisa. Gadis itu menghormati kakek dengan menyantap udang pemberian beliau. Danisa menggigitnya perlahan.

Suasana makan malam terlihat begitu syahdu. Tidak banyak pembicaraan berarti di antara mereka. Hanya suara piring dan sendok yang sesekali beradu terdengar memenuhi telinga. Orang-orang bersikap acuh, hanya Ranti yang sedari tadi menatap gaya makan Danisa dengan perasaan dongkol.

“Hmh….” Kakek berdehem memecah keheningan.

“Dev, bagaimana kalau Danisa melanjutkan Pendidikan di Ramayana Medical School? Kamu bisa memasukkan Danisa kesana” Tanya kakek tiba-tiba. Sekolah medis yang beliau maksudkan adalah yayasan dimana Devan memiliki 67 persen saham kepemilikan. Pemuda tersebut menginvestasikan banyak uangnya di sana.

Yayasan ternama tersebut adalah Yayasan kedokteran ternama. Sekolahnya sendiri adalah sekolah Top dan memiliki rumah sakit dengan reputasi tinggi.

“Mana bisa begitu kek, Ramayana Medical School itu adalah sekolah yang diimpikan oleh banyak orang diluar sana. Mana mungkin Devan memasukkan Danisa ke sekolah tersebut apalagi dengan embel-embel orang dalam. Benar-benar tidak bisa. Hal ini melanggar kode etik!” Tolak Devan. Di saat bersamaan Danisa juga menggeleng. Gadis itu menolak dan memberi isyarat tangan bahwa ia tidak membutuhkannya. 

“Apa kamu tidak mau mencoba masuk ke sekolah itu, Nak? Kakek akan membiayai semua biayanya jika kamu berhasil lulus dengan kemampuanmu!” Kakek kembali menawarkan. Ranti terlihat semakin dongkol. Wajah kusutnya mengisyaratkan ia tidak terima ayahnya memperlakukan Danisa seperti anggota keluarga. Danisa kembali menggeleng. Gadis ini tidak ingin membuat semua bertambah runyam.

Kakek Cakrawangsa pun akhirnya menyerah setelah melihat penolakan Devan dan Danisa.

***

Malam beranjak semakin larut. Seharian berada di kediaman Cakrawangsa membuat tubuhnya Lelah. Danisa akan diantar kembali ke apartemen oleh supir yang mengantarnya tadi setelah berpamitan. Perlakukan mereka semua masih sama. Kecuali kakek yang tetap memperlakukannya dengan begitu baik hingga membuat Danisa tersentuh. Kakek memperlakukan Danisa seperti cucunya sendiri.

Danisa menatap kediaman asing tersebut dengan pandangan sendu. Seolah tidak ingin berlama-lama, ia terus melangkah menuju tempat parkiran. Angin malam sepoi-sepoi membuat ujung baju panjangnya bergoyang.

Tap Tap Tap

Ada langkah kaki lain yang melangkah mendekatinya. Langkah tersebut perlahan semakin mendekat. 

Sreeeggg

Sebuah cengraman menyergap tangan Danisa. Betapa terkejutnya ia. Danisa hampir saja berteriak. Namun setelah melihat dengan meneliti lebih jauh di dalam kegelapan, Ternyata Devan-lah yang mencengram tanganya.

“Kamu….” Devan menunjuk Danisa dengan menggunakan telunjuk kirinya.

“Jangan pernah berharap bisa menikah denganku!” Lanjut Devan angkuh. Kata-kata yang keluar penuh penekan dari mulutnya terdengar sungguh-sungguh. Danisa terenyak. Hatinya marah. Harga dirinya berbicara. Danisa kembali membalas tatapan Devan. Ia mengambil handphone dan mengetikkan sesuatu di sana lalu menunjukkannya pada Devan.

“Jangan Narsis!!!”Sahut Danisa lantang. Ia menghempas tangan Devan dengan menyentakkan. Tangan tersebut akhirnya terlepas. Devan hanya bisa menatap Danisa dengan wajah tercengang.

***

Hi Teman-Teman, Yuk dukung terus karya Alana dengan cara LIKE KOMEN VOTE, berikan HADIAHnya. Terima Kasih ^^ Jazakumullah Khairal Jaza' ❤

IG @alana.alisha

***

Terpopuler

Comments

Noor hidayati

Noor hidayati

ceritanya kok sama dengan DIANA PERMATA DARI DESA

2023-10-19

1

Rochmee Quelle

Rochmee Quelle

iya, kayaknya ceritanya hampir sama

2022-11-28

0

༺ Kianna ༻

༺ Kianna ༻

sama kayak si diana nih

2022-05-30

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Kediaman Cakrawangsa
2 Bab 2: Jangan Narsis!
3 Bab 3: Dokter Dan Ara
4 Bab 4: Kegaduhan di Pesta Pertunangan
5 Bab 5: Peristiwa Di Lift
6 Bab 6: Pemberian Nenek
7 Bab 7: Di Ringkus Polisi
8 Bab 8: Di interogasi
9 Bab 9: Berada Di Atas Angin
10 Bab 10: Nostalgia
11 Bab 11: Tuduhan
12 Bab 12: Danisa Tidak Bersalah
13 Bab 13: Bukti Dari Danisa
14 Bab 14: Penawaran 100 Kali Lipat
15 Bab 15: Kita Sudah Bertunangan!
16 Bab 16: Orang Tak di Kenal
17 Bab 17: Anak Haram
18 Bab 18: Mata Terbelalak Sempurna
19 Bab 19: Operasi Berhasil
20 Bab 20: Kemarahan Keluarga Devan
21 Bab 21: Visual Para Tokoh
22 Bab 22: Pelaku Sebenarnya
23 Bab 23: Drama Pemecahan Kasus Yang Sempurna
24 Bab 24: Deringan Handphone Danisa
25 Bab 25: Danisa, Kerabat Cakrawangsa!
26 Bab 26: Belum Saatnya, Calm Down!
27 Bab 27: Kondisi Kakek Rowan
28 Bab 28: Kakek Rowan Sekarat
29 Bab 29: Ruangan Operasi
30 Bab 30: Danisa Melakukan Operasi
31 Bab 31: Kehilangan Banyak Darah
32 Bab 32: Ruangan Yang Di Sabotase
33 Bab 33: Fakta Tentang Danisa
34 Bab 34: Kamu itu Spesial!
35 Bab 35: Terhuyung
36 Bab 36: Pengacara Danisa
37 Bab 37: Danisa Adalah Tujuanmu, Devan Adalah Tujuanku!
38 Bab 38: Perebutan Kuasa Hukum
39 Bab 39: Kau Bisa Bicara?!
40 Bab 40: Tatapan Menghujam
41 Bab 41: Hidup Seperti Permainan Papan Catur
42 Bab 42: Perempuan atau Bukan?
43 Bab 43: Dia adalah Cakrawangsa
44 Bab 44: Wanita Tangguh
45 Bab 45: Demi Sebuah Nyawa!
46 Bab 46: 1000 Nyawa!
47 Bab 47: It's Not Your Bussiness!
48 Bab 48: Berada Dimana?
49 Bab 49: Devan, Sang Detektif!
50 Bab 50: Gerimis Yang Turun Tipis-Tipis
51 Bab 51: Hati Yang Tergerak
52 Bab 52: Sarang Lebah~
53 Bab 53: Tidak Di Takdirkan Bersama?
54 Bab 54: Tidak Bisa Di Kelabui~
55 Bab 55: Kawanan Bertopeng~
56 Bab 56: Kau Sudah Gila!
57 Bab 57: Sisa Sisa Kekuatan~
58 Bab 58: Umpan Pancingan
59 Bab 59: Hati Yang Kecewa
60 Bab 60: Tidak Bisa Menikah
61 Bab 61: Inti Target
62 Bab 62: Cemburu Yang Membakar
63 Bab 63: Langit Senja Yang Memerah
64 Bab 64: Langsung Ke Neraka~
65 Bab 65: Kritis
66 Bab 66: Terjun Bebas
67 Bab 67: Keikhlasan Tertinggi
68 Bab 68: No Time To Die~
69 Bab 69: Manusia Bermuka Dua
70 Bab 70: Air Yang Keluar Dari Sudut Mata~
71 Bab 71: Genderang di Tabuh
72 Bab 72: Penawaran Dari Devan
73 Bab 73: Tragedi Foto
74 Bab 74: Setuju Menikah
75 Bab 75: Benar-Benar Menikah
76 Bab 76: Kamar Hotel
77 Bab 77: Janji
78 Bab 78: Tidak Pernah Sepeduli Ini...
79 Bab 79: All Out
80 Bab 80: Para Pengabdi
81 Bab 81: Bukan Pemeran Melainkan Sutradara!
82 Bab 82: Senyum Gunawan~
83 Bab 83: Kebenaran dari Mr. X
84 Bab 84: Mari Bertaruh~
85 Bab 85: Ruangan Operasi~
86 Bab 86: Belum Siap Untuk Kemungkinan Terburuk
87 Bab 87: Bayang-Bayang Kematian
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1: Kediaman Cakrawangsa
2
Bab 2: Jangan Narsis!
3
Bab 3: Dokter Dan Ara
4
Bab 4: Kegaduhan di Pesta Pertunangan
5
Bab 5: Peristiwa Di Lift
6
Bab 6: Pemberian Nenek
7
Bab 7: Di Ringkus Polisi
8
Bab 8: Di interogasi
9
Bab 9: Berada Di Atas Angin
10
Bab 10: Nostalgia
11
Bab 11: Tuduhan
12
Bab 12: Danisa Tidak Bersalah
13
Bab 13: Bukti Dari Danisa
14
Bab 14: Penawaran 100 Kali Lipat
15
Bab 15: Kita Sudah Bertunangan!
16
Bab 16: Orang Tak di Kenal
17
Bab 17: Anak Haram
18
Bab 18: Mata Terbelalak Sempurna
19
Bab 19: Operasi Berhasil
20
Bab 20: Kemarahan Keluarga Devan
21
Bab 21: Visual Para Tokoh
22
Bab 22: Pelaku Sebenarnya
23
Bab 23: Drama Pemecahan Kasus Yang Sempurna
24
Bab 24: Deringan Handphone Danisa
25
Bab 25: Danisa, Kerabat Cakrawangsa!
26
Bab 26: Belum Saatnya, Calm Down!
27
Bab 27: Kondisi Kakek Rowan
28
Bab 28: Kakek Rowan Sekarat
29
Bab 29: Ruangan Operasi
30
Bab 30: Danisa Melakukan Operasi
31
Bab 31: Kehilangan Banyak Darah
32
Bab 32: Ruangan Yang Di Sabotase
33
Bab 33: Fakta Tentang Danisa
34
Bab 34: Kamu itu Spesial!
35
Bab 35: Terhuyung
36
Bab 36: Pengacara Danisa
37
Bab 37: Danisa Adalah Tujuanmu, Devan Adalah Tujuanku!
38
Bab 38: Perebutan Kuasa Hukum
39
Bab 39: Kau Bisa Bicara?!
40
Bab 40: Tatapan Menghujam
41
Bab 41: Hidup Seperti Permainan Papan Catur
42
Bab 42: Perempuan atau Bukan?
43
Bab 43: Dia adalah Cakrawangsa
44
Bab 44: Wanita Tangguh
45
Bab 45: Demi Sebuah Nyawa!
46
Bab 46: 1000 Nyawa!
47
Bab 47: It's Not Your Bussiness!
48
Bab 48: Berada Dimana?
49
Bab 49: Devan, Sang Detektif!
50
Bab 50: Gerimis Yang Turun Tipis-Tipis
51
Bab 51: Hati Yang Tergerak
52
Bab 52: Sarang Lebah~
53
Bab 53: Tidak Di Takdirkan Bersama?
54
Bab 54: Tidak Bisa Di Kelabui~
55
Bab 55: Kawanan Bertopeng~
56
Bab 56: Kau Sudah Gila!
57
Bab 57: Sisa Sisa Kekuatan~
58
Bab 58: Umpan Pancingan
59
Bab 59: Hati Yang Kecewa
60
Bab 60: Tidak Bisa Menikah
61
Bab 61: Inti Target
62
Bab 62: Cemburu Yang Membakar
63
Bab 63: Langit Senja Yang Memerah
64
Bab 64: Langsung Ke Neraka~
65
Bab 65: Kritis
66
Bab 66: Terjun Bebas
67
Bab 67: Keikhlasan Tertinggi
68
Bab 68: No Time To Die~
69
Bab 69: Manusia Bermuka Dua
70
Bab 70: Air Yang Keluar Dari Sudut Mata~
71
Bab 71: Genderang di Tabuh
72
Bab 72: Penawaran Dari Devan
73
Bab 73: Tragedi Foto
74
Bab 74: Setuju Menikah
75
Bab 75: Benar-Benar Menikah
76
Bab 76: Kamar Hotel
77
Bab 77: Janji
78
Bab 78: Tidak Pernah Sepeduli Ini...
79
Bab 79: All Out
80
Bab 80: Para Pengabdi
81
Bab 81: Bukan Pemeran Melainkan Sutradara!
82
Bab 82: Senyum Gunawan~
83
Bab 83: Kebenaran dari Mr. X
84
Bab 84: Mari Bertaruh~
85
Bab 85: Ruangan Operasi~
86
Bab 86: Belum Siap Untuk Kemungkinan Terburuk
87
Bab 87: Bayang-Bayang Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!